Chapter 24

85 18 57
                                    






Hatake Kakashi menutup laptopnya di atas meja. Raut wajahnya nampak serius, tapi ada sorot kelegaan didalam sepasang onyxnya. Punggungnya bersandar pada kursi, helaan napas meluncur dari bibirnya.

Akhirnya pekerjaannya hari ini selesai.

Menjadi guru tidak semudah yang orang-orang katakan, setelah mendata nilai murid-muridnya, sekarang dia sudah menyerahkannya kepada badan kesiswaan. Hal itu dikarenakan sebentar lagi murid-murid disana akan melaksanakan ujian, nilai-nilai dikumpulkan agar para guru bisa bekerja lebih keras lagi untuk mencapai target.

Sebelah tangan Kakashi memijat-mijat pundaknya, dia cukup pegal berkonsentrasi pada laptop lebih dari dua jam.

Memutuskan untuk berhenti sejenak, Kakashi berniat untuk beristirahat.

Hatake Sakumo membuka ruangan  kerja sang anak, melihat Kakashi yang berpindah ke sofa dan bergelung disana. Pria paruh baya itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apa yang kau lakukan, Kakashi?" Tanyanya saat melihat sang putra membaca sebuah buku. Nampaknya buku itu sudah pernah dia suruh untuk membuangnya, tapi nyatanya masih disimpan.

Karena kesal tak menyadari kehadirannya, Sakumo melangkahkan kakinya ke dekat sofa dan langsung merampas buku dewasa itu.

Kakashi menghela napas, raut wajahnya nampak datar. "Ada apa?"

"Apa kau tidak dengar aku sedang memanggilmu?!" Bentak Sakumo keras.

"Aku sedang membaca hiburan, Ayah. Memangnya kenapa memanggilku?" Balas Kakashi pasrah.

"Ayah tidak habis pikir," Sakumo mendudukkan dirinya di sebelah Kakashi setelah anaknya itu beranjak dari posisinya. "Dimana letak keseriusanmu pada Rin? Kau menyukainya kan? Setidaknya kau berusaha sekarang ini. Jangan malah menggunakan waktumu dengan payah!"

"Payah? Aku baru saja beristirahat setelah mengerjakan beberapa tugas." Kakashi nampak tidak mengerti.

"Ya, ya... Aku akui itu," Sakumo menganggukkan kepalanya, sepasang onyxnya melirik ke arah meja kerja Kakashi sekilas. "Tapi sekarang sudah selesai kan?"

Kakashi mengangguk.

"Kalau begitu, gunakan waktumu dengan baik. Lebih baik kau menemui Rin lalu ajak makan malam disini, Ayah merindukannya."

Kakashi nampak terkejut. "Apa?"

Sakumo menganggukkan kepala, "Ya.. aku sudah jarang melihatnya. Tak ada salahnya untuk mengajaknya makan disini.. Lagipula, Ayah juga ingin meluruskan hubungan kalian."

"Jangan mengada-ada,"

Perkataan Kakashi membuat bapak berambut perak itu menoleh dengan pandangan heran. Mengada-ada? Maksudnya?

"Rin sudah menolak ku waktu itu. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya akhir-akhir ini. Sialnya, dia selalu saja bersama laki-laki brengsek."

Sakumo nampak samasekali tidak mengerti dengan apa yang Kakashi bicarakan. "Maksudmu apa? Laki-laki siapa?!"

Kakashi menoleh. Sakumo melihat ada kepedihan di matanya, seolah-olah dia sedang menggali kesedihan yang sudah cukup lama terkubur. Kini sepasang onyxnya terlihat menggali luka lama itu..

"Maksudmu apa?" Sakumo bertanya kembali saat tidak mendengar jawaban dari Kakashi.

Pria tampan berambut perak itu memalingkan wajahnya dari sang Ayah. Dia menunduk. "Aku sebenarnya tidak tahu siapa dia. Tapi Rin akhir-akhir ini sepertinya sering pergi dengannya"

Sakumo menghela napas, ia menyandarkan punggungnya ke sofa. Ekspresinya terlihat lebih santai. "Dan mengapa kau menyebutnya brengsek?"

Kakashi terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Dia seorang Uchiha.."

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now