Chapter 69

55 7 66
                                    










Ketika ada yang bilang setiap orang punya takdirnya masing-masing, berusahalah temukan takdir terbaik. Termasuk memilih cinta sejati.

Namun apa yang dikatakan, tak semudah ketika akan melakukannya. Wanita itu memang sudah bahagia sepenuhnya dengan lelaki pilihannya. Namun prosesnya tak selancar air mengalir yang menembus apapun yang menghalanginya.

Begitulah takdir, sejenak mempermainkan perasaan keduanya. Mengombang-ambingkan perasaan mereka seperti nahkoda yang sedang berlayar. Demi keegoisan semata, hati harus dipermainkan.

Memutuskan untuk berpisah adalah keputusan yang amat berat. Apalagi, tak ada kejujuran yang hanya menimbulkan kesalahpahaman membuat mereka semakin jauh. Mereka pernah menyerah, tapi kemudian semuanya berubah. Semuanya berubah ketika kebohongan itu terungkap. Mereka memutuskan untuk kembali bangkit dan berusaha menarik tangan satu sama lain.

Begitulah cinta, begitulah takdir. Jika keduanya ditakdirkan untuk bersatu, apapun rintangannya, mereka tidak dapat berpisah.

Jika suatu hari badai besar terjadi lagi, mereka berdua hanya perlu mengingat keduanya sudah ditakdirkan untuk bersama-sama. Keduanya adalah takdir yang dipersatukan oleh Kami-sama. Sekacau apapun, akan ada ketenangan dari keindahan cinta yang akan kembali menyambut jika mereka sudah melewati badai itu dengan baik.

Namun untuk kali ini, mereka tak akan membiarkan badai seperti itu kembali. Mereka juga yakin badai itu tak akan kembali. Hanya ada ketenangan dan ketenteraman yang terbalut oleh cinta.

















Unexpected Love




















Petang menjemput ketika ganasnya hujan mulai menghantam kota itu. Guntur yang menggelegar berkolaborasi dengan kilat seolah menggetarkan hati seseorang. Rintikan air jatuh ke bumi membasahi kota. Beberapa orang berusaha berlindung di bawah naungan hujan.

Hujan malam itu sangat deras sampai-sampai dapat membanjiri jalanan hingga mengakibatkan licin, apalagi derasnya hujan menurunkan pengelihatan para pengemudi yang sedang ada di jalan raya.

Salah satu rumah di kawasan elite itu nampak sepi sekali. Hanya ada tiga orang yang berjaga-jaga di halaman tersebut. Sementara di dalam rumah, hanya ada si wanita yang sedang menunggu kepulangan suaminya.

Sinar cahaya lampu dapat terlihat dari sebuah jendela balkon besar di lantai tiga itu. Wanita itu berdiri di dekat balkon, menatap cemas ke arah luar. Bagaimana tidak? Hari sudah mulai gelap namun suaminya masih saja belum menampakkan diri. Ditambah lagi, cuaca yang kurang bagus di malam ini.

Yang membuatnya sedemikian khawatir adalah, suaminya sedang berada dalam perjalanan pulang dari luar kota. Akan amat berbahaya berada di jalan tol hujan deras begini.

Tak lama kemudian indera pengelihatan wanita itu menangkap sesosok pria yang memasuki halaman. Rin cepat-cepat turun dari kamarnya dan menghampiri pria itu.

Dilihatnya sosok tinggi itu baru saja membuka pintu utama rumah tersebut. Rin segera berjongkok di hadapannya, membantunya melepaskan sepatu.

"Obito-kun, kau membuatku khawatir."

Onyx Obito mengawasi sang istri yang sedang meladeninya. Sedetik kemudian Rin berdiri kembali dan dengan sigap melepaskan jas dan dasinya. Namun Rin sadar dengan pakaian suaminya yang lembab, sepertinya sempat terkena hujan.

"Bajumu lembab, kau pasti kedinginan..  Mau ku siapkan air hangat?"

"Maaf, Rin. Aku lagi-lagi membuatmu menunggu. Apa kita jadi datang kesana?" Alih-alih menjawab duluan pertanyaan itu, Obito merasa bersalah melihat sang istri yang menunggunya. Malam ini pernikahan Kakashi akan dilangsungkan. Namun karena Obito baru datang sekarang, sepertinya mereka akan telat.

Unexpected Love •NewTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon