Chapter 59 (Special Chapter)

64 10 53
                                    













Jantung pria itu berdebar-debar hebat. Sejak tadi pagi jadwal pesawatnya dinyatakan terbang Obito tidak bisa menahan diri agar tenang, jantungnya tak bisa diajak kompromi.

Obito samasekali tidak mengerti mengapa bisa seperti ini.

Setelah dua tahun tidak bertemu dengan wanitanya, rindu yang dia tahan selama ini dalam hatinya berontak dan berteriak. Yang dia pikirkan sejak awal kembali ke Tokyo adalah pertemuannya dengan Rin.

Obito memikirkan mencari cara untuk bisa bertemu tanpa memberi tahu Rin sebelumnya. Dia ingin Rin terkejut melihat kepulangannya yang tiba-tiba. Oleh karena itu, sebuah pemikiran terlintas dalam kepalanya. Dia meminta bantuan Shisui dan Itachi untuk mengajak Rin ke rumah Pamannya.

Ada alasan mengapa Obito meminta mereka berdua membawa Rin ke rumah Pamannya. Alasan pertama adalah jika dia turun dari bandara dan langsung ke rumah ini karena ada beberapa hal penting yang disampaikan pada Izuna. Dan alasan yang kedua adalah dia ingin Rin terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba.

Selama ini Obito selalu merahasiakan kepulangannya. Bahkan dua hari yang lalu ketika Rin bertanya melalui telpon tentang kapan dia bisa pulang, Obito berbohong menjawab pertanyaan itu dengan tidak pasti.

"Apa penampilanku sudah oke?" Obito berdiri di ambang pintu kaca di salah satu kamar rumah Pamanya, ia menatap Itachi dibelakangnya dan meminta pendapat.

"Parfum mu kurang menyengat," Ujar Itachi membuat Obito terbelalak.

"Yang benar?" Tanya pria berambut jabrik itu.

Itachi berdecak dan menggeleng, "Tentu saja tidak. Maksudku.. parfummu terlalu menyengat, kau ingin wanita itu muntah?"

Bukannya tersinggung, Obito malah tersenyum. "Itachi, wanita itu suka pria wangi. Seorang wanita akan jijik jika didekat pria yang bau."

"Obito, maksudku kau terlalu berlebihan. Wangi mu terlalu menyengat. Seharusnya dua semprotan di dada itu sudah cukup. Itu parfum mahal, berapa kau beli?"

Obito mengangkat parfum tersebut dan mengingat-ingat. "Aku beli ini di luar negeri kemarin. Sekitar empat puluh juta."

Itachi hanya mengangkat bahu sebagai jawaban. Dia tidak terlalu terkejut.

Ceklek.

Suara pintu yang terbuka membuat dua pria yang berada di kamar itu menolehkan kepala ke arah pintu. Itachi nampak datar-datar saja, sementara Obito terlihat terkejut.

Shisui masuk kedalam kamar itu dan menghampiri Obito yang berada di depan cermin. "Obito, Rin sudah di bawah."

Melihat gerak-gerik kakak sepupunya yang sedikit aneh, Shisui memicing. "Kenapa kau Obito?"

"Dadaku terasa mau meledak," Obito menepuk-nepuk pelan dadanya. Debaran ini rasanya menyiksa, tapi juga menantang.

"Mau minum?" Shisui segera mengambil segelas air yang menganggur di atas nakas dan memberikannya pada Obito. Obito langsung meminumnya hingga tandas.

"Baiklah, terimakasih atas bantuan kalian. Aku akan menemui Rin di bawah," Obito berucap dan langsung mendapati anggukan dari dua adik sepupunya itu. Saat berada di pintu, Obito berucap kembali sebelum menutup pintunya, "Ah, kalian jangan ada yang turun. Oke? Pastikan juga Paman juga jangan turun,"

Itachi menghela napasnya kasar sementara Shisui tertawa kecil. "Bersenang-senanglah!"












Obito melangkahkan kakinya menuruni tangga. Hal yang dia siapkan sebelumnya adalah membuat meja di samping kolam dengan suasana romantis dan dipenuhi lilin. Berbagai macam hidangan makan malam di atas meja sudah siap, lengkap dengan minumannya.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang