Chapter 31 (Special Chapter)

84 14 45
                                    








Operasi sudah dilakukan.

Nohara Sato sudah dipindahkan ke ruang pemulihan dan tetap dipantau oleh tim dokter dengan teratur. Infus dan tabung oksigen juga masih terpasang selama pria itu belum bisa makan dan minum dengan sempurna.

Dokter Tsunade telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Wanita itu sudah mengurangi tekanan dan desakan pada otak pasiennya dengan cara memperlebar arteri karotis yang menyempit. Cara ini bekerja dengan membuka kembali pembuluh darah yang tersumbat agar aliran darah dapat mengalir kembali ke otak.

Setelah operasi, Tsunade memerintahkan kepada suster dan perawat agar Sato dipindahkan ke ruang ICU. Alasan wanita itu memilih ruangan ICU karena operasi pembedahan tengkorak ataupun operasi organ dalam seperti jantung, paru-paru, atau sumsum tulang belakang memiliki tingkat resiko yang tinggi. Ruangan ICU adalah pilihan yang sangat tepat untuk pemulihan pasca operasi itu agar kondisi pasien cepat stabil. Setelah kondisi pasien stabil, barulah dia bisa dipindahkan ke ruang rawat inap.

Alasan lain dimana pemulihan pasca operasi yang bisa berjalan lebih cepat, Sato mendapatkan penanganan dan pengawasan yang ketat dari tenaga medis.

Nohara Rin menatap layar monitor  yang menunjukkan tanda-tanda vital sang Ayah. Sudah beberapa hari pasca operasi Ayahnya namun pria itu masih belum sadar. Secara yang dia ketahui setelah melihat layar monitor, tanda-tanda vital sang Ayah normal-normal saja. Mungkin hanya menunggu beberapa hari lagi hingga dia sadar.

Rin meraih telapak tangan keriput itu, menggenggamnya. Ayahnya selalu terlihat rapuh, apalagi apa yang tersaji sekarang di hadapannya. Perban yang melilit di kepala sang Ayah, alat bantu bernapas, infus, dan alat-alat lainnya yang menempel pada tubuh sang Ayah. Tapi bagaimanapun juga, Ayahnya itu sedang berjuang agar bisa sembuh.

Rin tidak tahu lagi harus berterimakasih pada Obito dengan cara bagaimana. Walaupun memang masih belum diketahui secara pasti apa Ayahnya bisa kembali normal seperti dulu, setidaknya untuk sekarang bebannya sudah berkurang. Rin yakin, dia pasti perlahan-lahan bisa kembali normal. Ya, tidak sepenuhnya sembuh, tapi setidaknya dia bisa beraktivitas seperti dulu lagi.

Kami-sama...

Rin mengusap air matanya yang sempat menetes. Perasaan senang dan sedih bercampur aduk menjadi satu. Rin senang jika ada seseorang yang dengan senang hati membantunya, tapi disisi lain, nyatanya dia masih bergantung pada orang lain. Nyatanya dari dulu dia selalu bergantung pada orang lain.

Rin mengecup sebentar punggung tangan sang Ayah sebelum akhirnya melepaskan genggamannya. Rin keluar dari kamar ICU dan melepas semua atribut yang dia gunakan untuk memasuki ruangan ini. Tidak jauh dari depan kamar, ternyata ada dua sosok pria yang sedang berdiri di sana.

Sejak kapan mereka disana?

Rin segera menghampiri dua orang itu. Sang kekasih tersenyum lembut padanya, pria disebelahnya juga begitu.

"Aku tadi mengajak Genma untuk beli makanan diluar," Obito membuka pembicaraan, "Sekarang sudah hampir tengah malam. Sebaiknya kita pulang ke penginapan,"

"Maaf kalau aku merepotkanmu," Jawab Rin setelah menerima beberapa bungkusan dari Obito. Obito hanya menggeleng sebagai jawaban. "Genma, kau sudah makan?"

"Sudah kok, ini bos membelikanku beberapa camilan juga." Jawab pria itu mengangkat kantong plastik berisi makanan ringan.

"Ah,.." Rin mengangguk dan melirik Obito yang tersenyum padanya.

"Kalau begitu, ayo kita pulang." Ucap Obito kemudian, onyxnya menatap keduanya.

Mereka melenggang pergi meninggalkan rumah sakit. Didalam mobil, wajah ramah pria itu berganti dengan pandangan penasaran. Dia menyernyit, "Kau menangis?"

Unexpected Love •NewDonde viven las historias. Descúbrelo ahora