Chapter 12

91 22 45
                                    







Uchiha Obito tak pernah menyangka bahwa hujan deras benar-benar mengguyur daerah ini. Baru tiga puluh menit setelah mobilnya berjalan, hujan sudah membabi buta. Ramalan hujan yang katanya akan turun hujan kecil itu ternyata tidak sepenuhnya benar. Nyatanya sekarang, hujan turun dengan sangat deras, disertai angin kencang dan kilatan petir.

Karena hujan nampak begitu deras, pandangan didepan jalan menjadi kabur. Ditambah lagi, jalan yang beranjak turun bukit dengan beberapa lampu jalan yang berjarak dua puluh meter sekali. Sesungguhnya, amat beresiko jika melanjutkan perjalanan.

Pria itu menghela napas. Belum apa-apa, tapi alam nampaknya tidak menyetujui hubungannya.

"Rin?" Obito menoleh sepintas ke arah samping. Dimana ia melihat wanita yang sempat menghadap jendela, akhirnya menoleh.

"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang. Hujannya benar-benar deras, keselamatan kita sekarang nomor satu."

Rin tergugu di tempat. Lantas, apa maksud pria itu bicara begini?

"Aku tahu tempat berteduh untuk sementara waktu."

Rin mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"

Selama beberapa saat, pria itu tidak berniat menjawab. Rin menatapnya dengan penasaran.

Memutuskan untuk menyerah, Rin pun akhirnya diam. Maniknya meneliti jalan kembali dari jendela. Dimana ia melihat diluar sana hujan memang deras. Kilatan petir menyambar.

"Maaf, aku mengingat-ingat kembali tempat yang akan kita singgahi untuk malam ini untuk bermalam. Bukan solusi yang buruk, bukan?" Obito menoleh. Akhirnya pria itu menjawab pertanyaan tersebut, sepasang onyxnya terlihat khawatir.

Selama sesaat, otak Rin seakan berhenti berfungsi setelah mendengar ucapan itu. Tepatnya ia shock mendengar kalimat terakhir yang Obito lontarkan. Setelah beberapa detik otaknya mencerna apa yang pria itu katakan, kedua bola mata coklat Rin membesar.

"Apa?" Tanya Rin pelan. Nyaris berbisik.

Sudah Obito duga, respon Rin akan seperti ini.

Obito menghela napas. Ia tersenyum, bermaksud untuk menjelaskan mengapa dia meminta mereka untuk bermalam. Sekaligus agar Rin tidak berpikir yang tidak-tidak.

"Rin. Kau tahu, aku tidak bisa menyetir dengan tenang dalam kondisi seperti ini."

Jujur saja, Obito tidak mau mengalami kejadian buruk yang kedua kalinya.

Sepasang onyx pria itu menangkap kilatan ekspresi terkejut dari wajah Rin yang belum kunjung pudar. Sedetik kemudian, ekspresi kaget itu tergantikan dengan rasa panik mulai menggerayangi. "Lalu apa maksudmu?"

Obito menarik nafas dalam. Senyum di bibirnya pudar dan ia memejamkan matanya lelah. "Yang pertama, kau harus tenang. Dan yang kedua, kita harus mencari penginapan di sekitar sini."

Rin kehilangan kata-kata. Merasa bingung dan tak berdaya, wanita itu hanya mengangguk pelan pada akhirnya, lebih untuk meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.










Mobil mewah itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan. Obito sudah sering melewati jalur di area ini, dan jika ia tidak salah ingat ada sebuah penginapan yang sangat sederhana. Dan dugaannya benar ketika ia melihat cahaya di depan bangunan tersebut.

Rin keluar dari mobil dan mengikuti langkah Obito yang memasuki sebuah bangunan sederhana. Sangking sederhananya ia tidak bisa menyebutnya 'hotel', mungkin motel adalah sebutan yang cocok untuk penginapan ini.

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now