Chapter 39 (Special Chapter)

86 11 73
                                    






Warning: Siapkan tissue untuk berjaga-jaga buat yang gak bisa menahan air mata :)






Mendapati tumpukan berkas yang harus ia tata bukanlah merupakan hal baru bagi pria berambut jabrik itu. Bergelut selama berjam-jam hingga petang, mengikuti segala rapat hingga terjun kedalam lapangan menjadi rutinitasnya.

Jadwal menumpuk, berkas dan rekapan yang tersedia manis di atas meja. Madara dan Izuna mengenal ia sebagai bawahan mereka yang teladan. Hasilnya selalu memuaskan dan perhitungan yang selalu tepat sasaran. Tak heran Madara kerap mengajaknya makan siang bersama untuk menemaninya bertemu tamu-tamu penting.

Jabatannya setelah Madara dan Izuna membuat Obito menjadi orang yang begitu disegani di kantor, tidak banyak orang yang ingin berbicara dengannya. Pria itu juga sebenarnya tidak terlalu kelihatan banyak omong. Namun dia cukup terlihat ramah seperti Izuna. Berbeda dengan Pamannya yang satunya, Uchiha Madara.

Kerap kali Obito juga menjadi rebutan hangat di kalangan karyawan wanita yang cari perhatian. Sama seperti rekan kerjanya sekaligus sepupunya, Uchiha Itachi. Muda, cerdas dan rapi. Badannya juga tegap tinggi dan bagus.

Sejak kemarin, moodnya memburuk tatkala mendengar kabar dari sahabatnya jika kekasihnya tengah makan malam dengan seorang pria. Obito ingin menanyakan hal ini jelasnya pada Rin, namun jadwalnya benar-benar padat sehingga tidak bisa menemuinya.

Rin juga akhir-akhir ini jarang menelponnya. Teringat beberapa hari yang lalu Rin bilang jika dia akan sangat merindukannya, mengingat dirinya akan di luar kota selama sepuluh hari.

Ini adalah hari yang terakhir. Besok dia sudah bisa pulang kembali. Namun bukan berarti pekerjaannya sudah selesai, dia akan sering-sering ke luar kota.

Pria berambut jabrik itu meraih ponselnya setelah mendengar suara dering pesan. Ia mengusap layar itu dengan telunjuknya untuk melihat siapa yang memberinya pesan. Seketika bibir menawannya tersenyum.

Ternyata Rin mengajaknya untuk bertemu. Sedikit bertanya-tanya saat dalam pesan Rin mengatakan jika 'dia ingin berbicara sesuatu yang penting'. Obito sebenarnya tidak mengerti, namun dia juga ingin bertanya soal 'makan malam' yang katanya Pain Rin sedang berduaan dengan Kakashi.

Obito paham, sangat paham jika Kakashi dan Rin hanya sebatas sahabat. Mungkin kedekatan itulah yang membuat Pain sedikit salah paham. Jadi seharusnya dia tidak perlu berpikir yang tidak-tidak.





















Unexpected Love





















Jika ada yang bertanya, apa sejatinya sepasang kekasih jika nyatanya salah satunya tidak mencintai?

Karena keterpaksaan, misalnya?

Apakah sesuatu yang dipaksakan selalu berakhir dengan buruk?

Seharusnya masalah ini bisa berjalan lebih mudah. Memang dia tidak mencintai Hatake Kakashi, tapi Kakashi mencintainya dengan tulus. Mereka bukannya tidak saling mencintai, tapi ada salah satu dari mereka yang dengan sabar ingin berjuang.

Rin merasa dunia sedikit melenceng dari porosnya. Dimana titik tersebut bukan lagi dirinya dan Obito. Dimana sesuatunya harus berjalan dengan keterpaksaan. Kakashi bilang berkali-kali jika akan terus berusaha agar dia bisa mencintainya.

Nyatanya tidak seperti itu. Tidak semudah itu melupakan seseorang yang sudah terlanjur dicintai, melupakannya mungkin akan terasa sulit. Butuh waktu lama, itupun jika Kakashi beruntung. Jika tidak? Mungkin pernikahannya akan berjalan tanpa rasa cinta.

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now