Chapter 20

88 17 59
                                    






Diam-diam Uchiha Izuna memperhatikan gerak-gerik sang kakak yang sedang duduk di bangku taman sendirian. Sejak satu jam yang lalu Obito pamit pulang, sesekali Izuna melihat Madara tersenyum sendiri, tertawa sendiri. Entah apa yang pria itu pikirkan.

Nampaknya Madara sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Merasa ganjal dengan sikap sang kakak, Izuna menghampiri Madara. Duduk disebelahnya. Kedatangan Izuna yang duduk tiba-tiba, membuat senyum Madara pudar.

"Ada apa, Nii-san? Dari tadi aku melihatmu tersenyum sendiri."

"Ah, tidak." Madara menanggapi, menggelengkan kepala sembari tersenyum lagi. "Tidak ada apa-apa, hanya teringat acara komedian di telivisi tadi sore."

Belum sempat Izuna menjawab, Madara berdiri dari bangkunya. Ia paham Izuna lagi-lagi sedang menaruh rasa curiga padanya, "Mengapa kau bertanya seperti ini pada kakakmu sendiri? Sudahlah, aku mau tidur. Sudah malam."

"Nii-san!"

Detik itu juga Madara pergi meninggalkan Izuna sendirian. Mengabaikan teriakannya. Ia sudah terlalu malas menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang seolah menyudutkannya.

Madara masuk kedalam kamarnya yang hening. Pria itu menutup pintunya. Madara menaiki kasur, mengambil ponselnya yang tergeletak sejak tadi di atas nakas. Disaat itulah ia melihat beberapa panggilan masuk dari seseorang dan juga SMS.

Licik, pikir Madara. Orang yang kelihatannya polos dan sopan, namun tanpa harus sungkan meminta uang jumlah banyak pada dirinya.

Madara membalas pesan orang itu, langsung memberikan beberapa jumlah uang pada nomor rekeningnya. Berkat bantuan sekretaris-nya, ia jadi lebih mudah untuk melakukan sesuatu.

















Unexpected Love
















..

Keesokan harinya, Obito menyibak kordennya yang dingin. Jejaknya mendekat pada batang balkon yang lumayan lebar. Didepannya pemandangan bangunan-bangunan rumah yang berdiri tak jauh dari tempat berdirinya. Mulutnya mengemut sebatang permen. Sementara perhatiannya hanya terfokus pada beberapa dokumen yang sedang dipegangnya.

Ada beberapa yang menarik perhatiannya. Madara dan Izuna pernah bercerita jika Ayahnya itu mempunyai beberapa properti. Dan selama bertahun-tahun lamanya, dia akhirnya mengetahui beberapa properti milik sang Ayah yang jatuh ke tangannya. Kebanyakan properti tersebut di luar kota, lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

Beranjak, Obito mengembalikan dokumen tersebut kedalam brankas yang tersimpan di kamarnya. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya setelah membuka lemarinya. Beberapa foto album lama memang disimpan disana, sedikit berdebu.

Ah, dia benar-benar merindukan kedua sosok yang berada dalam album itu. Obito mengusap sedikit debu-debu yang menempel di album itu, lalu membukanya.

Melihat wajah Ayahnya dalam album, membuat dia teringat akan sikap-sikapnya. Dulu saat Ayah dan Ibunya masih ada, Ayahnya adalah orang yang ceroboh namun dia baik. Tapi ada beberapa hal dimana Obito sering mendapati sang Ayah bertengkar atau berdebat dengan adik-adiknya, entah karena apa. Sementara Ibunya, Ibunya adalah orang yang sabar dan lembut. Caranya berbicara, tertawa dan caranya bersikap. Tapi ada salah satu hal sikap sabar yang mungkin Obito ingat, Ibunya itu hanya diam jika mendapat amarah dari Ayahnya.

Obito menggeser foto selanjutnya, kali ini terlihat keluarga besar Uchiha yang sedang berfoto. Kakek neneknya, Ayah ibunya, dan juga paman-pamannya. Saat itu umur Obito masih lima tahun, dia tersenyum di album foto. Sedang raut Ayahnya kusut, dia tidak mengerti masalah apa yang sedang Ayahnya hadapi, mengapa dia selalu seperti itu.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang