Chapter 44 (Special Chapter)

73 13 71
                                    













Keduanya duduk di dekat pohon. Meja masih kosong, hanya ada beberapa kue. Sepasang mata wanita berambut gelombang hingga sepunggung itu tak lepas dari pria dihadapannya. Dia sebenarnya tidak mengenal siapa pria berambut jabrik itu dan baru bertemu dengannya kali ini. Ini kali yang pertama.

Pesonanya benar-benar tidak main-main. Tubuh proporsional, tinggi, badan tegap dan wajah yang tegas. Wanita mana yang tidak terpesona dengannya? Apalagi, kali ini temannya—Sasori dan Deidara menyuruhnya untuk datang ke pesta ulangtahun dan mencoba berkenalan dengan Obito.

"Obito-kun, mau kue nya?" Si wanita mencomot kue tersebut dan mengarahkannya langsung tanpa malu-malu kedepan mulut Obito.

Pria berambut jabrik itu terlihat kebingungan. Obito mengangkat sebelah tangannya untuk menolak, membuat si wanita cemberut. "Aku baru saja sikat gigi."

"Lelucon macam itu?" Jawabnya masih cemberut.

"Ah," Obito mengangkat sebelah tangannya dan tersenyum penuh arti. "Aku ingin minum wine. Lebih baik, ambilkan saja. Mintakan pada pelayanannya."

Wanita itu terlihat terkejut. Tapi sorot semangatnya terlihat. Segera dia menurut dan beranjak meninggalkan Obito.

"Huff, merepotkan." Ujar Obito menyilangkan kedua tangannya.

Sejenak onyx Obito tidak menyadari kehadiran Rin. Ia mengarahkan pandangannya kesana-kemari, melihat Sasori didekat panggung dan menyalami satu persatu tamunya, kemudian Pain dan Konan yang sepertinya belum datang juga. Mereka berdua kelihatannya agak repot, mengingat mereka tidak berdua lagi. Melainkan ada sebuah bayi yang harus mereka urus.

Mengalihkan pandangannya pada sebuah tempat, energi pria berambut jabrik itu langsung terkuras dalam satu tarikan ketika pandangannya beralih, mengarah pada sebuah meja di dekat pohon — Yang tak jauh darinya.

Onyx Obito melebar. Ia mengerjab beberapa kali agar tidak mengira jika dia sedang halusinasi.

Hingar bingar musik masih meramaikan tempat itu. Tapi keduanya, baik Obito dan Rin hanya merasakan keheningan yang menyelimuti. Obito dan Rin, keduanya langsung merasakan seluruh desiran darahnya mengalir dengan tidak normal. Jantungnya pun berpacu cepat.

Benarkah itu Nohara Rin?

Seakan ada sesuatu yang membuat salah satu dari mereka mengangkat kedua kakinya. Obito beranjak dan segera menghampiri meja didekat pohon itu.

Otak Rin keruh. Untuk berpikir pun rasanya tidak sanggup, apalagi bernapas. Obito menyadari keberadaannya dan menghampiri mejanya. Setiap langkahnya menjadikannya semakin takut.

"Kau disini juga?"

Suara berat itu sangat memporak-porandakan kedamaian nafasnya. Selama beberapa detik, Rin hanya menatap. Memperhatikan bagaimana raut itu yang terlihat masih terkejut. Obito selalu bisa membuatnya bergeming dalam kebisuan.

"Obito—" Rin tercekat. Seperti ada sebuah benda besar terganjal di tenggorakannya. "K-kau juga..?"

Kata-kata yang keluar dari mulutnya sangatlah tidak tepat. Tentu saja Obito disini karena dia teman Sasori, bukan?

Obito mendengus. Ia memalingkan wajahnya dan tak sanggup menatap. Entah hanya dengan melihat wajah Rin membuat pria itu sangat merindukan masa-masa yang sempat mereka lalui.

Sialnya, semakin hari berusaha sekuat apapun untuk melupakan Rin, usahanya selalu saja gagal hingga perasaannya sendiri seolah-olah tengah menyiksanya. Padahal sudah berbulan-bulan lamanya.

Dan untuk pertama kalinya setelah renggang waktu yang cukup lama tidak bertemu dengan wanita itu, darahnya berdesir hebat.

"Aku cukup terkejut melihatmu disini, Rin. Aku mengira jika aku salah lihat,  ternyata benar dirimu."

Unexpected Love •NewWhere stories live. Discover now