Chapter 25

86 15 72
                                    






..

Gelap masih menghantam kelopak mata pria itu yang tak kunjung terbuka. Kepalanya terasa berat seperti ditusuk ribuan jarum, kebas lehernya tertekuk. Untuk beberapa saat ia membuka matanya dan dapat menyaksikan langit yang memerah dari jendela kamarnya.

Bersama tubuhnya yang lemah, pria berambut perak itu menegakkan tubuhnya.

Hatake Sakumo masuk kedalam kamar tidur putranya, kondisi berantakan langsung menyambutnya. Seprai dan selimut berserakan, namun tubuh Kakashi berada di atas kasur.

Jujur Sakumo sangat prihatin setelah mendengar cerita dari Kakashi jika Rin berpacaran dengan seorang pria Uchiha. Dia amat kasihan pada putranya, mengapa wanita itu lebih memilih orang baru daripada putranya sendiri yang sudah lama mengenalnya dan sangat peduli padanya?

Akibat dari semua ini, Kakashi patah hati dan tidak keluar dari kamar berhari-hari. Berhari-hari? Ya, pria itu bahkan tidak berangkat bekerja. Entah Kakashi sudah izin atau belum ke pihak sekolah, tapi Sakumo amat khawatir jika putranya kehilangan pekerjaan.

"Kakashi, sekarang sudah sore. Makanlah, kau belum makan sejak pagi." Ucap Sakumo.

Tak hanya mengurung diri di rumah, Kakashi juga tidak bisa mengatur pola makannya. Hari ini, Kakashi belum makan sejak pagi, bahkan sejak kemarin-kemarin Sakumo harus memaksanya terlebih dahulu agar Kakashi mau makan.

Tidak ada jawaban. Sejenak hanya ada keheningan.

Dalam keremangan kamar itu, Sakumo dapat melihat jelas raut wajah Kakashi yang kacau. Sangat kacau. Rambut peraknya berantakan, matanya yang memerah dan kantung mata.. Ekspresinya.. yang seakan-akan Sakumo melihat kepedihannya kembali seperti hari itu. Hari dimana Hatake Kakashi, putranya sempat shock karena mereka berakhir pada kebangkrutan dan mencoba untuk hidup sederhana.

Tidak... Sepertinya kali ini berbeda. Baru kali ini dia melihat ekspresi wajah Kakashi yang terlihat sangat terluka.

Krak.

Sakumo mengerjab saat dia hendak menghampiri Kakashi dan kakinya ternyata menginjak sesuatu. Sakumo menundukkan kepala dan ternyata sesuatu yang dia injak itu adalah sebuah bingkai foto.

Bingkai itu pecah, bersamaan dengan kacanya. Foto putranya dan wanita yang dicintainya..

Sakumo menghela napas dan segera memungutnya. Nampaknya bingkai foto ini sudah pecah sebelumnya karena ulah Kakashi.

"Kakashi.." Sakumo berjalan lalu duduk di kasur. Ia menepuk pundak putranya. "Ayah tidak ingin melihatmu kacau seperti ini. Sebenarnya aku juga kecewa mendengar ceritamu, tapi.."

Sakumo menghela nafas sebelum melanjutkan, "Ini bukan akhir. Rin masih berpacaran, mereka mungkin saja bisa putus. Kau bisa saja yang berada disampingnya, nanti." Bujuk Sakumo berusaha menenangkannya.

Tidak ada suara berat yang meluncur dari bibir putranya. Jujur, Sakumo sangat mengasihaninya..

"Kau terlihat sangat menyedihkan. Jangan seperti ini, Kakashi.." Ulang pria itu untuk yang kedua kalinya.

"Aku ingin sendiri. Bisakah kau keluar?"

Suara dingin itu membuat Sakumo terdiam. Pria berumur lima puluh tahunan itu mengangguk kemudian dan segera beranjak.

Pelan-pelan Sakumo menutup pintu kamarnya, ia kemudian mendudukkan diri di ruang keluarga. Dalam hati dia sangat prihatin dengan Kakashi. Dia tak mau Kakashi bersikap dingin seperti dulu lagi karena shock. Beruntung ada Rin yang menemaninya sehingga sifat pria itu melunak.

Tok-tok..

Sakumo tersadar dari pikirannya sendiri setelah mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia segera bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu.

Unexpected Love •NewDonde viven las historias. Descúbrelo ahora