Chapter 021

5.6K 298 0
                                    

Aditya dan keluarga kembali pulang setelah menghabiskan waktu bersama sahabat lamanya dan keluarganya. Mereka bertiga memasuki rumah mewah itu bergantian dari Aditya, Linda dan setelah itu Afan yang terakhir.

"Sayang, kamu ke kamar dulu. Aku perlu bicara bersama putra kesayangan kamu" tutur Aditya.

Linda mengangguk, tetapi langkahnya berhenti ketika Aditya berucap kembali .

"Jangan memeluk guling sebelum aku kembali, jika tidak mau guling itu rusak. aku cemburu dengan guling menj!j!kkan itu!!

Linda tersenyum manis dan pergi melenggang begitu saja.

"Gengster kok bucin" gumam Afan.

"Kamu nanti akan seperti itu juga, bukan nanti tapi sekarang. Papa sudah tau tentang kedekatan kamu dengan Devi" ucap Aditya.

"Rakha. Sial4n!" umpat Afan, karna dia tau siapa lagi yang akan memberi informasi itu jika bukan panglima kecil itu.

"Kamu tau apa yang Papa maksud?"

Afan menggeleng.

"B0d0h!" umpat Aditya.

"What Pa? Apa yang harus Afan ketahui?"

"Jaga Devi jangan sampai dia lecet sedikit pun. Sampai itu terjadi, kamu dan anggota geng receh kamu yang akan membayarnya" ucap Aditya dengan nada serius.

"Harus aku?" tanya Afan dengan wajah polosnya.

"Perlu Papa katakan dengan tonjokan di perut kamu?" ucap Aditya dingin.

"Yes Pa" jawab Afan enteng.

"Kasihan tubuh kamu, nanti Devi tidak akan tertarik jika ada lebam disana" ucap Aditya, Afan hanya terkekeh kecil.

"Ingat Fan, Devi itu perempuan. Dia butuh perisai yang kuat menutupi tubuh mungilnya. Dia wanita, dia tidak akan bisa melawan jika ada masalah yang nantinya akan menimpa dia. Dan inget juga Fan. Papa mempunyai janji kepada Om Gabriel, jika bukan Papa maka kamu yang akan menepati janji Papa" seru Aditya lembut.

Afan mengangguk begitu saja. "Ada lagi yang mau Papa bahas? Afan mau tidur"

"Satu lagi kalau sampai Devi lecet, a-"

"ATM aku disita, motor aku disita, uang jajan aku dikurangin iyh kan?" Afan memotong ucapan Papanya yang begitu familiar di pikirannya.

"Pinter, anak siapa sih?" tanya Aditya.

"Anak lo Aditya" balas Afan enteng tanpa menyebut kata Papa membuat Aditya emosi.

"Kamu mau, mulut kamu saya sumpel pakai kain yang kebakar!" ucap Aditya sedikit Emosi.

"Sabar Pa, Afan cuma ngetes doang" balas Afan.

"Pergi, jangan sampai tangan Papa menyentuh pipi kamu!"

Afan terkekeh ketika melihat Papanya tersulut emosi. "Santai, saya masih hormat kepada anda" setelah mengucapkan itu dia langsung pergi ke kamarnya karena dia takut wajahnya ditampar oleh Papanya.

GENGSTER BUCIN (DEFAN) [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang