13. THE VLOG

3.7K 220 0
                                    

[Tahun 2023]

"Agak bodoh jika merekam monolog yang nantinya akan di lihat sendiri. Tapi ... baiklah."

Seorang anak perempuan yang mengenakan seragam sedang berada di dalam kamar. Kamar yang hanya diterangi satu lampu berwarna kuning. Terpantau, lampu kuno.

Diatas meja, terdapat ponsel dalam kondisi merekam. Wajah perempuan dan suaranya terekam didalam ponsel. Sebelum memulai monolognya, pemilik kamar menghembuskan napas panjang.

Lantas ia berkata, "hai lagi? Disini Seri, Serinaraya Cakrawangsa. Mata merah ini? Jangan dianggap, jangan pernah feel queer dengan mata ini. Ah ... maaf berbasa-basi. Langsung saja. Laporanku hari ini ... 13 Juli 2023. Sekolahku sudah memulai kegiatan belajar mengajar. Sekolah swasta tempatku belajar, masuk lebih awal dibandingkan sekolah yang lainnya. Aku ada di kelas 12-3, sekelas dengan para bule ganteng yang sering menjadi target halu ... murid Archipelago High School. Ak-"

Video Seri harus terjeda. Perempuan itu mendengar suara aneh yang selalu datang waktu sore hari. Dengan sigap, Seri menggapai ponselnya dan berlari menuju lemari kayu yang besarnya tiga kali lipat dari tubuhnya.

Di dalam sana, Seri berusaha santai. Ia sudah terbiasa dengan hal ini. Suara aneh, disertai datangnya sosok hitam besar yang berlumuran darah dan memiliki bau yang busuk.

Sosok itu berkeliling di kamar Seri selama beberapa menit. Seri menahan diri untuk tidak menimbulkan suara, untunglah ponsel perempuan itu sadar situasi saat ini. Tidak ada satupun notifikasi yang hadir. Hingga sosok itu keluar dari kamar dan meninggalkan jejak darah yang membuat Seri menahan napasnya.

Ponsel kembali diletakkan diatas meja belajar. Seri masuk ke kamar mandi yang ada di sudut kamar dan mengambil alat pel. Sambil Seri membersihkan darah yang ditinggalkan sosok busuk itu, kamera ponselnya kembali merekam video.

"Sudah menjadi kebiasaan di setiap video. Rasanya ada yang kurang jika tidak membersihkan darah ini, ya kan? Hahh ... aku tidak pernah menceritakan mengenai sosok itu ya? Baiklah ... akan aku beritahu, dia adalah ... aku juga tidak tahu. Kedua orang tuaku selalu tutup mulut saat aku menanyakan hal ini. Hingga ... pada akhirnya aku menyerah dan mulai terbiasa," ungkap Seri sembari terus mengepel lantai.

Seri masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan alat pel yang baru saja dipakai. Perempuan itu kembali ke hadapan ponsel dan mengarahkan kamera ponselnya ke arah lantai yang basah.

"Lihat? Aih. Melihat darah, aku jadi teringat dengan kejadian di sekolah tadi pagi. Jadi ... ada seorang laki-laki yang katanya ... orang Belanda. Rambutnya tidak pirang seperti orang Belanda lainnya. Lainnya yang aku maksud adalah siswa-siswi di Archipelago High School. Dia ... seperti terkena sial? Ada satu sosok yang aku lihat, mengikuti laki-laki itu. Sebagai manusia yang bisa melihat mereka ... aku tidak mau ketahuan. Makanya aku tidak mempedulikannya. Eh tiba-tiba, sosok itu membuat laki-laki itu berdarah di area tangan."

Seri menjeda ceritanya, perempuan itu membawa ponselnya yang merekam ke lemari pendingin di kamarnya. Seri mengambil beberapa minuman dan camilan. Dia juga mencomot popcorn karamel yang ia buat kemarin.

Sembari mengunyah, perempuan itu berkata, "aku terkejut ya. Aku mengatakan padanya jika tangannya berdarah. Darah yang mengalir cukup banyak, membuat aku ingin muntah. Tapi ... laki-laki itu malah berkata, 'Darah apa?' tentu saja aku terkejut. Akhirnya ... aku menyadari jika ini adalah jebakan. Jebakan yang dibuat sosok jelek itu. Arghhhh ... aku kesal sekali! Lantas, mataku dan mata sosok itu bertemu. Senyum gila tercetak di wajah hancurnya dan entah karena apa ... mata merahku menyala terang."

Seri membuka bungkus camilannya. Tangan perempuan itu mulai masuk ke dalam bungkusan. Biskuit cokelat berukuran kecil keluar dari sana.

"Beberapa kali ... mataku berubah menjadi merah terang seperti itu. Keluargaku juga memiliki mata merah ini, kecuali ibu dan para tante juga bibiku. Aku pernah hampir bertanya, tetapi ... ayah dan ibu sedang sibuk di kamar. Tentu saja aku tidak mau menganggu. Aku hanya ... bingung. Tunggu, pembahasan ini mulai melebar kemana-mana."

Seri meneguk soda bermerek hijau sampai tidak bersisa. Perempuan itu mengamati pantulan dirinya dilayar ponselnya. Posisi merekam membuat Seri serasa berhadapan dengan clonning dirinya.

Saat ini ... mata merahnya redup. Walau teman-teman tidak pernah menyinggung warna matanya, perempuan itu selalu merasakan tatapan aneh dari orang-orang.

Tidak hanya itu, Seri juga dianggap aneh karena selalu memiliki pemikiran yang berbeda dan diluar nalar manusia. Perempuan itu tidak seperti siswa kelas 12 pada umumnya.

"Aku bukanlah siswi yang pendiam dan tidak aktif di kelas. Sebaliknya aku sangat cerdas dan selalu aktif di kelas. Hanya saja ... aku kadang merasa tidak beres dengan diriku sendiri. Kenapa aku punya kecerdasan yang luar biasa ini?" tanya Seri kepada dirinya sendiri.

Seri mematikan videonya. Rekaman sudah diakhiri. Perempuan itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di dalam sana, perempuan itu tidak sengaja mendengar suara teriakan seorang wanita. Seri mematikan shower untuk mendengarkan dengan lebih jelas.

"Tante Lilis? Kenapa dia?"

Seri tidak ambil pusing. Dia menganggap tante Lilis sedang menonton film horor bersama suaminya. Perempuan itu, tidak tahu saja jika Lilis yang baru saja melahirkan itu ... sedang frustasi.

Frustasi karena anaknya yang baru lahir menjadi tumbal. Tumbal Cakrawangsa.

***

Seri keluar kamar untuk makan malam bersama keluarganya. Keluarga besarnya. Di rumah ini, terdapat seluruh anggota keluarga Cakrawangsa. Rumah besar yang luasnya melebihi istana negara.

Seri harus berjalan sejauh 10 meter untuk sampai di ruang makan. Di rumah ini, dialah yang memiliki kamar paling jauh diantara yang lain. Kadang Seri merasa jika dirinya dikucilkan keluarga sendiri. Bahkan ayah dan ibunya.

Ibunya selalu melengos saat melihat dirinya. Awalnya, Seri kecil selalu menangis dan sakit hati. Tetapi, lama-kelamaan hati dan perasaannya mati rasa.

"Anak Lilis baru saja ditumbalkan."

Langkah Seri terhenti. Perempuan itu mendekat ke dinding ruang keluarga. Ia samar-samar mendengar obrolan dua pria dewasa.

Tumbal? batin Seri.

"Yah. Ini memang sudah sepatutnya. Keluarga Cakrawangsa tidak akan pernah hancur, sebab tumbal yang selalu ada setiap waktunya."

"Kau tahu? Tahun ini, para istri yang tinggal di bagian timur ... hamil!"

Bagian timur ... Berarti Bibi Hesti, Tante Nita, Tante Dahlia, Bibi Jo ... dan ibu? batin Naya.

Naya masih belum mengerti arah pembicaraan kedua orang di ruang keluarga itu. Walau nalar dan kecerdasannya luar biasa, perempuan itu masih belum bisa mencerna maksud tersirat dari tumbal, hamil, dan Cakrawangsa.

"Sudahlah. Ayo kita pergi ke ruang makan. Sudah saatnya makan malam."

Seri kelabakan, perempuan itu menjauh dari dinding ruang keluarga. Seri berjalan perlahan menuju ruang makan, tujuan berjalan pelan adalah untuk mengetahui siapa yang berbicara di dalam ruangan.

Keduanya keluar. Seri terkejut melihat dua orang itu.

"Seri?" ujar kedua orang itu saat melihat Serinaraya Cakrawangsa.

"H-hai Paman Panji ... dan Wilo!"

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now