16. THE FIND OUT (2)

3.2K 231 2
                                    

Seri tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi. Dia baru saja bertemu dengan seorang wanita hamil ditengah hutan. Wanita yang menyebut nama Cakrawangsa.

Jadi, setelah wanita hamil itu masuk ke dalam pemukiman. Seri kembali tersedot ke dunianya. Perempuan itu menebak jika dirinya baru saja berada di masa lalu.

"Sepertinya, ada yang pernah kabur dari penumbalan? Wanita itu berhasil tidak ya?"

Seri mengedarkan pandangannya. Jendela menjadi benda mati yang ia lihat, di luar terdapat banyak sekali bercak darah. Yang menambah kengerian adalah suara dentang jam dari bawah. Tengah malam.

Seri meloncat keatas tempat tidur, selimut ditarik hingga menutupi seluruh tubuhnya. Perempuan itu mengatur napas dan memejamkan mata.

Satu hal yang menjadi kebiasaan Seri adalah bersembunyi dibalik selimut ketika tengah malam. Penyebabnya, adalah ... akan muncul sosok mengerikan yang akan menangkap siapapun yang masih terjaga.

Sosok yang muncul di saat jam antik berdentang, lebih mengerikan dari sosok yang muncul setiap sore. Bukan lagi sosok busuk. Melainkan, sosok besar yang memiliki mata merah menyala dan membawa pengawal berpakaian serba emas.

Seri memejamkan matanya, berharap agar bisa terlelap dengan cepat. Napasnya tidak beraturan saat hawa dingin mulai masuk ke kamarnya. Sebisa mungkin perempuan itu mencoba tenang. Suara gemericik perhiasan emas terdengar di telinga Seri.

Seri ingat betul, pertama kalinya ia mengalami hal ini. Saat itu, Seri sedang buang air kecil di kamar mandi yang ada di kamarnya. Begitu kegiatannya selesai, jam berdentang dengan keras.

Seri pikir, itu adalah peringatan tengah malam. Tetapi, semuanya berubah saat suara gemericik terdengar dari luar.

Insting perempuan itu mengatakan untuk bersembunyi di balik selimut. Benar saja, ketika Seri masuk ke dalam selimut, pintu kamarnya dibuka paksa. Hawa disana menjadi dingin seketika. Seri yang posisinya tengkurap, tanpa sengaja melihat kaki-kaki yang memakai perhiasan emas. Jantung Seri berdetak kencang melihatnya.

Tidak seperti dulu, sekarang Seri sudah terbiasa. Walau jika posisinya terjaga, napasnya selalu tersengal-sengal ketika mendengar suara gemercik. Gemericik gesekan antara perhiasan dan lantai.

Saat ini, para pengawal yang berlapis emas itu mengitari tempat tidur Seri. Suara gemericik terdengar semakin keras. Seri belum tidur, ia sangat takut jika ketahuan dan ditangkap.

Matanya ingin melotot saat seorang pengawal menyibakkan selimutnya. Seri sekuat tenaga memejamkan mata dan bernapas dengan tenang. Cukup lama, suara gemericik tidak terdengar. Hal ini malah membuat Seri ketakutan.

Detik berikutnya, kehangatan kembali menyelimuti tubuh Seri. Perempuan itu merasakan jikalau selimut yang disibak kembali berada di atas tubuhnya. Seri masih tidak berani membuka matanya, sehingga dia memilih untuk terlelap dengan segera.

***

Seri memutuskan untuk mencari wanita hamil yang ia temui kemarin. Entah itu mimpi, atau memang ia pergi ke masa lalu. Yang jelas, ini merupakan satu-satunya petunjuk yang dapat ia temukan. Siapa tahu jika mencari wanita itu, Seri bisa mendapatkan petunjuk baru untuk kabur dari penumbalan.

Sabtu pagi, Seri keluar dari rumah untuk mencari wanita hamil itu. Ia beralasan kepada orang tuanya untuk mengerjakan tugas kelompok. Untungnya, alasan tersebut dapat dipakai untuk membimbing orang tuanya. Seri heran sendiri saat orang tuanya langsung menyetujui. Biasanya rentetan pertanyaan dan alasan lainnya membuat Seri tidak bisa melangkah keluar sedikit pun. Tapi, sekarang?

"Ah, sudahlah. Harusnya bersyukur karena diperbolehkan keluar," ujar Seri.

Butuh waktu selama beberapa menit untuk sampai di Yogyakarta bagian timur. Disana, Seri mencoba mengingat lokasi wanita itu berhenti serta masuk ke dalam pemukiman.

"Kalau tidak salah ingat, di depan pemukimannya ada pohon cemara yang cukup besar. Juga ... jalan untuk menuju ke pemukiman itu ... cukup besar. Dilalui becak, masih tersisa banyak place untuk dilalui," ujar Seri.

Seri mencari jalan dan pemukiman yang dimaksud dari aplikasi yang menyerupai peta. Disana, ia melihat dengan jelas daerah Yogyakarta bagian timur.

Harusnya hal ini mempermudah Seri, tetapi perempuan itu malah disesatkan oleh peta digital yang memiliki jargon 99,99% akurat. Seri tidak berada di pemukiman penduduk yang padat. Perempuan itu juga tidak berada di jalan besar yang dia ingat.

Seri malah berada di permukiman warga yang tiap rumahnya memiliki jarak yang cukup jauh. Dengan jalanan masuk yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Ditambah panas matahari yang mulai membakar kulit perempuan itu.

"Ukuran jalan dan becak ... tidak terlalu jauh, place yang tersisa sangat sedikit jika becak masuk ke pemukiman ini. Apakah aplikasi ini menyesatkanku?" tanya Seri kepada dirinya sembari mengusap keringat yang ada.

Perempuan itu memutuskan untuk menanyakan pemukiman yang dia maksud kepada salah seorang warga di daerah ini. Ia tidak ingin tersesat lebih jauh lagi.

Dengan mantap, ia mengetuk salah satu pintu di rumah sana. Perempuan itu menunggu selama beberapa menit. Tapi, tidak ada seorangpun yang keluar. Seri sempat mengucapkan maaf dan pindah ke rumah sebelahnya.

"Permisi ... ijin bertanya!"

Akhirnya, di rumah ketiga. Seseorang keluar, wanita paruh baya dengan daster motif bunga-bunga. Memegang centong sayur. Wanita itu menyandarkan tubuhnya di depan pintu.

"Kenapa?"

"Ah. Maaf menganggu waktunya. Saya mau bertanya. Apa ibu tahu, pemukiman padat yang memiliki pohon cemara di depan gerbang masuknya dan akses jalan ke sana sangat lebar. Apakah ... ibu tahu?" tanya Seri dengan menundukkan kepalanya.

Niat Seri adalah untuk menghormati wanita paruh baya yang ada dihadapannya. Tetapi, ia malah membuat wanita dengan centong sayur itu marah. Gagang centong sayur mendarat di atas kepala Seri.

"Aduh!" pekik Seri.

"Kalau berbicara itu ... lihat lawan bicaramu! Padahal kamu terlihat seperti anak yang tahu aturan dan terlihat cerdas. Tapi, kenapa hal-hal seperti ini tidak kau laksanakan?" tanya ibu itu.

Seri menyembunyikan wajah herannya dengan menundukkan kepala. Sampai akhirnya, ia menatap lawan bicaranya. Berapa terkejutnya dia saat melihat mata merah terpampang nyata di depannya.

Wanita itu juga sama terkejut, mata mereka benar-benar sama. Seri mengambil kesimpulan, jikalau ini adalah anak dari ibu yang berhasil kabur. Tapi ... apakah benar?

"Ibu, anakny—"

Pintu di tutup dengan kasar. Wanita paruh baya itu masuk dan menutup semua jendela. Seri dibuat heran, ia berpikir jika wanita itu ketakutan melihat mata merahnya.

"Tunggu! Aku tidak mengerti apa yang membuat ibu ketakutan. Tapi! Aku tidak berada di pihak Cakra—"

Belum selesai Seri menyelesaikan kalimatnya, mulut perempuan itu di sumpal dengan tangan. Ia digiring masuk oleh wanita paruh baya tadi. Lantas pintu di tutup lagi dengan kencang, suara gebrakan membuat telinga Seri berdengung.

Seri membatin dengan bingung, apa yang terjadi sebenarnya?

Tumbal Keluarga CakrawangsaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ