14. THE FACT

3.4K 221 3
                                    

Sedari tadi, Seri terus melirik-lirik paman dan anak dari adik ayahnya yang lebih tua darinya. Mereka berdua menikmati makanannya dengan kikuk. Bulir-bulir keringat terlihat di dahi mereka.

Seri heran melihat mereka berdua. Tapi, dia tetap mencoba tenang dan tidak peduli. Ia tidak ingin ada masalah yang membuatnya ditegur. Teguran dari sang ayah benar-benar mengerikan.

Seri pernah berpikir jika ayahnya hanya menyayangi keempat kakaknya. Anak bungsu itu, merasa dibedakan dan dikucilkan oleh keluarga sendiri. Seri selalu merasa iri kepada keempat kakaknya. Jika mengikuti pengamatannya, keempat kakaknya juga tidak terlihat peduli dengannya.

Memang, keempat kakaknya itu jarang dirumah. Keempatnya hidup diluar kota, menempuh kuliah semester akhir. Kecuali kakak pertamanya yakni Edsel, yang bekerja di salah satu perusahaan raksasa.

Edwin, Alvin dan Arvin sedang sibuk dengan skripsi mereka. Edwin sempat cuti kuliah selama beberapa bulan akibat masalah dengan pacar masa SMAnya, sehingga berakhir kuliah di semester yang sama dengan adik-adiknya.

Dengan kesibukan keempat kakaknya, ketidakpedulian yang tidak dapat Seri dari kedua orang tuanya, membuat perempuan itu tidak memiliki siapapun yang berpihak padanya. Seri selalu mencoba untuk selalu sibuk di sekolah sehingga jarang dirumah. Hanya saja ... libur kemarin benar-benar membuat perempuan itu merasa jikalau dirinya dikucilkan.

Namun, Seri tidak ambil pusing. Ia lebih pusing memikirkan sosok yang selalu datang saat sore. Keanehan keluarga Cakrawangsa tidak berhenti disitu. Perempuan itu sempat melihat dengan sekilas, sosok-sosok lain yang muncul di dalam rumahnya. Kebanyakan, sosok-sosok lain itu berjenis kelamin perempuan.

Seperti saat ini, Seri bisa melihat semuanya. Sosok-sosok wanita dan beberapa anak kecil perempuan, berdiri dibelakang saudara-saudaramu dengan senyum mengerikan.

Mata seluruh keluarga Cakrawangsa sama-sama merah. Tapi, kenapa mereka semua tidak bisa melihat sosok-sosok itu? batin Seri.

Perempuan itu mencoba melanjutkan makan dengan perasaan takut dan tidak tenang. Ia mencoba tidak mempedulikan mereka, sampai tiba-tiba salah satu sosok disana melepas kepalanya. Sehingga darah mengalir kemana-mana dengan deras.

Selera makan Seri hilang seketika. Harusnya ia terbiasa, tapi rasa syok bisa menyerang siapapun dan kapanpun.

Perempuan itu memutuskan untuk menyudahi makan malamnya. Ia menunduk dihadapan ayah dan ibunya. Walau sebelum ijin diturunkan, Seri mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Semua memalingkan wajahnya ketika Seri menatap mereka.

"Permisi ayahanda. Saya sudah selesai untuk makan malam hari ini. Saya hendak meminta ijin untuk pergi lebih awal," ujar Seri. 

Respon yang diberikan adalah tidak ada. Bahkan ayah dan ibunya hanya diam saat Seri mencoba untuk keluar dari ruang makan. Seri menerima keterdiaman keluarganya, dengan tegar. Perempuan itu membungkuk 90°.

Lantas, begitu diluar. Seri menggerutu sebal. Jika itu ayah dan ibunya ia tidak masalah, perempuan itu tahu jika keluarganya hanya terlihat sempurna di muka umum. Masalahnya, para sepupu yang biasanya akrab dan sering bermain dengannya, ikut berpihak kepada kepala keluarga ini.

Seri masuk ke kamarnya yang remang-remang. Perempuan itu akan membaca pelajaran yang di pelajari di sekolah tadi siang.

Tanpa terasa, tengah malam hampir tiba. Terlalu asyik membaca, membuat Seri lupa waktu. Galon dan air yang ada di dalam kamarnya habis, terpaksa perempuan itu turun ke bawah untuk mengambil minum.

Perempuan itu terus-menerus menguap selama perjalanan menuju dapur. Bagaimana tidak? Jarak antara tangga dan dapur rumahnya sangat jauh.

Di dapur, Seri meminum air di satu gelas sebanyak tiga kali. Perempuan itu menarik napas lega saat air membasahi tenggorokannya. Agar tidak turun kebawah lagi saat terbangun, perempuan itu mengisi sekali lagi botol minum yang sengaja dibawa.

Seri menguap beberapa kali, telapak tangan kanannya menutupi mulut. Sedangkan tangan kirinya mematikan dispenser dan mengambil botol minum. Perempuan itu beranjak dari dapur. Untuk kembali ke kamar, Seri perlu melewati lorong gelap yang panjang. Sebab tangga terdapat di ujung rumah.

Ketika berjalan di lorong, Seri melihat sebuah ruangan yang memiliki pintu berukiran aksara Jawa, perempuan itu tidak mengetahui isi ringan tersebut. Seri tidak ingin mengetahui isi ruangan itu. Ia terlalu mengantuk untuk mengurusi hal yang mungkin tidak ada gunanya. Perempuan itu hendak melangkah lagi, tetapi suara dua orang menginterupsi dirinya. Hingga Seri terdiam di depan pintu.

"Sebentar lagi ... usianya 17 tahun. Dia akan ditumbalkan? Apakah ada cara yang lain agar bisa dilakukan."

Seri mendekati pintu. Ia memastikan suara siapa yang sedang berbicara di dalam ruangan itu.

"Tentu saja. Seperti perjanjian yang sudah-sudah. Perjanjian yang membuat anak baru bisa ditumbalkan saat usianya 17 tahun."

Siapa yang mereka maksud? batin Seri.

"Tidak bisakah sepupu yang lain?"

Semua sepupu kandung Seri bersekolah di Archipelago High School juga akan berusia 17 tahun. Saat ini, keluarga Cakrawangsa yang usianya akan berubah menjadi 17 tahun adalah satu orang di angkatan Seri dan tiga adik kelas.

"Tidak, karena yang spesial hanyalah Serinaraya Cakrawangsa. Putri bungsu kita yang berhasil bertahan dan tidak sakit setelah hari kelahirannya."

Seri terdiam, rupanya ia sedang menguping pembicaraan kedua orangtuanya. Perempuan itu akhirnya tahu jika sang ibu menyayanginya. Hanya ayahnya-lah yang membenci. Mungkin juga dengan keempat kakaknya.

Mata Seri menjadi merah menyala lagi. Kulitnya memucat. Napasnya tidak beraturan. Fakta bahwa ia akan ditumbalkan membuatnya syok.

Jadi, mereka sedang menyembunyikan sesuatu yang besar dari aku? Mereka menganggap aku akan pergi? Sehingga membentangkan jarak sejauh mungkin, batin Seri.

"Apakah tidak ada cara untuk menggagalkan hal ini mas?"

"KAU MAU MENGGAGALKAN PERJANJIAN CAKRAWANGSA?"

Seri terlonjak. Suara ayahnya terdengar sangat keras. Perempuan itu menangkap satu kata. Perjanjian.

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now