35. THE APOLOGY

2.7K 231 1
                                    

Putu yang baru saja tiba di ruang tamu, terkejut. Nampan berisi minuman terjatuh dari tangannya, disertai bunyi pecahnya gelas. Tangan wanita itu mengepal saat mendengar nama Aji Cakrawangsa.

Ia memang belum tahu situasi sebenarnya, tapi wanita itu menyimpulkan jikalau Aji Cakrawangsa yang disebut adalah ayah kandungnya. Hanya saja, wanita itu tidak bisa melihat makhluk gaib yang ada di dunia ini. Ia hanya bisa mendengar dan merasakan kehadiran makhluk di sekitar yang ada disekitarnya.

"Apa maksudnya?" tanya Putu dengan emosi yang hampir meluap.

Seri belum paham dengan apa yang terjadi, ia memilih untuk membersihkan pecahan gelas yang tersebar di kaki Putu. Perempuan itu takut jikalau salah satu pecahan melukai kaki Putu.

Tangan Putu masih mengepal dengan kuat. Urat-urat tangannya menonjol, ditambah hembusan napas yang menderu. Wajahnya memerah.

"Putu, tenang. Tidak apa-apa, mari kita dengarkan apa yang akan dikatakan ayahmu ini," ujar Dara.

Dara menepuk sofa yang ada di sebelah kursi rodanya. Wanita tua itu ingin putrinya duduk di sofa dengan tenang dan tidak emosional. Sementara Seri sibuk membersihkan pecahan gelas.

Wajah hantu Aji semakin sendu. Laki-laki itu telah menyakiti hati istrinya. Melihat wajah istri dan putrinya membuat Aji dikelilingi oleh rasa bersalah.

"Jadi, setelah kalian pergi dari rumah. Aku berniat mencari, sebab aku tahu jika anak yang kau kandung berjenis kelamin perempuan. Tetapi, Teja dan Daru mencegah kepergianku. Untuk penumbalan perdana, mereka membutuhkan aku yang berperan sebagai kepala keluarga. Niatnya ... aku ingin mencari kalian setelah rangkaian penumbalan sudah selesai. Tapi, aku tidak pernah menemukan jejak kalian," ungkap Aji.

Memang benar, Dara yang sedang hamil kabur cukup jauh dari rumah Cakrawangsa. Dara bahkan meminta pertolongan orang pintar setelah Putu lahir. Hal ini ia lakukan agar mereka tidak dapat ditemukan oleh keluarga Cakrawangsa.

Namun, banyak halangan yang dihadapi Dara sebelum putrinya lahir.  Dimulai dengan kedatangan sosok-sosok mengerikan yang mengganggu setiap saat. Sampai kejadian-kejadian aneh menjelang kelahiran Putu. Salah satunya adalah tersesatnya Dara di dalam hutan belantara.

Padahal sebelumnya, mereka berdua berada di rumah. Sedang bersiap-siap untuk berangkat ke alam mimpi dan masih banyak lagi kejadian diluar kemampuan Dara.

"Kau ... untuk apa kau kembali? Bukankah sudah lama sekali kau tidak mendatangi kami? Kau baru datang setelah wujudmu tidak sama dengan kami. Ya ... jikalau dulu kau berhasil menemukan kami, aku pasti akan menolak mentah-mentah kehadiranmu," balas Dara.

Seri sudah selesai membersihkan pecahan gelas, perempuan itu mengambil tempat di samping kiri Dara. Ia mendengarkan sembari menghabiskan toples berisi cokelat.

"Aku ... mendatangi kalian untuk meminta maaf. Maaf jika aku tidak ikut menua dan mengasuh anak denganmu. Aku baru menyesali ketika aku berada di wujud transparan dan mengerikan ini," ujar Aji.

Aji sudah menjadi hantu sejak lama, bahkan sejak rumah Cakrawangsa diperbesar oleh keturunannya. Jasad pria tua itu tidak pernah ditemukan. Bahkan, tidak ada keturunan Cakrawangsa yang tahu penyebab kematian kepala keluarga Cakrawangsa pertama itu.

Aji mati bersama kedua adiknya. Sebab diantara mereka, tidak ada yang bisa memberikan tumbal berusia 17 tahun. Padahal sudah ada salah satu anak Cakrawangsa yang bertahan hingga usia 17 tahun, ia tidak pernah ditumbalkan. Anak yang dimaksud adalah Putu.

Namun, baik Aji ataupun anggota keluarga Cakrawangsa tidak ada yang melihat anak pertama Aji. Sehingga mereka mati membusuk karena tidak dapat menghasilkan dan menumbalkan seorang putri yang lahir pada malam Jumat Kliwon.

"Jasadku ... disimpan di dalam kotak kaca. Aku tidak tahu lokasi persisnya, yang jelas tidak hanya aku yang ada di dalam kotak."

Kotak kaca? Oh! Di ruangan yang ada didalam pilar. Jadi ... salah satu jasad dengan keadaan tidak lazim itu adalah Aji-Aji ini! batin Seri.

Aji menunduk, ia terlalu malu untuk melihat wajah istri dan anaknya. Ia telah melakukan hal yang membuat seluruh garis keturunannya menderita.

"Maafkan aku ... aku memang keras kepala. Aku tidak membutuhkan rasa iba dari istriku. Tetapi, dari lubuk hati yang paling dalam, aku meminta maaf. Kalau bisa, aku ingin menghentikan perjanjian yang mengerikan ini," ungkap Aji.

Putu mendengar suaranya. Tetapi, ia masih punya harga yang harus dibayar oleh ayahnya itu. Wanita itu masih belum bisa sepenuhnya memaafkan ayah kandungnya.

Putu memandang ibunya yang sudah menitikkan air mata. Nampaknya, sang ibu akan memaafkan ayahnya. Putu sudah menduga ini, tetapi ... selagi ibunya bahagia dan memiliki teman, Putu rela melakukan apapun.

Putri dari Dara dan Aji itu, tersenyum. Tetapi, tentu saja sorot mata permusuhan masih berlaku untuk ayahnya yang kini menjadi sosok transparan tidak berguna.

Seri yang melihat suasana mulai kondusif, mengeluarkan batu ruby dari dalam tasnya. Ia masih saja terkejut dengan keberadaan uang sebanyak itu.

"Omong-omong soal mengentikan perjanjian Cakrawangsa ... apakah baru ruby ini bisa membantu?" tanya Seri.

Semua mata tertuju pada batu ruby yang ada di genggaman Seri. Dara, Putu dan Aji mendekat. Untuk sesaat, kilau dari batu ruby menghipnotis mereka.

"Kau mendapatkannya, nak?" tanya Dara.

Seri mengangguk, perempuan itu menjelaskan jikalau kunci-kunci tua yang diberikan itu masih berfungsi dengan baik. Si anak bungsu itu meletakkan batu ruby diatas meja.

"Waktu itu ... aku pernah dibawa ke masa lalu. Masa dimana ada seseorang yang membenci keluarga Cakrawangsa. Namanya Seto, dia—"

"Seto? Seto Cakrawangsa! Putra Daru Cakrawangsa. Tadi apa? Kau bilang dia membenci keluarga Cakrawangsa? Wah, sifatnya sama persis dengan sang ayah saat pertama kali perjanjian Cakrawangsa berjalan," sela Aji.

Dara mendekati Seri, begitupula dengan Putu. Mereka mengusap punggung si anak bungsu. Hal ini dilakukan sebab tanggung jawab orang yang terpilih untuk menggunakan batu ruby sangatlah besar.

"Nak, batu itu memang bisa membantu. Beberapa kali, Seto menemui kami berdua setelah kami kabur. Ia menceritakan banyak hal, termasuk rencananya untuk menghentikan perjanjian Cakrawangsa," ujar Dara.

"Benar. Tapi, bukan dia yang bisa melakukan penghentian ini. Dia membutuhkan seorang anak yang akan ditumbalkan untuk melempar batu ruby ke lingkaran penumbalan. Batu itu, dibuat dengan ilmu sains dan ilmu gaib yang dimiliki Seto. Batu ruby akan memilih sendiri, seseorang yang bisa menghentikan perjanjian Cakrawangsa," sambung Putu.

Seri terdiam, ia butuh waktu untuk mencerna ini semua. Hal ini lebih sulit masuk ke otak dibandingkan pelajaran sains dan pelajaran hidup. Tangan Seri bergerak mengambil batu ruby diatas meja. 

"Jika memang ... hanya itu yang dapat dilakukan ... aku siap. Aku siap untuk menghentikan perjanjian Cakrawangsa. Aku tidak ingin penderitaan yang dirasakan para perempuan Cakrawangsa, menurun sampai ke keturunan berikutnya. Omong-omong, bolehkah aku menginap disini? Ayah mengusirku," ucap Seri.

"Mengusir?"

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now