45. THE CHEATED AND FOOLED

2.7K 221 1
                                    

Pukul 20.05 malam, suara pintu gerbang dibuka dengan tergesa-gesa. Setelahnya, terdengar suara mobil-mobil memasuki rumah Cakrawangsa. Disertai beberapa syara klakson yang cukup memekakkan telinga.

"Sialan!" umpat Seri.

Seri menjadi semakin panik di dalam gudang. Dengan gerakan yang semakin cepat, Seri meletakkan batu Ruby merah ke sembarang lingkaran penumbalan.

Dua lingkaran penumbalan yang pertama tidak memiliki reaksi dengan batu ruby itu. Seri yang sudah putus asa meletakkan batu ruby itu di lingkaran yang sekiranya merupakan pusat dari gudang harta.

Pukul 20.08 malam, batu ruby menunjukkan reaksi. Batu merah itu menyala dengan terang dan membuat lingkaran penumbalan dibawahnya menyala. Tulisan yang ada di luar lingkaran, ikut berputar dengan kecepatan tinggi.

Seri yang memang tidak tahu efek yang akan dihasilkan oleh baru ruby, menjadi bingung. Lingkaran penumbalan yang menyala dan tulisan yang berputar dengan cepat, dianggap sama seperti saat penumbalan dimulai.

"Apakah ... ini yang seharusnya terjadi?" gumam Seri.

Pukul 20.10 malam, Seri memutuskan untuk mengakhiri proyeknya. Ia tidak ingin masalah keluarga Cakrawangsa akan mempersulit kehidupannya serta orang disekitarnya.

Perempuan itu, mengambil batu ruby yang tergeletak di atas lingkaran penumbalan. Dengan hati-hati, batu itu berhasil diambil.

"Aku harus keluar dari gudang, sebelum saudaranya yang lain mengecek isi gudang," ujar Seri.

Tanpa berlama-lama, perempuan itu mengambil ransel sekolahnya dan hendak membuka pintu. Tetap, suara dua orang dewasa menginterupsi perhatiannya.

"Semuanya terlahir dengan sehat?"

"Tentu saja! Mereka sangat sehat dan sangat siap untuk di tumbalkan."

Seri ingin tetap tenang ketika mendengar suara dari dua orang itu, tetapi pikirannya telah dikuasai oleh rasa gugup dan lelahnya. Alhasil, Seri lalang kabut. Perempuan itu tidak bisa bersembunyi lagi, apalagi tempatnya saat ini tidak mendukung untuk dibuat bersembunyi.

"Aku harus apa?" gumam Seri.

Perempuan itu benar-benar kehabisan akal, ia berfikir untuk menyerah dan membuat dirinya ditumbalkan dengan sukarela. Seri ikut-ikutan teman-temannya yang mempunyai pikiran sama sepertinya.

Namun, kemunculan sosok Ai di sudut ruangan membuat Seri lega. Walau kelegaan itu tidak bertahan lama saat pintu gudang berderit dengan kencang.

Tanpa disadari siapapun, Seri berhasil keluar dari gudang harta. Sebelum dua orang yang sengaja ditempatkan untuk mengawasi kita, masuk ke dalam, Seri telah di keluarkan dari ruangan dengan kekuatan gaib.

"Kau yang melakukannya?" tanya Seri kepada sosok Ai.

Manusia setengah harimau yang ada di sebelah Seri itu mengangguk mantap. Wajah Seri menegang saat mengetahui hal tersebut.

Perempuan itu teringat jikalau gudang harta memiliki cctv yang mengawasi seluruh ruangan. Cctv yang dimaksudkan pasti merekam Anak SMA yang menjelajahi ruang berdarah.

"Bagaimana dengan cctv yang ada di ruang harta?" tanya Seri.

"Tenang. Cctv yang belum mati sudah aku putus jaringannya. Semuanya akan baik-baik saja," balas Ai.

"Benar? Baiklah," ucap Seri.

Mendengar pernyataan Ai, membuat Seri lega bukan main. Walaupun pada akhirnya ia akan ditumbalkan, tapi setidaknya dia tidak akan disiksa sampai hari esok tiba.

Perempuan itu merebahkan diri di atas lantai yang dingin. Mencoba menetralkan detak jantung yang semakin tidak aman.

Namun, keberuntungan Seri sudah berakhir pada jam 20.23 malam. Pada jam tersebut, polisi dan menemuinya. Polisi tersebut rupanya iseng, sebab membaca plat nomor di parkiran dan terlihatlah motor yang bentuknya tidak jelas dan hanya bisa membunyikan klakson.

Begitu Seri selesai, ia langsung ditodongkan oleh wajah dari Ian Cakrawangsa. Ayahnya itu, menampilkan raut kecewa begitu melihat anaknya berkumpul dengan banyak anak laki-laki.

"Kau bersalah sebab masuk ke ruang ini tanpa ijin, Seri," ujar Ian dengan lirih.

Ian menyalakan ponselnya dan membuat Seri menonton rekaman cctv. Rekaman yang memperlihatkan bagaimana paniknya perempuan itu mencari lingkaran penumbalan yang menjadi pusat.

"Bagiamana bisa? Bukankah cctv di gudang ... sudah mati?" tanya Seri ragu-ragu.

"Kau menyakini hal itu? Haha, kau terlalu lurus hidupnya. Cctv di seluruh rumah ini ... tidak pernah mati. Walaupun tukang listrik mematikan listrik rumah besar ini, cctv di rumah Cakrawangsa masih bisa menyala dengan sinar matahari," terang Ian dengan nada mengejek.

Tak seberapa lama, tangan Seri ditarik di belakang punggungnya. Perempuan itu tidak bisa menggerakkan tangannya sedikitpun. Tetapi, Seri tidak mengeluhkan rasa sakit yang menjalar di tangannya. Perempuan itu terfokus pada Ai. Ai ternyata menipunya.

Cctv di gudang harta tidak pernah mati. Ai mengkhianatinya. Manusia setengah harimau itu tidak bisa di percaya oleh Seri.

Seri dengan pasrah, menurut dibawa ke manapun. Perempuan itu bahkan sudah siap dengan upacara penumbalannya besok. Wajah boleh saja terlihat tenang, tetapi hati Seri hancur di detik itu juga. Sepertinya memang benar, tidak ada yang bisa ia percayai di rumah Cakrawangsa ini.

Semua orang harus bergantung kepada dirinya sendiri. Jika tidak, ia akan mengalami nasib yang sama seperti Seri. Ditipu dan dibodohi oleh orang yang bahkan lebih lemah daripada perempuan itu sendiri.

Aku ... tidak akan pernah memaafkan siapapun yang membuatku terlihat bodoh. Untuk sekarang ... aku hanya bisa berharap ada keajaiban yang menyelamatkan diriku, batin Seri.

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now