29. THE BLANK (2)

2.9K 218 1
                                    

Raut muka Ian sangat panik. Langkahnya menuju gudang harta di bagian barat semakin cepat. Apa yang disampaikan Herman terus terngiang-ngiang di otaknya.

Bulir-bulir keringat muncul di dahinya. Harta keluarga Cakrawangsa adalah satu-satunya sumber penghidupan keluarganya. Anggota Cakrawangsa sangat mementingkan uang. Jika seluruh harta di gudang harta lenyap, terpaksa keluarga Cakrawangsa harus bekerja.

Seluruh anggota keluarga Cakrawangsa bergantung dengan perjanjian Cakrawangsa. Perjanjian yang tanpa sadar sudah membuat semuanya menjadi orang jahat yang egois.

Pekerjaan yang lebih sering dilakukan adalah membuat keturunan yang nantinya akan ditumbalkan. Kriteria penumbalan harus dipenuhi. Tidak harus 17 tahun, melainkan satu bayi berjenis kelamin perempuan sudah cukup untuk mencukupi kebutuhan.

Tentunya sifat manusia yang serakah dan tamak, membuat mereka tidak puas dengan hasil yang sedikit. Semakin banyak yang ditumbalkan, hasil yang didapatkan akan semakin banyak. Makanya, keluarga Cakrawangsa lebih mementingkan hadirnya keturunan perempuan untuk ditumbalkan.

Menurut mereka, 3 keturunan laki-laki sudah lebih dari cukup untuk melanjutkan perjanjian. Sedangkan, seorang perempuan harus terus lahir untuk ditumbalkan. Mereka dibuat untuk dipersembahkan, tidak untuk disayang.

Keturunan Cakrawangsa yang berusia 17 tahun memang lebih diminati oleh Iblis Cakrawangsa. Hasil kekayaan, kemakmuran, serta kecerdasan yang di dapatkan akan lebih berlimpah.

Pada dasarnya, manusia bukanlah makhluk yang penyabar. Manusia ingin semuanya instan dan tidak berlama-lama. Keluarga Cakrawangsa, mengadopsi sikap manusia yang jelek ini. Mereka lebih memilih setiap saat bergelimang harta dan tanpa berusaha, daripada menunggunya selama 17 tahun dan hidup pas-pasan.

Yang mereka lakukan, bukanlah hal yang baik. Untuk membuat Seri menyerah dengan hidupnya, sehingga penumbalan tidak harus di usia 17 tahun. Mereka hendak membuat Seri menyerah, dengan tidak berinteraksi dengannya dan cenderung menjauhi anak bungsu Ian itu.

Namun, bukannya menyerah, Seri malah merasakan kejanggalan dengan sikap keluarga Cakrawangsa. Perempuan itu menghubungkan masalah interaksi ini dengan para sosok mengerikan yang datang.

Tarikan kesimpulan, rasa ingin tahu dan petunjuk-petunjuk kebetulan yang didapatkan Seri, malah menjadi bumerang bagi keluarga Cakrawangsa. Berawal menjauh, kini keluarga Cakrawangsa hampir dibuat runtuh oleh Seri.

Sebagai kepala keluarga Cakrawangsa, Ian tentunya malu dengan anak terakhirnya. Jika seluruh harta di gudang hilang, maka kepala keluarga itu mau tidak mau, siap tidak siap, harus menyiapkan kepalanya. Siap untuk dilepaskan dari lehernya. Hukuman yang dinilai belum setimpal untuk masalah sebesar ini.

Saat ini, keringat mengalir semakin deras. Ian mengigit bibirnya sembari berlari menuju bagian barat rumah Cakrawangsa. Rumah yang besar, ditambah dengan kepanikannya akan harta Cakrawangsa membuat jantung Ian berdetak semakin cepat.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang menyebabkan hilangnya harta-harta Cakrawangsa? batin Ian.

Butuh waktu hampir 20 menit untuk sampai di depan gudang harta. Dengan napas terengah-engah, Ian membuka pintu gudang dengan kencang hingga menggema di dalam gudang yang sangat besar itu.

Begitu terbuka, Ian bersimpuh. Pria itu mengusap matanya yang mulai berair. Tubuhnya bergetar seiring matanya menyapu bersih gudang.

Kepala keluarga itu mendapati jika harta yang ada di gudang hanya tersisa seperempatnya. Ian masih belum percaya, dengan hilangnya harta-harta Cakrawangsa.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa menghilang semua hartanya? Tidak mungkin ada pencuri," ujar Ian yang sekarang sedang mencoba untuk tetap.

Merasa ada yang janggal, Ian mengeluarkan ponselnya. Lantas, membuka laman pertanyaan yang dikirimkan kemudian ia kirimkan ke grup keluarga Cakrawangsa.

Begitu terkirim, Ian langsung ke pusat kendali. Ia hendak melihat rekaman cctv. Membutuhkan waktu yang tidak lama melihat cctv dari layar monitor. Matanya setajam elang, dengan cermat. Ia mencari penyebab hilangnya harta-harta.

Cukup lama Ian dan teknisi yang ditugaskan di ruang kendali. Sampai akhirnya, mereka menemukan hal yang sebenarnya.

"Tunggu, lantainya berubah menjadi merah? Merah ... kehitaman?" Ujar Ian

"Saya tidak tau, Pak."

"Baiklah, tolong diputar lagi," pinta Ian.

Rekaman kembali di tayangkan.  Setelah lantai gudang berubah menjadi merah kehitaman, terjadi hal yang tidak terduga. Ian melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Sesuai dengan apa yang terlihat di layar monitor. Lantai yang tadinya merah, berubah menjadi cahaya merah yang menyilaukan. Bahkan, cctv hanya menangkap video dengan warna putih, sangking terangnya cahaya yang muncul tiba-tiba.

Detik berikutnya, Ian dibuat melotot. Lantai gudang retak, retakan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Tiba-tiba sebuah lubang menganga lebar. Menimbulkan bunyi-bunyian aneh. Harta-harta Cakrawangsa yang ada di bagian retakan, ikut jatuh dan lenyap. Entah apa yang terjadi.

Sebelumnya ..., ini tidak pernah terjadi batin Ian.

Ian beranjak dari sana dan mendatangi Herman. Pria itu hendak mengadakan pertemuan penting dengan seluruh anggota keluarga Cakrawangsa. Kepala keluarga Cakrawangsa dengan titahnya, maka tidak bisa dibantah.

Pertemuan akan diadakan malam ini, di ruang makan. Tentunya, semua hal yang ingin dibicarakan dengan serius selalu diawali dengan makanan. Hal itu sudah seperti tradisi milik keluarga Cakrawangsa, makan lalu berdiskusi.

Ian akan membahas tentang gudang harta beserta isinya. Juga, lubang aneh yang muncul tiba-tiba dan seakan ingin menelan seluruh harta Cakrawangsa.

Pria itu harus memancing para anggota Cakrawangsa untuk hadir dengan iming-iming. Iming-iming tidak akan pernah ditolak oleh orang yang memikirkan materi.

"Untuk orang yang datang, akan mendapatkan bonus. Walau bonus itu ... akan diselingi oleh kabar yang tidak mengenakkan," ungkap Ian.

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now