30. THE MEETING

2.9K 210 3
                                    

"Apa maksudmu? Ian!" teriak salah satu anggota rapat.

Rapat yang diadakan oleh Ian menjadi tidak kondusif untuk beberapa menit terakhir. Begitu mereka mendengar jikalau harta Cakrawangsa telah lenyap, membuat setiap keluarga Cakrawangsa yang ada di sana menjadi khawatir.

Mereka mengkhawatirkan kehidupan kedepannya jika harta Cakrawangsa telah habis. Setidaknya, kecerdasan Cakrawangsa masih tersisa. Walau kecerdasan itu jarang diasah, bisa saja mereka tidak akan bisa menggunakan otak mereka dengan maksimal.

Ruang makan yang tadinya sepi, kini menjadi ramai sekali. Tapi, bukan ramai yang baik. Ramai yang membuat Ian memegang dan mengurut pangkal hidungnya.

"Bagaimana nantinya?" tanya salah seorang yang duduk di bagian paling belakang.

"Siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini?" tanya orang yang berada di kiri Ian.

"Hartaku ...."

"Bukankah penyebabnya, ada pencuri?" tanya orang yang sedari tadi mengangkat dagu dan mengangkat kakinya secara tidak sopan dengan wajah angkuhnya.

"Pencuri? Kau gila?" 

"Bisa saja keluarga Cakrawangsa sendiri yang mengambilnya. Mungkin Budi? Dia kan ...."

"Buat apa! Buat apa aku mengambil harta Cakrawangsa? Toh aku juga akan dapat jatah nantinya. Mengapa kau menuduhku? Jangan-jangan, kaulah pencurinya!" ungkap Budi sembari menunjuk si angkuh. 

Ditengah keributan ini. Ada satu percakapan yang membuat Ian mendapatkan pencerahan. Pencerahan yang mungkin bisa membantu menyelesaikan masalah ini.

"Bukankah anakmu ... lahir hari ini?" tanya Reason Cakrawangsa.

Reason Cakrawangsa, adalah satu-satunya anggota Cakrawangsa yang sudah dikaruniai 10 keturunan perempuan berturut-turut. Hal ini membuat Reason sering ikut proses penumbalan. Juga, pria itu adalah orang–selain kepala keluarga Cakrawangsa–yang mendapatkan banyak bagian dari harta Cakrawangsa.

"Benar, kudengar istriku sudah masuk ke ruang persalinan," jawab Sura Cakrawangsa.

Sura adalah saudara kandung Ian yang paling muda. Tidak seperti Reason. Anak Sura kebanyakan laki-laki, membuat pria itu hanya menyumbang para penumbal yang akan melanjutkan perjanjian Cakrawangsa. Untungnya, anak yang sekarang sedang diperjuangkan istrinya memiliki jenis kelamin perempuan. Hal ini membuat Sura akhirnya dapat mengikuti proses penumbalan, setelah cukup lama ia tidak melakukannya.

"Tidak kau temani?" tanya Reason sekali lagi.

"Sudah terlalu sering aku menemaninya. Kali ini, dia bilang ingin melahirkan anak perempuannya sendiri," balas Sura.

Ian sedikit terilhami. Sang kepala keluarga Cakrawangsa itu menghentikan keributan yang tidak membantu sama sekali. Keributan yang hanya membuat suasana menjadi semakin runyam.

Ian berdiri, sembari memegang sendok. Entah untuk apa sendok diangkat-angkat. Sepertinya, sendok yang pria itu gunakan untuk makan tadi, tidak sengaja menjadi bintang utama rapat ini.

"Bisakah aku memohon perhatian kalian? Masalah tidak akan selesai jika kalian hanya meributkannya dan tidak menyelesaikannya," ujar Ian dengan nada tegas.

Dalam sekejap, ruang makan menjadi senyap, tanpa suara. Ketegasan Ian terlihat begitu mengintimidasi. Pria itu bernapas lega saat melihat keluarga Cakrawangsa diam.

"Oke. Harta yang ada di gudang harta, lenyap dalam semalam. Tanpa sebab, tanpa jejak. Satu-satunya petunjuk yang kita punya adalah rekaman cctv di gudang harta," ungkap Ian.

Ian memutar laptopnya, pria itu hendak menunjukkan rekaman cctv. Play sudah ditekan. Video gudang yang berisi harta berlimpah.

Semua mata tertuju pada laptop Ian. Mereka penasaran dengan penyebab hilangnya harta-harta Cakrawangsa. Otak Cakrawangsa telah memproses jikalau pencurian, tidak masuk ke dalam kasus ini. Sebab, penjagaan Cakrawangsa sangat ketat. Tidak mungkin ada orang asing yang masuk tanpa permisi, lalu mengambil harta-harta Cakrawangsa.

Begitu rekaman cctv telah sampai ke menit dimana lantai berwarna merah menyala, harta Cakrawangsa jatuh. Hal ini membuat semua keluarga yang hadir di rapat ini terkejut dan terheran-heran.

"Apa yang menyebabkan itu terjadi?" tanya Farras Cakrawangsa.

Farras Cakrawangsa adalah sepupu Ian yang tertua. Farras ini adalah orang yang membuat keributan tadi, melemparkan masalah yang ada ke orang-orang yang masih masih membaca situasi saat ini. Farras adalah si angkuh yang menuduh Budi Cakrawangsa.

Pria itu seakan menggiring orang-orang Cakrawangsa yang  belum tahu maksud dari mereka semua dikumpulkan di ruang makan, untuk menuduh Budi. Dengan entengnya Farras melemparkan ujaran yang dapat merugikan semua orang.

"Kita masih belum tahu, apa yang menyebabkan cahaya merah itu. Yang jelas, lantai gudang menjadi berlubang dan harta Cakrawangsa tersedot kedalamnya. Tetapi, saat aku melihat kondisi gudang, lantainya telah kembali seperti semula. Hanya ... harta Cakrawangsa yang hilang," ungkap Ian.

Suasana langsung menjadi ribut, lagi. Beberapa tidak terima dengan hilangnya harta, sekaligus tidak mempercayai rekaman cctv yang buram itu. Sisanya, masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Lalu ... apa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini, Ian?" tanya Bagus Cakrawangsa—sepupu Ian yang paling muda.

"Satu-satunya cara adalah bertahan. Bertahan dengan harta yang tersisa sedikit. Jika ... ingin bergelimang harta ... lagi. Kita ... harus menumbalkan banyak sekali putri Cakrawangsa," ungkap Ian.

Semua orang terdiam. Keluarga Cakrawangsa yang sedang hamil, hanya dua orang. Salah satunya akan lahir hari ini. Yakni, anak Sura. Satunya lagi adalah istri Bagus Cakrawangsa yang sudah hamil besar.

"Mengapa ... tidak menumbalkan Serinaraya Cakrawangsa?" tanya Farras.

Ruang rapat semakin ribut. Pertanyaan Farras yang ditujukan pada Ian membuat orang-orang di dalam ruang makan berdebat.

Seperti yang sudah pernah, otak Cakrawangsa memang tidak berfungsi dengan baik saat panik. Hanya sekian persen kemampuan otak yang dapat digunakan saat panik. Mereka jadi melupakan satu fakta.

"Anakku ... tidak bisa ditumbalkan sampai usianya 17 tahun. Bukankah kalian tahu jika Serinaraya Cakrawangsa lahir di malam Jumat Kliwon? Harusnya kalian tahu hal itu," ungkap Ian.

Ungkapan Ian berhasil membuat semua orang terdiam. Pandangan para keluarga Cakrawangsa tertuju pada Farras yang memulai semua ini.

Farras yang di lihat banyak orang, hanya mengangkat bahu. Pria itu tidak peduli dengan kesalahpahaman yang baru saja terjadi.


Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now