37. THE DELAYED FACTS

2.9K 213 3
                                    

"Aku tidak mengetahui masalah keluarga dengan detail, sebab aku tidak pernah hidup di tengah keluarga Cakrawangsa," ujar Putu.

Seri berbaring di atas tempat tidur, ia memandang langit-langit ruangan yang memiliki cat putih. Pikirannya melalang buana, ia diminta meninggalkan rumah hari ini, pasti memiliki alasan.

Seri tidak mengetahui jikalau hal besar sedang di agendakan oleh keluarga Cakrawangsa. Seri hanya tahu jikalau keluarganya sedang merencanakan penumbalan besar-besaran. Besok, perempuan itu akan tahu semuanya.

"Kau akan kembali besok pagi?" tanya Putu.

"Iya. Semoga tidak terjadi hal yang buruk. Aku merasa ... ada kejanggalan dibalik perintah ayah, memintaku pergi selama seharian penuh," balas Seri.

Mereka kembali bercerita tanpa arah topik yang jelas. Sampai tiba-tiba, mereka membahas tentang 'bagaimana cerita Putu dan Dara kabur'.

"Panjang kalau diceritakan ...," ujar Putu.

Putu mengetahui apa saja yang terjadi pada masa itu, karena diceritakan oleh ibunya. Dara sekali menceritakan fakta keluarga Cakrawangsa secara terselubung di dalam dongeng sebelum tidur. Putu yang memiliki ingatan baik, masih mengingat apa saja yang diceritakan oleh Dara.

Hari itu, Dara kabur menggunakan becak. Becak yang ia tunggangi hingga tiba di daerah lain. Yang jelas, bukan daerah disekitar rumah Cakrawangsa. Dara tiba di sebuah desa, tanpa membawa uang dan tidak memiliki kerabat di sana.

Kehidupan Dara cukup berat setelah peristiwa kaburnya itu. Wanita itu harus bekerja keras dalan keadaan hamil. Ia tinggal di hutan yang ada di belakang desa tadi, harus menggigil kedinginan setiap malamnya.

Hal ini menjadi semakin berat saat putrinya lahir dan melihat indahnya dunia. Putri kecil yang lucu, yang ia beri nama Putu Ayu, tanpa embel-embel Cakrawangsa.

"Setelah itu, ibu—"

"Hei! Kalian belum tidur? Ayo tidur sekarang!" teriak Dara dari lantai bawah.

"Aih, baiklah. Kita lanjut kapan-kapan," ujar Putu.

***

"Baiklah, Seri dan Putu sudah tidur. Mereka tidak akan tertarik dengan cerita kita," ujar Dara.

Dara menatap Aji yang wujudnya masih saja transparan. Hantu itu mendekati Dara, untuk membahas kesalahan besar yang telah dilakukan keluarga Cakrawangsa. Topik yang tadi sempat tertunda karena kehadiran Seri dan Putu.

Kesalahan yang hendak disampaikan oleh Aji adalah percepatan waktu serta pemanggilan Iblis Cakrawangsa. Bagiamana pun, memanggil sosok yang membuat perjanjian denganmu, akan berakibat buruk bagi orang-orang yang melakukan pemanggilan.

Orang-orang yang melakukan pemanggilan, tidak akan pernah puas dengan segala hal. Ia akan selalu rakus dengan apa saja yang ia lihat dan dengarkan, orang tersebut akan berusaha untuk mendapatkan hal yang dikehendaki dengan cara curang sekalipun.

Pemanggilan juga dapat membuat, perjanjian Cakrawangsa memiliki bayaran yang lebih dari biasanya. Bayaran berupa tumbal tidak akan cukup, iblis Cakrawangsa akan meminta hal lain yang dapat menguntungkannya.

"Hal lain yang dikatakan disini ... aku belum mengerti apa maksudnya," ucap Aji.

Ditambah, keluarga Cakrawangsa baru saja melakukan percepatan waktu. Percepatan waktu memiliki dampak yang cukup serius. Kebocoran waktu dan tidak stabilnya dunia makhluk gaib dan manusia.

Kebocoran waktu dapat membuat salah satu keluarga Cakrawangsa menemui ajal lebih cepat dari yang dijadwalkan. Waktu membuat semuanya menjadi cepat bertumbuh, hingga tubuh Cakrawangsa menjadi tubuh yang rapuh seperti milik para lansia.

"Percepatan waktu yang hanya dilakukan untuk keuntungan pribadi, akan membawa pengaruh buruk bagi keluarga Cakrawangsa. Menurut pengetahuanku, percepatan waktu dilakukan dengan menyerap intisari makhluk gaib yang hidup di dunia gaib—"

"Jadi, makhluk gaib muncul di dunia manusia untuk menganggu dan meneror orang-orang di dunia ini? Khususnya keluarga Cakrawangsa, apa aku benar, Aji?" sela Seri.

"Mungkin ... kurang lebih seperti itu," jawab Aji.

"Lantas? Bukankah ini masuk ke dalam topik kehancuran keluarga Cakrawangsa? Bukannya kesalahan besar keluarga Cakrawangsa?"

"Bukankah sama? Intinya, keluarga Cakrawangsa akan berakhir dengan sendirinya. Mungkin, baru ruby itu tidak akan berguna," ujar Aji.

Kesimpulan ditarik dengan baik, oleh Dara. Setidaknya, untuk saat ini, hanya itu yang mereka ketahui. Mereka hanya menerka-nerka dan mengidentifikasi sebuah fakta dengan pengalaman masa muda.

"Dipikir-pikir, kita sudah sangat tua ya?" ujar Aji.

"Benar! Tapi, kau tidak. Kau masih saja awet muda. Pasti karen—"

"Loh? Masih ada yang terjaga?" sela seseorang yang menuruni tangga menuju lantai bawah.

"Seri? Kamu terbangun?" tanya Darah

Seri mengangguk, ia meminta ijin untuk pergi ke dapur dan mengambil air minum. Rasa haus muncul saat ia sedang terlelap dengan nyenyak.

Seri menghabiskan satu gelas air dalam waktu 2 detik. Perempuan itu menelan air dengan napas yang tersengal-sengal.

Mereka bilang ... batu ruby ini sudah tidak dibutuhkan? Lalu mengapa mereka meminta diriku untuk tetap melemparkan batu ruby ke lingkaran penumbalan? Apa mereka tidak memikirkan resiko yang bisa saja terjadi padaku? batin Seri.

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now