19. THE LITTLE STORY

3.2K 219 1
                                    

"Setelah dipikir lagi, ayah juga pernah mengatakan kalau aku akan ditumbalkan saat usiaku 17 tahun. Itu berarti ... sama seperti yang terjadi pada anak SMA kemarin," gumam Seri.

"Kenapa, Ser?" tanya Mika—teman SMA Seri yang akan pindah ke Jakarta lusa nanti.

"Ah ... tidak apa-apa. Aku hanya ... banyak pikiran," jawab Seri seadanya.

"Oh baiklah ...."

Saat ini, Seri sedang membantu teman sebangkunya di kelas 11. Di kelas 12 yang baru berjalan selama beberapa Minggu, temannya itu terpaksa pindah ke Jakarta karena pekerjaan orang tuanya. Sebagai teman yang baik, Seri membantu Mika untuk mengemasi barang-barang dan membuat kenangan yang indah sebelum temannya pergi ke Jakarta.

Mika juga satu-satunya orang di Archipelago High School yang pernah datang ke rumah Seri. Begitu melihat rumah Seri saat itu, Mika langsung menebak jikalau ada sesuatu yang membuat rumah Seri terasa berat. Si anak pemilik rumah tentunya bingung, bagaimana teman yang baru datang sekali ke rumahnya langsung menyadari hal itu?

Waktu itu, Mika menjawab pertanyaan Seri dengan, 'entahlah ... hawa ketika masuk ke dalam rumahmu itu ... berbeda.' Jawaban yang tidak menjawab seluruh kebingungan Seri.

"Sudah. Ayo kita jalan-jalan, aku bakal rindu berat sama Jogja," ujar Mika.

Kamar Mika yang tadinya berantakan dengan baju-baju dan pernak-pernik lainnya, kini sudah tertata rapi di dalam koper. Sekarang, keduanya dalam perjalanan menuju alun-alun kota Yogyakarta. Ketika di jalan, Mika terus-terusan menanyai temannya itu.

"Kau akan baik-baik saja kan? Kalau butuh apa-apa atau mau cerita, bisa hubungi aku. Sudah jaman modern, kita bahkan bisa saling melihat wajah saat bertelepon," celetuk Mika.

Seri hanya terdiam, Mika lagi-lagi menjadi orang pertama yang mengetahui seluruh cerita tentang Seri dan keluarganya. Awalnya, Mika hanya menebak. Seri ingat betul apa yang dibicarakan saat mereka kerja kelompok di rumah Cakrawangsa.

***

[Tahun 2022]

Dua anak SMA kelas 11 memasuki rumah Cakrawangsa. Mereka mendapatkan tugas pertama dari guru dengan basis kerja kelompok. Salah satu dari mereka tidak ada yang bisa memutuskan, alhasil Seri mengalah dan mengajak Mika ke rumahnya untuk mengerjakan tugas.

Begitu masuk ke dalam, teman sebangku Seri di kelas 11 ini malah membicarakan hal yang membuat anak pemilik rumah terkejut. Sangking terkejutnya, perempuan itu sampai mendorong Mika untuk masuk ke kamarnya secepat mungkin. Sebelum salah seorang keluarga Cakrawangsa mendengar celetukan Mika.

"Memangnya kenapa kalau aku mengatakan, 'Ada sesuatu yang membuat hawa rumah ini menjadi kelam dan ... berat.' "

"Aih ... bagaimana kau tahu?" tanya Seri balik.

"Entahlah ... hawa ketika masuk ke dalam rumahmu itu ... berbeda. Sedari kecil, aku memang bisa merasakan hawa di sekitarku ... walau sekarang kemampuanku ini semakin memudar karena tidak pernah aku latih. Tetapi, hanya dengan kemampuan yang sudah tidak lagi baik, hawa rumahmu bisa terasa olehku," balas Mika.

Seri mendadak menjadi gusar. Jika temannya ini tahu, apakah dia akan mengatakan hal-hal buruk tentang keluarga Cakrawangsa kepada seluruh siswa di Archipelago High School? Ia menatap temannya yang ternyata tidak menunggu tanggapan darinya. Temannya itu dengan tenang mengeluarkan buku dan alat tulis untuk mengerjakan essai dari guru biologi.

Seri menghela napas panjang. Perempuan itu terduduk di atas tempat tidur sembari menatap Mika yang tanpa ijin mengakses komputer di kamar Seri.

"Sandinya apa?" tanya Mika.

Seri mendekati Mika yang duduk di depan meja belajarnya. Tangannya mengetikkan sandi yang benar, lantas ia berdiri di belakang Mika. Mika sendiri langsung berselancar di internet untuk mencari beberapa jurnal dan sumber lainnya.

Teman Seri itu beberapa mencacat poin penting di buku catatan. Mika lantas memandang Seri yang tak kunjung membantunya. Anak bermarga Cakrawangsa itu tersenyum lebar.

"Ada yang bisa aku bantu? Harusnya dengan kecerdasanku, kita bisa menyelesaikan tugas ini dengan cepat," ujar Seri.

"Ser, kalau kamu memang belum siap untuk bercerita ... tidak apa-apa. Tidak usah memikirkannya, aku tidak ingin terlalu kepo dengan keluarga orang," kata Mika.

Seri menahan napasnya ketika Mika mengatakan hal itu. Perempuan itu bingung, bagian mana yang harus ia ceritakan kepada Mika?

Haruskah aku menceritakan tentang sosok busuk yang mendatangiku setiap sore? Atau ... sosok lainnya yang selalu muncul dengan para pengawalnya saat jam besar dirumah berdentang? batin Seri.

Seri mengembuskan napas kasar, untuk saat ini ia akan menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Perempuan itu tidak ingin Mika mendapat masalah karena berada di rumah Cakrawangsa terlalu lama.

Mereka berdua mulai bekerja. Mika mencari jurnal dan sumber online yang sekiranya membantu, dia juga mencatat banyak poin penting. Sampai-sampai tiga halaman buku tidak cukup untuk menampung poin-poin itu.

Seri mulai menyusun essai sesuai dengan beberapa sumber yang Mika temukan. Poin-poin yang ditulis temannya itu sangat membantu. Walau pada beberapa poin, Seri harus mengoreksi dan membuat kalimat yang lebih tepat. Kecerdasan keturunan Cakrawangsa itu benar-benar digunakan 100%, agar Mika tidak perlu berlama-lama di rumah Cakrawangsa.

Karena sedikit lagi selesai, Seri mulai santai. Perempuan itu akhirnya memutuskan untuk menceritakan sosok-sosok yang sempat mendatangi kamarnya.

"Begini, kalau aku bercerita sedikit tentang hal yang terjadi di rumah Cakrawangsa. Apakah kau akan takut dan akan menceritakan hal-hal buruk kepada orang-orang di Archipelago High School?" tanya Seri.

Mika yang hendak mematikan komputer Seri, mendadak berhenti. Ia tidak melanjutkan kegiatannya itu, Mika duduk di samping Seri dan menepuk bahu temannya.

"Kamu pikir aku orang seperti apa? Kalau kamu takut, lebih baik kamu tidak perlu menceritakannya," jawab Mika.

"Baiklah. Baiklah. Aku percaya, aku akan menceritakan sedikit tentang hal aneh itu," sela Seri.

Entah mendapat darimana, tiba-tiba Mika mengeluarkan toples berisikan popcorn dari dalam tasnya. Dibukanya toples itu, dan mencomot beberapa butir. Perempuan itu bahkan menawarkannya pada Seri yang hendak bercerita.

"Darimana kau dapat popcorn itu? Ah ... sudahlah. Dengarkan baik-baik. Jadi ... selama beberapa kali, setiap sore menjelang malam atau bisa disebut senja ... ada sosok busuk yang berlumuran darah yang menerobos masuk ke kamarku. Membuat kamarku basah dengan darah dan ya ... berbau ... bau busuk," ungkap Seri.

Mika meletakkan toples popcorn-nya. Perempuan itu menopang dagu menggunakan tangannya.

"Biar aku tebak. Ada sosok lainnya juga. Sosok itu datang saat jam di rumahmu berdentang. Lantas sosok itu masuk ke kamar disertai dengan beberapa pengawal berpakaian serba emas?" tanya Mika.

Seri berdiri dari posisi duduknya saat mendengar tebakan Mika. Itu sangat tepat. Dia kembali duduk dan meraih tangan temannya itu.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Seri balik.

"Nenekku ... seorang dukun, aku pernah membaca salah satu bukunya. Ada penggalan cerita sama persis seperti yang kamu ceritakan. Judulnya kalau tidak salah ingat ... Pesugihan ... apa ya?"

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now