42. THE FEAR OF DEATH

2.8K 210 5
                                    

Kesepakatan antara manusia setengah harimau dengan Seri telah dilakukan. Seri memberikan harimau itu sebuah nama, yakni Ai. Perempuan itu memberikan nama Ai, kepada harimau itu, agar lebih mudah untuk disebut saat dibutuhkan.

Untuk saat ini, Ai tidak akan membuat masalah. Ai pergi dari rumah Cakrawangsa untuk beberapa saat, harimau itu akan kembali lagi nanti.

Untuk sekarang, seri akan menyusun fakta-fakta yang ia dapatkan. Seri menghela napas saat hendak membongkar ingatannya.

"Keluarga Cakrawangsa membutuhkan tumbal. Cakrawangsa suka dengan anak perempuan yang berusia 17 tahun. Sulit untuk mendapatkan harta saat menunggu tumbal berusia 17 tahun. Makanya mereka menumbalkan anak perempuan yang baru lahir. Lalu, mereka membutuhkan uang atau apalah yang mereka butuhkan dengan cepat. Makanya mereka memanggil Iblis Cakrawangsa dan meminta percepatan waktu. Alhasil, istri-istri Cakrawangsa yang memang hamil, menjadi lebih cepat melahirkan. Semakin banyak bayi perempuan yang ada, maka penumbalan besar-besaran akan sukses. Aku adalah salah satu orang yang akan ditumbalkan pada waktu yang sama. Bukankah begitu?" ujar Seri.

Mika yang ditelepon Seri manggut-manggut. Satu bulan sudah perempuan itu meninggalkan Yogyakarta. Sekarang, Seri bisa berani dan berkembang tanpa support systemnya.

"Hebat! Kesimpulan yang kau buat, benar-benar masuk akal. Cuma ... karena aku suka sains seperti kakak-kakakmu ... rasanya percepatan waktu itu tidak masuk akal. Ya ... aku tahu kalau keluarga Cakrawangsa selalu tidak masuk akal. Eh! Maaf!"

Seri tersenyum, ia menggelengkan kepalanya. Perempuan itu tidak menerima permintaan maaf dari Mika. Sebab, perkataan sahabatnya yang bersekolah di Jakarta itu, masuk akal.

Kegilaan keluarga Cakrawangsa bisa membuat siapapun yang mendengar ceritanya pusing dan bisa pecah kepalanya. Lantas, yang mengalaminya pasti ingin meninggalkan dunia.

"Setiap manusia, pasti takut mati. Iya kan, Mika?" tanya Seri.

Mika sedang makan mie ayam dan itu terlihat di layar laptop Seri, orang Jakarta itu mengangguk dilanjutkan menggelengkan kepala. Mika memperlihatkan gerak tangan 'tunggu', perempuan itu menelan makanannya.

"Beberapa orang memang takut mati, Seri. Tapi, percaya deh. Kalau ada orang yang tidak takut mati. Mereka adalah orang yang memang sudah yakin dan siap untuk dibawa ruhnya. Kalau orang yang takut mati ... tandanya masih memikirkan dunia. Untuk itu ... selesaikan dulu masalahmu di dunia ini. TAPI, JANGAN COBA-COBA MATI YA! AWAS AJA!"

Seri tertawa, perempuan itu mengangguk. Tangannya membentuk sebuah 'oke' untuk Mika. Tentu saja Seri harus menyelesaikan semua masalahnya di dunia. Ia mengemban tanggung jawab yang besar.

Tanggung jawab yang mendatanginya karena rasa penasarannya sendiri. Alhasil, masalah dan tanggung jawab itu harus dituntaskan. Setelahnya, Seri harus menunggu ajak menjemput. Bukan bunuh diri atau semacamnya.

Banyak anak perempuan Cakrawangsa yang akan menderita, jika Seri tidak bisa menghentikan kegiatan penumbalan ini. Perempuan itu harus berjuang sekuat tenaga.

"Terima kasih ya, aku tidak akan bunuh diri kok. Aku hanya meminta pendapatmu. Aku, Serinaraya Cakrawangsa akan ... menghentikan perjanjian Cakrawangsa dan menyelamatkan para bayi yang tidak berdosa," ungkap Seri.

"Nah! Seperti itu! Ini baru Seri yang aku kenal. Seri yang selalu penasaran dan selalu menceburkan diri kepada beban yang berat. Semangat ya!"

"Siap! Dadah Mika!"

Telepon dimatikan. Seri menutup laptop dan membereskannya. Ia membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Batu ruby ada di genggamannya. Berkilau tidak seperti biasanya.

Seri sakit hari ini, itulah penyebab ia tidak berangkat ke sekolah. Archipelago High School selalu membuat siswa-siswinya belajar dalam kondisi yang prima. Jadi, sakit sedikit, membuat setiap anak di sekolah itu harus libur dan beristirahat hingga sembuh.

Seri yakin, ia sakit karena banyak pikiran. Keluarga Cakrawangsa harus segera disadarkan. Apalagi, anak-anak Cakrawangsa akan lahir dalam waktu dekat. Itu artinya waktu Seri tinggal beberapa hari lagi.

Seri, bersama para adik-adiknya akan ditumbalkan. Perempuan itu tidak ingin hal itu terjadi. Masa depan masih panjang, seberat apapun rintangannya, Seri akan melakukan yang terbaik.

***

Hari kelahiran adik-adik sepupu Seri telah tiba. Sehari setelah kelahiran mereka, mereka akan ditumbalkan. Kemarin, selama sakit, Seri membayangkan apa yang terjadi jika dia gagal.

Namun, kondisi Seri saat ini sudah prima. Jantung perempuan itu berdetak lebih cepat. Waktu sudah mengejarnya. Sosok-sosok yang menganggunya sudah tidak ada. Hanya ada Ai, di rumah Cakrawangsa.

Dengan batu ruby di dalam tasnya, Seri akan berangkat ke sekolah. Sore nanti, ia akan mengacaukan tempat penumbalan.

Kekacauan akan menunda penumbalan, walau hanya menunda selama beberapa jam saja. Tetapi, Ai sanggup membawa para bayi jika kekacauan yang dibuat membuahkan hasil. Hanya dengan sedikit usaha dan banyak dengan pikiran, Seri memang 1-0. Kemenangan untuk Seri, perempuan itu yakin.

Perkiraan, bayi-bayi Cakrawangsa akan lahir pukul 8 malam. Satu jam setelah Seri pulang sekolah, waktu yang sangat sempit. Perempuan itu benar-benar berharap, dunia berpihak padanya.

"Semoga ... Aku bisa melakukannya dengan baik. Tanpa kesalahan," gumam Seri.

Seri menarik napas panjang, dengan seragam lengkap dan tas yang sudah di bawa, perempuan itu berjalan menuju ruang makan. Ia harus bersikap biasa saja agar tidak dicurigai.

"Atmosfer disana pasti ... lain."

Benar saja, begitu Seri memasuki ruang makan, atmosfer disana sangat tegang. Beberapa tatapan dari saudara ayahnya sangat sinis dan merendahkan. Seri yang sudah mengira hal ini, hanya bisa bersikap tenang dan biasa.

Rencana yang ia susun sedemikian rupa, harus berhasil. Satu atau dua tatapan sinis tidak akan menganggu mentalnya.

Ayo Seri! Perkuat mentalmu! Mental baja, semuanya bergantung padamu, batin Seri.

Tumbal Keluarga CakrawangsaWhere stories live. Discover now