Prolog

81.1K 1.2K 29
                                    

Kring...!!!


Suara alarm pagi menggema di dalam kamarku,. Namaku Riana Davina, atau yang lebih tepat di panggil Riana Davina Ivandra, mengambil dari nama suamiku Ivandra Boilerviq yang biasa di panggil Pak Vand seorang dosen yang di segani di salah satu universitas ternama di kotaku.

Aku segera bangun membasuh wajah juga menggosok gigiku, lalu bergegas ke dapur membuat sarapan untuk suamiku.

Sebelum itu kumasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci terlebih dahulu lalu menyiapkan sarapan dan segelas teh jasmin kesukaannya.

"Fuhh... beres, tinggal nyuci piring, menjemur pakaian, beres rumah, mengurus tanaman... Hah,. banyak juga yah,"

Bahuku turun lesu memikirkan pekerjaan rumah yang belum kelar.

"Semangat Riana! Lakukan satu persatu lalu bangunkan Pak Vand" gumam mu kembali meneruskan pekerjaan rumah sesuai jadwal yang ku atur di ingatan, terakhir membereskan kediaman ku kini yang sebenarnya tak begitu berantakan.

Cklet...

Tap
Tap
Tap

Segera ku tinggalkan dapur bergerak ke ruang tengah mendengar langkah kaki, itu pasti suamiku yang telah bangun.

"Pagi pak" sapaku

"Pagi" balas suamiku berusia 40 tahun beda 18 tahun denganku. "Kamu bangun jam berapa?" tanya nya

"Jam enam pak"

"Kenapa kamu bangunnya pagi-pagi sekali?"

"Sudah kebiasaan pak"

Aku tersenyum bahagia ia selalu berbicara lembut pada ku, bahkan sikapnya sangat ramah.

"Oh iya pak Vand mau sarapan?"

"Nanti saja, saya mau mandi dulu, saya bisa buat sendiri"

"Saya sudah buat sarapan"

"Hah,!"

Keterkejutan tergambar jelas di wajahnya mendengar ucapanku telah melakukan semua pekerjaan dalam mengurus rumah.

Meski pernikahan kami tidak di dasari cinta, tapi aku tidak lupa melakukan kewajibanku mengurus rumah juga mengurus segala kebutuhannya.

"Pak,.." panggilku ragu padanya yang hendak kembali masuk kedalam kamarnya. Ia menyahut seraya menoleh. "Biar saya cucikan baju yang pak Vand pake itu"

"Oh, tidak usah biar saya cuci sendiri, kamu istirahat saja"

Dengan tersenyum kecil ia meneruskan langkah masuk kedalam kamarnya membersihkan diri bersiap-siap untuk mengajar.

Aku kembali merapihkan sarapan yang telah tersaji di atas meja makan sembari menunggunya.

Melihat kehadiran nya mendekat sembari memasang arloji ke pergelangan tangan nya, aku segera berdiri dari duduk ku untuk melayaninya.

"Terima kasih yah" ucapnya lembut dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya setiap kali berbicara padaku.

"Sama-sama"

"Kamu tidak sarapan?"

"Sebenarnya saya jarang sarapan, jadi sudah biasa"

"Oh begitu,"

Ku perhatikan ia diam-diam yang tersenyum-senyum menikmati sarapan yang ku buat. Aku tidak tahu ia tersenyum karena menyukai masakan yang ku buat atau ia tersenyum karena hal lain,.

Tapi yang jelas aku suka melihat wajah dewasanya yang berwibawa di hiasi senyum kecil.

Setelah memastikan ia menikmati sarapan, aku masuk ke kamarku membersihkan diri sebelum mengantar nya ke depan berangkat mengajar.

"Saya berangkat yah," pamitnya padaku sebagai seorang suami membuatku berfikir jadi begini rasanya memiliki suami.

"Hati-hati pak"

Di depan mobilnya ia berhenti menoleh pada ku. "Oh iya kamu butuh sesuatu?"

"Hmm tidak pak"

"Baiklah saya pergi yah"

"Iya"

Aku tetap berdiri di depan pintu melihatnya pergi dengan mengendarai mobilnya lalu aku pun masuk kedalam rumah. Ku buat segelas coklat hangat untuk menemaniku bersantai di teras belakang sembari menikmati angin berhembus lembut menyentuh wajahku.

Sehari sudah ku lewati di rumah ini sebagai seorang istri.

Ku pejamkan mata mengingat kembali sebelum aku menjadi istri dan datang ke kota, aku mengingat dengan jelas kebiasaanku di pagi hari.
Aku bangun pagi-pagi sekali untuk membawa sayuran hasil tanamanku bersama kakek dan nenekku ke pengepul sayuran, setelah itu aku mengantarkan susu sapi segar ke pelanggan setia ku lalu ke kampus.

Di hari itu kampusku kedatangan dosen ternama dari salah satu universitas terbaik di ibu kota, aku berusaha untuk datang cepat,. Tapi apa daya kewajibanku setiap pagi selalu menyita waktuku untuk datang tepat waktu.

Begitu turun dari mobil pickup yang memberiku tumpangan, aku langsung mengambil langkah seribu berlari ke kelas yang di isi oleh Pak Vand sebagai Lecture Exchange di kampus ku. Langkahku terhenti di depan pintu melihat beliau yang sedang serius mengajari teman-temanku yang datang tepat waktu.

Istri Tersembunyi Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang