Bab 26. Berbaikan

17.4K 568 3
                                    

Menempuh perjalanan selama hampir 7 jam lamanya, akhirnya aku tiba di kota ku.

Di sela sedih ada perasaan haru bisa bertemu lagi dengan nenek.

Tok! Tok! Tok!

Cklet...

"Mana nenek?" tanya ku sesaat pintu terbuka.

"Ada di kamarnya" sahut tante ku

Segera ku lepas sepatu dan tas ku berlari ke kamar nenek. Segera ku peluk beliau yang terbaring lemas, hingga aku menangis melihat keadaan beliau yang terlihat sangat lemah.

"Riana, cucuku" ucap nya parau

"Iya nek, ini Riana"

"Tante mu yah yang memberi tahumu"

"Bagaimana Sarla tidak memberi tahu Riana, mamah malas makan, malas minum obat, siapa tahu mamah mau jika Riana yang melakukannya" sahut tanteku.

"Kamu ini, dari kota ke sini itu sangat jauh"

"Tidak apa-apa nek, Riana memang ingin datang kok, Riana rindu sama nenek sama tante"

"Mana suamimu nak?"

Aku tergemap mendengar pertanyaan nenek, aku tak mungkin mengatakan jika kami sedang marahan, lebih tepatnya ia yang marah padaku.

"Itu... Suami Riana lagi sibuk, tante sama nenek taukan pak Vand itu seorang dosen" kilahku berusaha tersenyum menyembunyikan kebohongan agar lebih meyakinkan.

"Iya tapi seharusnya bisa kan, dia tidak khawatir kami pulang seorang diri" sahut tanteku

"Pak Vand bukan tidak mau mengantar, tapi Riana bilang sendiri saja soalnya besok dia ada rapat dosen"

Aku berharap semoga saja tante dan nenekku percaya kebohongan dan tak bertanya lagi, aku juga tak ingin lebih banyak lagi mengatakan kebohongan pada mereka.

"Oh begitu"

Untuk saat ini aku hanya ingin fokus pada kesehatan nenek, ku rawat beliau hingga baikan dan tertidur,. Tak ku tinggalkan di sisinya.

"Istirahatlah nak, kamu pasti sangat kecapean kan" kata tante ku menyiapkan tempat tidur di samping nenek juga.

Tok! Tok! Tok!

Aku dan tante ku mengedarkan pandangan ke arah pintu mendengar seseorang bertamu di jam 11 malam.

"Siapa yang bertamu tengah malam begini?" tanya ku heran

"Tante juga tidak tahu, tumben"

Tok! Tok! Tok!

"Biar Riana saja tante"

Ku tinggalkan kamar nenek menanggapi ketukan pintu itu. Tiba-tiba aku was-was itu pak Berno. Tap rasanya tidak mungkin ia akan mendekatiku lagi, beliau tahu aku telah menikah.

"Siapa?" tanya ku dari balik pintu.

"Ivand"

Aku terkejut mendengar pak Vand suamiku menyusul ku tengah malam. Aku ingat aku tidak pamit pada nya untuk menemui nenek, dan aku takut kedatangannya untuk mengadukan sikapku pada nenek dan tante ku.

"Riana kamu tidak ingin membukakan pintu untuk suami mu" tegur pak Vand membuatku sadar terlalu lama aku memikirkan hal yang tidak-tidak. Ku tenangkan diri seraya membuka pintu.

Cklet..

Aku menundukkan pandangan di hadapannya, tak berani menatapnya.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau pulang ke rumah nenek!" pekik nya marah sesaat ku buka pintu. Aku melihat sekeliling takut tante atau nenek mendengar.

Istri Tersembunyi Pak DosenWhere stories live. Discover now