Bab 2. Bela & Ema

28.8K 987 3
                                    

Sebelum pulang ke rumah aku kembali ke taman tempatku memberikan makan kucing-kucing tadi untuk mengambil kotak makan siangku. Melihat kucing-kucing itu bermain bersama membuatku tiba-tiba menjadi melankolis, aku menangis mengingat sikap pak Vand yang ketus padaku bahkan mengeluarkan ku dari kelas beliau.

"Kenapa dia sangat kejam sih"

Ku utarakan kesedihanku pada kucing-kucing yang ku elus-elus. Aku benar-benar bingung sekarang membuat alasan apa pada kakek dan nenekku.

Cring...!!!

Ku tenangkan diri sebelum mengangkat panggilan telfon dari Ema temanku.

"Halo" jawabku.

"Kamu dimana?"

"Di taman depan kampus"

"Aku sama Bela ke sana yah"

Aku bingung mengapa mereka tiba-tiba ingin bertemu, aku harap itu sesuatu yang baik.

"RIANA...!!" panggil mereka seraya mengambil langkah besar kearah ku. "Ayo kembali ke kampus" ajak mereka, masing-masing mereka menarik tangan ku.

"Tapi aku kan di keluarkan dari kelas pak Vand"

"Sudah ayo"

Entah apa tujuan mereka tapi aku turut saja di bawa kembali ke kampus. Kami berdiri di parkiran entah untuk apa, lalu mereka celingak-celinguk sedari tadi seolah menunggu seseorang.

"PAK..! PAK VAND..!" panggil Bela dan Ema berlarian di samping mobil Pak Vand baru saja meninggalkan pelataran parkiran, aku yang bingung hanya terdiam di tempat ku melihat aksi mereka. Lalu pak Vand menghentikan mobilnya lalu turun. Sepintas ia menoleh kearah ku dan kembali menatap Bela dan Ema yang berdiri di hadapan nya.

"Ada apa?" tanya nya dengan sikap berwibawa.

"Bapak bilang sangat perduli dengan pendidikan, tapi apa yang bapak lakukan itu sama saja menghalangi Riana untuk belajar" tegur Ema membelaku. Pupil mataku sedikit melebar terkejut dengan pembelaan nya.

"Saya punya cara saya sendiri dalam mengajari murid-murid saya, salah satunya mendisiplinkan mereka"

Pak Vand menoleh ke arahku seolah menyinggung.

"Tapi semua dosen di sini sengaja memberikan waktu lima menit pada Riana pak" imbuh Bela.

"Ini yang saya tidak suka, membeda-bedakan dan melakukan pilih kasih"

"Mereka tidak pilih kasih pak pada Riana, tapi mereka mengerti" timpal Bela.

"Saya bisa mengerti teman kalian, asal dia juga bisa mengerti dengan standar mengajar saya, tapi dia sudah dua kali telat kenapa?..." pak Vand lagi menoleh ke arahku, lalu meneruskan ucapannya. "Karena dia tidak belajar dari kesalahannya, dan tidak mau berubah" timpal beliau terdengar kesal.

"Bapak salah! Bapak tidak tahu apa-apa tentang Riana!" kesal Ema tersulut emosi.

"Kamu membentak saya!? Apa saja yang kamu pelajari sebelum kuliah? ini yang kamu pelajari?! Silahkan kalian pulang saja! Pasti banyak yang harus kalian lakukan, misalnya membantu orang tua kalian" sergah pak Vand pun tampak tersulut emosi.

Ia lalu kembali masuk kedalam mobilnya, melajukan kendaraannya pelan di antara pelajar lain yang juga bersiap untuk pulang. Aku segera kearah Bela dan Ema meminta mereka berhenti, tapi mereka justru kembali mengejar mobil pak Vand.

"Riana sudah berusaha untuk tidak telat Pak! Riana memiliki banyak kewajiban di pagi hari makanya dia telat!"

Ema menjelaskan di samping mobil pak Vand yang melaju pelan.

"RIANA ITU YATIM PIATU PAK!!" pekik Bela menimpali membuat mobil Pak Vand berhenti. Segera mereka ke samping pintu mobil Pak Vand lalu membuka pintunya.

"Riana hanya tinggal bersama kakek dan neneknya, Riana membantu kakek dan neneknya mengurus kebun sayur mereka juga beberapa sapi-sapinya, Riana bangun jam 4 subuh memerah susu sapi, Jam 5 subuh Riana membawa sayur-sayurnya ke pengepul, setelah itu dia kembali ke rumahnya mengantarkan pesanan susu sapi ke langganannya" terang Ema

"Tidak hanya itu, jarak dari rumah ke kampus jauh, Riana harus menumpang pada kendaraan yang ingin ke kota" tambah Bela

Kedua sahabat ku silih berganti menjelaskan, membelaku sepenuh hati. Aku terharu mendengar kedua sahabatku mengetahui keseharian ku se rinci itu.

"Iya pak, Riana tidak akan pernah telat karena dia sangat awal bangun, yang membuatnya telat adalah tanggung jawabnya sebelum ke kampus, Riana sangat mementingkan pendidikan pak, semua dosen tahu kesehariannya makanya memberi lima menit" imbuh Bela

Pak Vand terdiam melihat kearahku, ku harap beliau percaya dengan ucapan Bela dan Ema.

"Kalau bapak tidak percaya datanglah ke rumahnya, bapak akan melihat dia nyaris tidak beristirahat" imbuh Bela lagi.

"Betul pak" setuju Ema menimpali

Tanpa mengatakan apapun pak Vand kembali menutup pintu mobilnya meninggalkan Bela dan Ema setelah mendengar semua penjelasan mereka mengenai aktifitas ku tanpa ada yang terlewat.

"Semoga pak Vand percaya yah" ucap mereka mengusap lenganku.

"Makasih yah kalian sudah membantuku menjelaskan pada Pak Vand"

Aku benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.

Setelah kejadian itu, aku kembali pulang ke rumah dengan perasaan sedikit lega. Meski pak Vand tak mengatakan apapun tapi setidaknya beliau tahu mengapa aku telat.

"Riana..!!"

Panggil beberapa ibu-ibu yang tengah beristirahat melakukan panen sayur.

"Istirahat dulu nak, jangan paksakan dirimu, kamu masih muda kamu juga perempuan" ucap mereka memperhatikan ku.

"Tidak apa-apa buk kalian istirahat saja, biar Riana yang selesaikan" sahut ku, aku sudah biasa melakukan hal itu.

Ku seka keringat di dahi dan leherku dengan punggung tangan. Saat aku menghela nafas berat membuang penat, aku melihat seorang pria dari seberang jalan seakan melihat ke arah ku atau ke arah yang ada dia sekitar ku.

Karena penasaran, ku fokuskan penglihatan ingin tahu siapa dia.

"Pak Vand"

Aku terkejut juga bingung ada tujuan apa beliau di sekitar kediaman ku?, Apa beliau mencari sesuatu? Atau jangan-jangan beliau ingin membuktikan ucapan Bela dan Ema!.

"Riana,.." panggilan nenek, aku segera  menghampiri beliau.

"Istirahat dulu nak kamu tidak capek pulang kuliah langsung ke kebun?"

"Tidak apa-apa kok nek"

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku membantu mereka. Aku tidak memperdulikan kehadiran Pak Vand jika memang ia ingin membuktikan ucapan Bela dan Ema, toh keseharianku memang seperti ini.

Istri Tersembunyi Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang