Bab 13. Kembali Kuliah

18.8K 576 4
                                    

Aku bangun lebih awal dari jam biasanya untuk menyusun belanjaan tadi malam. Merapihkan makanan beku yang asal ku masukkan ke freezer. Lanjut memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci, lalu membuat sarapan seperti biasanya.

"Pagi pak," sapaku pada pak Vand suamiku yang berjalan kearah meja makan.

"Pagi," balasnya dengan senyum diwajahnya, aku segera membuatkan teh jasmin kesukaannya.

"Duduklah sarapan sebelum kamu bersiap-siap" sahut nya sesaat aku meletakkan secangkir teh di hadapannya.

"Siap-siap untuk apa pak?"

"Ke kampus"

"Hah!"

"Memang saya belum memberi tahu kamu yah kemarin?" aku menggeleng pelan tidak ingat ia berpesan padaku kemarin. "Saya pasti lupa,. Saya sudah mendaftarkan kamu ke universitas tempat saya mengajar"

"Pak Vand serius!?"

"Iya, kamu kan memang mahasiswi"

"Sebelum kita menikah"

"Apa bedanya, kamu sendiri kan yang mengatakan pendidikan tetap utama"

"Tapi saya tidak menyangka pak Vand akan mendaftarkan saya ke universitas tempat pak Vand mengajar"

"Supaya saya bisa mengajari kamu juga mengawasi kamu"

"Yang pak Vand ajarkan bukan cuma saya"

"Kalau kamu pengawasannya beda"

"Apa bedanya?"

"Yah kamu kan istri saya"

Aku tersenyum tiba-tiba merasa malu mendengar ia mengatakan aku istrinya, meskipun itu benar sih, cuma ada nuansa berbeda saat beliau sendiri yang mengatakannya. Juga aku terharu ia perduli pada pendidikanku.

"Terima kasih pak, saya akan bersiap-siap sekarang"

"Sarapan dulu"

Aku kembali ke meja makan menikmati sarapan bersama sebelum berangkat ke kampus baru ku. Ku lirik ia yang menikmati sarapannya, di mana senyum terus tertoreh di bibir ku mengingat semua kebaikannya hingga saat ini. Aku bersyukur akan pilihan kakek.

Setelah menikmati sarapan aku kembali ke kamar membersihkan diri juga bersiap-siap. Lalu ku susul pak Vand ke ruang tengah.

"Saya siap pak" seruku bersemangat.
Aku tak hentinya tersenyum membayangkan akan segera belajar di salah satu universitas terbaik dambaan ku, keinginanku berkuliah di ibu kota benar-benar terwujud berkat pak Vand suamiku.

Bersama kami menuju universitas yang sama dengan posisi berbeda.

Beberapa menit perjalanan, ia menurunkan kecepatan memasuki pelataran parkiran kampus. Ia turun lebih dulu membukakan pintu mobil untuk ku.

Di samping pintu aku terdiam mengagumi megahnya universitas tempatku akan menuntut ilmu.

"Siap?" tanya pak Vand membuyarkan tatapanku yang terkesima mengagumi universitas yang ada di hadapanku.

"Sangat siap" jawabku mantap

"Ayo" aku mengekorinya hingga ke kelas, dan aku berhenti saat ia pun berhenti. "Cari lah bangku yang kosong" titahnya

"Saya tidak memperkenalkan diri dulu pak?"

"Saya sudah mengatakan kemarin akan ada mahasiswi baru, cari mejamu"

"Baik pak"

Dengan langkah ringan aku mencari meja yang kosong yang seharusnya ada untukku. Tapi aku justru mendapati bangku yang seharusnya untukku di pakai siswa lain untuk menopang kakinya.

"Pak.." panggilku

"Iya"

"Saya tidak bisa menemukan kursi yang kosong pak"

Melihat pak Vand berjalan kearah ku, segera siswa bertubuh jangkung itu memberikan kursi yang memang seharusnya untuk ku.

"Kamu begitu jompo yah Ruli sampai-sampai kakimu perlu duduk juga" teguran pak Vand membuat seisi kelas riuh akan suara tawa. Ruli itu  mengembalikan kursi ke mejaku. "Duduklah" perintahnya.

Ku keluarkan buku juga alat tulis siap untuk mengikuti pelajaran pertamaku dengan di ajari oleh suamiku sendiri.

"Hai, saya Mini" sapa seseorang bersampingan meja dengan ku seraya mengulurkan tangannya.

"Riana," balasku menyambut tangannya.

Kembali aku fokus mengikuti hari pertamaku kuliah dengan di ajari suamiku sendiri. Ahh rasanya menyenangkan sekali, semua seakan di mudahkan untuk ku oleh pak Vand.
Hingga kelas beliau selesai, aku lanjut ke perpustakaan belajar lebih di sana.

Tok! Tok!

Ku angkat kepalaku melihat siapa yang mengetuk meja yang ku tempati.

"Pak!" pekik ku senang melihat kehadiran suamiku, aku lupa aku berada di perpustakaan.

"Ssstt ini perpus" tegurnya pelan

"Maaf, saya senang lihat pak Vand"

Aku tak tahu apa ada yang salah dengan ucapanku sehingga membuat senyumnya merekah.

"Kamu tidak ada hambatan apapun kan?"

"Tidak pak"

"Baiklah, selamat belajar yah"

"Iya pak"

Ku tatap ia yang berjalan kearah pintu,. Tubuh tinggi atletisnya sangat serasi dengan setelan kemeja yang ia kenakan, dengan rambutnya yang rapih juga kacamata yang selalu melengkapi penampilannya membuat ia terlihat berkharisma dan berwibawa. Meski wajahnya telah dewasa tapi ia masih terlihat tampan, bahkan sangat tampan di mataku meski ia telah menginjak kepala 4.

"Ehhem!"

Aku menoleh mendengar deheman dari samping ku.

"Kamu liatin pak Vand?" tanya orang itu, seorang wanita mungkin seusia dengan ku.

"Ti-tidak, saya cuma melihat kearah pintu saja" kilah ku berkelit.

"Saya lihat kok,. Pak Vand memang keren dan menawan sih" imbuhnya membuatku khawatir ia curiga akan hubunganku dengan pak Vand. Aku tersenyum saja berusaha bersikap santai tak ingin mengundang kecurigaannya.

"Rika" ucapnya seraya mengulurkan tangan.

"Riana" sahut ku menyambut tangannya.

"Ooh kamu siswi baru itu?"

"Iya"

"Kamu apanya pak Vand?"

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya, lalu aku teringat pak Vand sendiri yang mendaftar kan ku, pasti beberapa pelajar penasaran apa hubungan kami.

"Saya dengar pak Vand sendiri yang mendaftarkan mu, kalian saling kenal kan?"

"I-iya"

"Ada hubungan apa?"

"Hah!"

"Ada hubungan apa? Kalian keluarga?"

"Oh, iya"

Aku mulai risih dengan pertanyaan-pertanyaannya.

"Sebagai apanya?"

Aku merasa kenalan baruku ini seolah mengintrogasi ku.

"Maksudnya?"

"Yah sebagai apanya? Kamu apanya pak Vand?"

Ya ampun orang ini, ia tak akan berhenti bertanya sebelum semua pertanyaannya terjawab.

"Keponakan" jawabku berharap ia tak bertanya lagi.

"Dari ibumu atau ayahmu?"

Ya tuhan kenapa engkau menciptakan manusia terlalu banyak tanya seperti ini, apa juga untungnya ia mengetahui hubunganku dengan pak Vand.

"Maaf saya terlalu banyak tanya yah, saya sering di tegur karena hal itu"

"Iya tidak apa-apa"

Syukur lah, pertanyaannya akhirnya bertemu akhir juga

"Senang bisa kenal denganmu" ujar nya

"Saya juga"

Istri Tersembunyi Pak DosenWhere stories live. Discover now