Bab 40. Suamiku Pahlawanku

17.6K 553 5
                                    

Ia menarik ku paksa kedalam hotel.

"Satu kamar atas nama Rain Gunawan" katanya, sempat resepsionis yang bertugas menatap kami heran atau juga curiga. Saat aku hendak membuka suara meminta tolong, beliau menekan keras pergelangan tanganku, rasa-rasanya sudah seperti akan patah.

"Mbak tidak apa-apa?" tabah resepsionis itu padaku. Saat aku hendak meminta tolong pada resepsionis tersebut, pria itu lebih dulu berucap..

"Kami pengantin baru, maklum dia belum terima di jodohkan dengan saya, makanya terus takut" ucapan nya itu berhasil mengelabui resepsionis, lalu ia berbalik padaku. "Kalau kau mencoba meminta tolong, aku akan mengirim seseorang untuk menghabisi suamimu saat ini juga" ancamnya berbisik di depan wajahku. Kembali aku di tariknya kearah lift yang terbuka.

"Tolong pak, pasti ada cara lain" pintaku memelas.

"Kau membuatku penasaran saat aku mendapatimu beberapa kali keluar dari kediaman Ivand, tapi dia malah memukulku di acara reunian karena marah aku membahas tentang m... Dan lagi dia memukulku di bar kembali mempermalukan ku. Saat itu aku bersumpah aku akan menghancurkan nya melalui dirimu"

"Saya dan pak Vand sudah tidak tinggal bersama, kami tidak ada hubungan apa-apa lagi, jadi tolong jangan ganggu kami"

"Bagus lah, kau bisa bekerja untukku, bekerja di kasur denganku"

Tangisku makin jadi karena takut. Tak mengindahkan permintaan ku, ia terus menarikku ke sebuah kamar yang telah ia pesan.

Aku tak pernah membayangkan pria lain selain pak Vand suamiku, apa lagi sampai menyerahkan diriku pada pria lain.

Ia makin jadi tak berperasaan. Ia menggendong ku di pundak bak sekarung beras, lalu membawa ku masuk ke sebuah kamar. Ia lalu membuang ku keatas tempat tidur.

"AAA..!!! Tolong jangan pak jangan! TOLONG...!!"

Aku terus memberontak darinya yang ingin menanggalkan paksa pakaian ku, sekuat tenaga aku menahannya bahkan mendorongnya hingga ia terjatuh dari atasku.

Duk! Duk! Duk!

"TOLONG..!!! BUKA PINTUNYA..!!" pintaku di depan pintu, tapi tak ada siapapun yang mendengarkan.

Aku yang bergetar ketakutan, rasanya kakiku lemas melihat ia menanggalkan pakaiannya satu persatu di hadapan ku hingga hanya mengenakan celana pendek.

Kembali ia meraihku, dengan paksa ia menyeret ke tempat tidur, tapi lagi aku membuat perlawanan hingga aku terjatuh ke lantai. Ia menggunakan kesempatan tersebut dengan menindih ku, berusaha melepaskan pakaian yang melekat di tubuh ku dengan merobek nya. Ia pun makin liar bahkan tertawa benar-benar terlihat jahat.

"AAA...!!! TOLONG...!!!" teriakku keras-keras telah kehilangan bajuku, tapi sekuat tenaga aku menahan celanaku yang juga ingin di lepas paksa olehnya.

GUDUBRAK!!

Ia teralihkan oleh suara dobrakan keras dari arah pintu.

"RIANA..!!"

Panggilan itu, aku mengenali suara nya.

"PAK VAND,..!!" panggil ku membalas memanggil suamiku dengan keras. Ku dengar tergesa-gesa langkah kaki mendekat.

"BANGSAT!!!" pekik pak Vand pada pak Rain, lalu mencekik nya, menariknya berdiri dari atasku.

"Kau salah paham Vand, istrimu yang datang padaku" bohong pak Rain dan malah memfitnahku.

"KETAKUTAN DI WAJAHNYA MENGATAKAN KAU YANG MENYERETNYA!!"

Kemarahan pak Vand makin tergambar jelas di wajahnya. Untuk pertama kali aku melihat sebuah kemarahan yang menakutkan seperti itu di wajah suamiku.

Tak lamanya Rika muncul segera memelukku, ia melepaskan jaket yang ia kenakan dan menutup tubuh atasku yang hanya mengenakan bra.

Buk!
Buk!
Buk!

Pukulan bertubi-tubi pak Vand layangkan pada pak Rain hingga temannya itu tak berdaya. Hidungnya mengeluarkan darah segar dengan banyaknya. Tapi tak membuat pak Vand berhenti, beliau makin beringas terlihat kesetanan membabi buta menghajar pak Rain yang kini tak bergerak.

Pak Vand yang kalut mengangkat sebuah vas bunga hendak memukul kan ke kepala pak Rain, sigap pihak hotel dan beberapa tamu menahannya.

"LEPAS!! LEPASKAN!!" geram pak Vand tak terima di tahan oleh.

"Tenang pak"

"DIA MENYERET ISTRI SAYA KE HOTEL DAN MENCOBA MERUSAKNYA!! BAGAIMANA SAYA BISA TENANG!!"

Pak Vand kembali meraih pak Rain yang tak berdaya, kembali memberikan pukulan ke wajah nya.

"Jangan pernah lagi kau muncul di hadapanku! Atau akan ku buat kau menyesal pernah memikirkan istriku!" ancam pak Vand mengetatkan rahangnya mencekik pak Rain, kembali beliau di tarik dan di tahan oleh beberapa orang yang ada di sekitar.

"Bawa orang ini!" perintah staf hotel mengamankan pak Rain. Lalu pak Vand mengikis jarak antara kami seraya menyebut.

Aku menggeleng memeluk Rika erat, aku masih sangat takut dengan kejadian barusan yang menimpaku hingga aku pun takut di dekati oleh seorang pria meski itu suamiku sendiri.

"Riana.." panggilnya lagi, ku lihat dari pelukan Rika beliau menangis bercucuran air mata. Beliau menggapai ku, menarikku kearahnya mendekap ku erat menambah tangis.

"Pak, pak Rain itu..." adu ku bercucuran air mata di dalam dadanya. Aku tak sanggup meneruskan ucapanku.

"Riana jangan takut lagi, kamu aman sekarang dengan pak Vand" sela Rika, aku menoleh kearahnya.

"Rika yang memberi tahu apa yang terjadi padamu, Rika terus mengikuti kemana Rain membawamu" papar pak Vand, aku kearah Rika memeluk nya sangat berterima kasih atas pertolongannya

"Terima kasih, terima kasih Rika"

"Sama-sama, kamu aman sekarang bersama pak Vand, aku duluan yah"

Sebelum meninggalkan kamar hotel,
Pak Vand merapihkan rambutku yang acak-acakan, mengeringkan kedua pipiku, hingga memastikan pakaian ku menutupi tubuh ku dengan baik,  lalu beliau mengecup dahiku dalam nan lama.

"Ayo" katanya menggenggam tanganku.

"Sebentar pak, kaki saya rasanya masih lemas"

Tanpa aba-aba ataupun bertanya, beliau membopongku meninggalkan kamar hotel turun kelantai bawah.

Aku bersyukur pak Vand datang tepat waktu menolongku sebelum pak Rain merusak ku. Lagi, ia benar-benar pahlawanku.

"Tidak apa, kamu sudah aman, sandarkan tubuhmu" katanya sembari memasangkan sabuk pengaman ke tubuh ku.

"Suara tawanya masih menggema di kepala saya pak, saya takut"

"Kamu aman sekarang, percaya sama saya yah, kamu aman"

Benar yang beliau katakan, melihat sikapnya tadi beliau benar-benar bisa dipercaya dalam menjagaku, aku merasa tersentuh juga terharu.

"Jangan tinggalkan saya pak" ku sentuh wajahnya.

"Saya tidak ada niat sedikit pun meninggalkan kamu, kamu lupa kamu yang meninggalkan saya. Saya sangat mencintai kamu Riana, saya tidak ingin kita berpisah"

Bisa ku lihat kejujuran di matanya.

"Saya juga sangat mencintai pak Vand"

"Akan saya tunjukkan pada keluarga saya juga pada semua orang pernikahan kita"

Ucapannya yang terlihat bersungguh-sungguh membuatku tersenyum bahagia, hal itu memang sangat ku harapkan.

Aku mengangguk menangis haru. kembali ku berikan semua keseriusan ku pada nya, aku percaya kali ini pernikahan kami tak akan di sembunyikan lagi oleh nya.

Iapun melajukan mobilnya pulang ke rumah bersama-sama, sembari menyiapkan hari esok untuk kami memberitahukan pernikahan kami.

Istri Tersembunyi Pak DosenWhere stories live. Discover now