Bab 4. Di Antar Pulang

26.2K 787 1
                                    

Aku segera berlari kecil kearah pak Vand yang terlihat bingung dengan situasi di rumah ku.

"Dia siapa?" tanya Berno, pria tua itu

"DOSENKU!" sahut ku lantang

"Untuk apa seorang dosen datang ke kediaman muridnya?!" pekiknya berlagak.

"Saya kemari untuk mengantarkan buku milik Riana yang tertinggal di mobil saya" sela Pak Vand dengan tutur katanya yang sopan.

"Oh iya Riana ingatkan pesanan nenek tadi,? Tolong yah Pak antar Riana" sahut nenek membuatku bingung, seingat ku beliau tidak pernah menitipkan apapun padaku.
Aku makin bingung nenek terus mendorongku ke arah pak Vand hingga mendorong pelan kami keluar dari rumah. "Pak Tolong yah pak" pinta nenek lagi membuatku makin kebingungan.

"Ba-baik" pak Vand menurut saja tanpa bertanya. Nenek lalu menutup pintu meninggalkan kami di luar. Aku dan pak Vand kembali ke mobil sembari aku mencoba mengingat pesanan nenek.

Seiring melajunya mobil pak Vand aku mulai mendapat jawaban memikirkan pesan nenekku yang terlupa. Ku sandarkan tubuhku menyadari itu hanya taktik nenek untuk menjauhkan ku dari orang tua itu.

"Kamu tidak apa-apa?"

Pertanyaan pak Vand membuatku tersadar aku tidak seorang diri di dalam mobil yang melaju.

"Iya, saya tidak apa-apa" sahut ku

"Kita mau kemana?"

"Turunkan saya di sini saja pak"

"Di sini? Tapi di sini tidak ada apa-apa"

Pak Vand celingak-celinguk memerhatikan sekeliling yang hanya di hiasi pepohonan tanpa adanya satupun rumah.

"Tidak apa-apa pak, saya turun di sini saja"

Hendak ku buka pintu mobil sesaat setelah di tepikan, pak Vand justru menguncinya dari dalam.

"Kamu kenapa? Mereka menyakiti kamu?"

Pertanyaan pak Vand membuatku bersedih, ingin rasanya aku mengeluarkan semua ketakutanku akan pak Berno pria tua yang selalu menggangguku. Tapi aku sadar, biar bagaimanapun pak Vand bukan siapa-siapa ku selain hanya seorang dosen.

"Tidak pak, terima kasih pak Vand sudah menuruti permintaan nenek, saya bisa pulang sendiri"

Aku turun dari mobilnya memutuskan berjalan kaki kembali pulang ke rumah. Di belakang pak Vand pun ikut turun menyusul ku bahkan menghadang langkahku.

"Ada apa sebenarnya? Siapa dia? Dan kenapa nenekmu meminta saya untuk membawamu keluar dari rumah?" Cecer beliau. Ku rasa ia pun tahu itu hanya akal-akalan nenek.

Mendengar sederet pertanyaan beliau membuatku makin sedih. Aku tidak bisa lagi menahan air mataku yang kini menggenang ingin sekali terjatuh. Bingung, takut, dan ingin meminta tolong itu yang ku rasakan saat ini.

"Ada apa Riana?"

Tutur kata lembut pak Vand membuat ku merasa ia orang yang tepat bisa menolongku.

"Orang tua itu selalu mendekati saya pak, dia ingin menjadikan saya istri ke tiganya" papar ku, akhirnya air mataku terjatuh juga, membuat mata pak Vand terbelalak terkejut.

"APA!"

"Nenek saya berbohong agar pak Vand membawa saya pergi dari orang itu"

"Kenapa kamu tidak menolak jika kamu tidak mau"

"Sudah berapa kali saya menolak pak, tapi dia selalu saja datang"

"Katakan saja kalau kamu..

"Pak tolong saya pak, saya tidak mau  terjebak dengan orang itu" mohonku memegang tangannya berharap ia kasihan dan mau menolongku bagaimana pun caranya asalkan aku terbebas dari orang tua itu.

"Baiklah, mari saya antar pulang sembari kita memikirkan cara untuk membantumu"

Pak Vand kembali membawaku ke mobilnya, mengantarku pulang ke kediaman ku. Ku lihat dari dalam mobil pak Vand mobil orang tua itu sudah tidak ada, aku pun berani turun segera menghampiri kakek dan nenekku yang ku tinggalkan.

Mungkin karena mendengar suara kendaraan pak Vand, kakek dan nenekku segera keluar menemui kami.

"Kakek sama nenek tidak apa-apa?" tanya ku benar-benar khawatir meninggalkan mereka bersama orang tua itu.

"Iya kami tidak apa-apa,. Terima kasih Pak sudah membawa Riana pergi"

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi"

"Iya Pak hati-hati"

Aku lega bisa kembali tenang bersama kakek dan nenekku untuk malam ini, tapi tak bisa menghilangkan kerisauanku terus kepikiran orang tua itu kapan saja bisa saja kembali lagi.

Bahkan saat kelasku selesai aku tidak langsung pulang ke rumah, aku memutuskan mampir kesebuah taman untuk menghindari orang tua itu yang ku yakini pasti datang lagi ke rumah.

"Riana..."

Panggil seseorang membuyarkan lamunanku, aku segera berbalik. Aku lega itu pak Vand yang memanggilku.

"Oh pak Vand"

"Kamu kenapa tidak pulang? Kamu tidak membantu kakek dan nenekmu?"

"Saya.. Sebentar lagi Pak, saya ingin di taman ini dulu" kata ku gugup, mata ku bergerak gelisah kemana-mana.

"Apa orang itu datang lagi?"

Pak Vand seolah tahu apa yang tengah ku pikirkan. Memang hal itu yang saat ini mengganggu pikiranku.
Pak Vand ikut duduk di samping ku.

"Kenapa kamu tidak laporkan saja ke polisi kalau kamu merasa terganggu dengan nya"

"Salah satu yang bertugas adalah keponakannya"

"Apa hubungannya?"

"Itu sama saja saya meminta tolong pada seorang anak untuk menangkap ayahnya"

"Lantas apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak bisa kan terus-terusan menghindar"

"Saya tidak tahu pak"

Ku sembunyikan wajah ku pada kedua telapak tangan ku, sedih juga takut menjadi satu.

"Ayo saya antar pulang" pak Vand berdiri dari duduknya, aku membalas gelengan. "Mau sampai kapan kamu di sini? Ayo" ajak nya lagi hingga menarik tanganku ikut berdiri, ia bahkan menggandengku ke mobilnya lalu mengantarku pulang.

Sepanjang perjalanan aku tak tenang hingga duduk ku gelisah takut jika orang tua itu ada lagi di kediaman ku.
Begitu mobil yang di kemudikan pak Vand mendekat ke kediaman ku, bahu ku turun lega melihat tak ada mobil pak Berno.

"Terima kasih pak"

"Sama-sama"

Aku melenggang masuk kedalam rumah dengan perasaan tenang. Tanpa mengetuk pintu aku langsung membukanya mendapati kakek, nenek dan tanteku bersama orang tua itu.

"KENAPA ANDA KEMBALI LAGI KESINI?!!" pekik ku benar-benar geram melihat orang tua itu lagi dan lagi datang.

"Riana, pak Berno datang ke mari untuk melamar mu nak" sahut tanteku santai seolah mendukung hal tersebut.

"Apa maksud tante!?"

"Tantemu menerima lamaran saya" sela pria tua itu membuatku ketakutan, ku putar tubuhku meninggalkan rumah berlari secepatnya mengejar mobil pak Vand yang melaju. Tak perduli aku terus mengejar mobilnya yang belum jauh meninggalkan rumah.

"PAK VAND......!!!"

Istri Tersembunyi Pak DosenWhere stories live. Discover now