Bab 17. Ciuman Pertama

20.3K 670 4
                                    

Selesai membersihkan Pucih, nama kucing ku, Aku berbaring sebentar sebelum menyiapkan makan malam,. Aku justru ketiduran dan terbangun di pukul 7.

"Kamu kenapa?" tanya pak Vand, kami bertemu di dapur.

"Maaf pak saya ketiduran, saya lupa masak untuk makan malam"

"Tidak usah, saya sudah makan mie instan tadi

Meski beliau tersenyum tampak tak mempermasalahkan, tetap saja aku merasa tak enak melewatkan kewajibanku.

"Maaf yah pak"

"Iya, kamu istirahat saja, lanjut tidur sana" seraya beliau mengusap puncak kepalaku lalu melewati ku ke kamar nya. Aku pun kembali ke kamarku.
Baru sesaat aku merebahkan tubuh, aku kembali bangun teringat jemuran yang belum ku lipat.

Tak jadi tidur aku menyetirka dan melipat pakaian, karena belum mengantuk juga aku ingin bermain dengan kucing ku. Aku heran mendapati Pucih di dalam sebuah kandang.

"Riana, kamu sedang apa?" tanya pak Vand menghampiri.

"Saya habis lipat pakaian pak"

"Kenapa tidak besok saja"

"Saya tidak mengantuk.. Oh iya pak, pak Vand yang kandangin kucing saya?"

"Iya, itu kandang yang tidak terpakai, punya adik saya dulu" beliau duduk di sampingku ikut mengelus-elus Pucih yang ku pangku.

"Terima kasih yah pak"

"Sama-sama, jadi kalau kita keluar kucing mu di kandangin saja biar aman"

"Iya"

"Tunggu sebentar yah"

Ia kembali berdiri dari duduknya meninggalkanku kedalam kamarnya. Tak lama berselang beliau kembali dengan sebuah amplop di tangannya lalu duduk di tempatnya semula memberiku amplop tersebut.

"Apa ini?" tanyaku bingung pada amplop yang ku terima.

"Uang jajan buat mu"

"Hah! Tapi kenapa?"

"Kenapa..? Yah buat kamu jajan, pasti banyak kan yang ingin kamu beli, ingin jajan dengan teman-teman mu"

"Tapi pak Vand sudah memberi saya banyak sekali,. Pak Vand membiarkan saya tinggal di sini, memberi saya makan, menguliahkan saya, saya tidak ingin terus merepotkan pak Vand"

"Kamu tidak merepotkan saya, ini tanggung jawab dan kewajiban saya. Saya melakukan semua ini karena istri saya seorang mahasiswi, jadi saya harus perhatikan pendidikan kamu"

"Tapi pak...

"Terima yah, jangan buat saya jadi suami yang buruk untuk kamu"

"Tidak pak, pak Vand suami terbaik untuk saya" tepis ku menggerakkan kedua telapak tangan padanya.

"Kalau begitu buat saya menjadi suami yang jauh lebih baik lagi dengan kamu terima uang ini"

Setelah berpikir sejenak aku menerima amplop tersebut, toh sebagai seorang suami beliau memang memiliki tanggung jawab untuk menafkahi ku.

"Terima kasih suamiku" ujarku mengukir senyum memiringkan kepala menatapnya, beliau tertawa lepas.

"Sama-sama istriku" balasan nya membuatku tak kalah tertawa.

"Bimbing saya yah pak menjadi istri yang berbakti untuk pak Vand" aku bersungguh-sungguh ingin berbakti padanya.

"Jangan membuat dirimu tertekan karena status kita"

"Tidak, saya tidak tertekan, saya justru bahagia dengan pernikahan kita"

"Kamu bahagia dengan pernikahan kita?"

"Iya"

"Kenapa?"

"Karena saya memiliki suami yang hebat"

Aku tak bermaksud menggombal, aku bersungguh-sungguh bahagia menjadi istrinya meski aku istri yang di sembunyikan, tapi setidaknya kasih sayang dan perhatiannya ketika kami hanya berdua selalu ku rasakan.

"Saya juga bahagia memiliki istri yang perhatian dan bertanggung jawab seperti kamu"

Ku tatap matanya, ia pun membalas tatapan ku, membuatku serasa meleleh di tatap seperti itu oleh seorang pria yang tak lain suamiku sendiri.

Aku tak bergeming ataupun menarik tatapan,. Aku suka saat ia menatapku lekat-lekat seperti sekarang ini,. Benar-benar lekat dan makin mendekat, hingga bisa ku rasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku. Jantung ku saat ini sedang tak baik, degup jantung ku lebih cepat dari biasanya hingga aku sedikit kesulitan bernafas.

Aku tak tahu harus apa dan berbuat apa melihat wajahnya kian mendekat. Degupan jantung ku benar-benar tak karuan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya tapi aku tetap diam di tempat.

Mataku terbelalak saat bibirnya menyentuh bibirku,. Ku telan ludah ku merasakan bibirnya bergerak seolah mencicipi bibir ku. Ku pejamkan mata meresapi ciuman pertama ku.

Pikiranku kosong tanpa beban apapun membalas pagutannya, aku terbius oleh perasaan yang aku sendiri tak mengerti, baru kali ini ku rasakan. Makin lama nafasku kian terasa berat terus melakukan peraduan. Gerakannya seolah menuntunku mengikutinya.

Aku kembali pada kesadaranku saat beliau melepaskan bibirnya,. Ku buka mataku pelan menatapnya yang menatapku dekat.

"Ciuman pertamaku pak" papar ku polos, aku masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi antara kami.

"Maaf, maafkan saya sudah merebut ciuman pertama mu"

Beliau mengatakan maaf tapi tak terlihat bersalah, beliau justru tersenyum malu-malu menggaruk belakang kepalanya. Setelah ku pikir-pikir pak Vand suamiku, semua yang ada di diriku miliknya, termasuk bagian yang tadi beliau sentuh.

"Maaf yah" lagi katanya seraya mengusap bibir ku dengan jari jempolnya. Ku jelaskan jika aku tak marah dengan menempelkan bibirku kembali ke bibirnya, ku gerakkan bibir ku memagut bibirnya seperti tadi beliau memagut bibirku. Ia pun membalas hingga menahan tengkuk ku beradu ciuman dengan mata terpejam. Bunyi ecapan bibir lebih jelas terdengar hingga aku kewalahan mengimbangi nya.

Aku mengambil nafas banyak-banyak sesaat bibir kami terlepas. Ku tautkan dahiku pada dahinya masih mengatur nafasku yang tak karuan.

Beliau yang memang tak merokok dan sehabis menikmati secangkir teh meninggalkan rasa manis di mulut nya.

"Ciuman keduamu" ucapnya dengan senyum kecil membuatku merasa malu seketika karena aku yang memulai.

Ku tarik dahiku melingkarkan kedua tanganku ke tubuhnya. Ku sandarkan kepalaku ke dada bidangnya,. Beliau pun membalas pelukanku makin menambah kehangatan yang terasa nyaman.

"Kenapa?" tanyanya menopang dagunya di atas puncak kepalaku.

"Jadi begini perasaan Pucih kalau di peluk,. Pantas senang sekali di peluk"

"Kenapa?"

"Nyaman"

Ku dengar beliau mendengus tersenyum makin mengeratkan pelukannya.

Ku rasa aku mulai menyukai kedekatan seperti ini dengan seorang pria,. Dan untungnya pria itu tak lain suamiku sendiri,. Dan ku rasa pak Vand pun menyukainya, aku bisa merasakan itu.

Istri Tersembunyi Pak DosenWhere stories live. Discover now