7. Harta Tahta Atmadjiwo

7.1K 856 93
                                    

Tebak-tebakan dulu sebelum baca. Kira-kira Mas Ndaru terima lamaran Mbak Shana nggak yaa?

Btw ini cukup panjang. Kalau masih kerasa pendek, berarti cerita ini asik WKWKWK maksa banget 😭

***

Tidak ada yang berubah hari ini. Semua berjalan seperti biasa. Masih dengan berita yang ramai diperbincangkan tentu saja. Namun Ndaru berusaha untuk mengabaikannya.

Di dalam kamarnya, dia mencoba fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya. Cukup sulit bekerja dengan jarak jauh seperti ini. Namun Ndaru harus segera menyelesaikan semuanya sebelum kembali ke pusat. Baik Kakak dan Ayahnya sudah mendesaknya untuk segera mengambil alih induk perusahaan.

Suara ketukan pintu membuat Ndaru mengalihkan pandangannya sebentar. Tanpa menjawab pun dia tahu jika Gilang yang mengetuk pintu kamarnya. Benar saja, tak lama asisten pribadinya itu masuk.

"Permisi, Pak. Ini berkas yang Bapak minta semalam," ucap Gilang memberikan sebuah map coklat yang cukup tebal.

"Sudah lengkap?" tanya Ndaru mulai membuka map itu.

"Saya sedikit kesulitan untuk mencari tahu latar keluarganya, Pak."

Ndaru mengangguk mengerti. Dia memaklumi kekurangan informasi yang Gilang cari. Toh, permintaannya memang mendadak.

"Kalau begitu saya keluar dulu, Pak."

"Oh, iya, Lang." Ndaru masih menatap map di tangannya. "Segera cari rumah baru untuk saya secepatnya."

"Bapak nggak mau tinggal di rumah lama?" tanya Gilang hati-hati.

Ndaru langsung menatap Gilang. "Jual rumah itu dan cari yang baru."

Terdengar begitu tegas.

Gilang mengangguk. "Bapak ingin yang seperti apa?"

"Yang aman, tenang, dan tertutup." Sangat khas dari seorang Handaru Atmadjiwo yang misterius. "Saya nggak mau anak saya terganggu."

Sebenarnya Ndaru memiliki banyak properti di Jakarta, baik rumah, apartemen, atau penthouse. Hanya saja semua itu tidak untuk ia tinggali, hanya disewakan saja. Satu-satunya rumah yang tersisa adalah rumahnya dulu. Namun Ndaru tidak mau menginjakkan kakinya lagi di sana. Terlalu banyak kenangan pahit yang sulit untuk dilupakan.

"Gimana dengan Mas Juna?" tanya Ndaru.

"Mas Juna sudah pulang dari rumah sakit hari ini, Pak. Bapak ingin Mas Juna terbang malam ini atau besok?"

"Besok aja. Setelah kamu dapat rumah. Biarkan anak saya istirahat sebentar sebelum perjalanan."

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi. Untuk daftar rumah akan saya serahkan dalam waktu dua jam."

Setelah Gilang pergi, Ndaru kembali fokus pada map di tangannya. Setelah mengeluarkan semua berkas di dalamnya, Ndaru disambut dengan potret wajah Shana Arkadewi yang berukuran 4R.

Benar, ini lah yang Ndaru minta pada Gilang semalam, yaitu latar belakang Shana. Gadis yang ia anggap gila tetapi berhasil mengusiknya.

Tidak, Ndaru tidak menerima tawaran Shana kemarin. Dia masih punya otak untuk berpikir dengan jernih. Cara yang Shana berikan adalah cara untuk orang yang putus asa. Lagi-lagi Ndaru memakluminya.

Jangan pikir Ndaru tidak marah. Setelah apa yang Shana lakukan pada hidupnya tentu ia dikuasai amarah. Hanya saja Ndaru bukan tipe orang yang meledak dengan mudah. Kontrol emosinya yang baik adalah sebuah anugerah.

"Shana Arkadewi, 26 tahun, penulis, lulusan sastra...," gumam Ndaru membaca profil gadis itu.

Setelah membaca sekilas, Ndaru dibuat sedikit terkejut. Ternyata kehidupan gadis itu tidak seburuk tingkahnya. Tidak banyak berita tentang Shana, bahkan Ndaru tidak menemukan berita negatif satu pun, kecuali yang baru saja mereka alami akhir-akhir ini tentu saja. Bahkan Shana masih mendapat pujian karena berani menjalin huhungan dengan sutradara buaya seperti Dito Alamsyah.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang