44. Resah Gelisah

7.4K 1.1K 73
                                    

Aku kembali 🙌🏼

Kalau rame hari kamis aku update lagi. Chapter 55-56 juga sudah tersedia di karyakarsa ya ❤️

Selamat membaca ❤️

***

Hari Minggu yang tenang tak lagi bisa dibayang. Di pagi buta Ndaru sudah berada di atas awan. Menyusul kakaknya yang berada di Kalimantan. Rasa terpaksa tentu ia rasakan. Namun ada hal penting yang harus ia sampaikan.

Dalam hati terdalam, Ndaru lebih suka jika Guna yang datang. Namun ia teringat pada Arya, di mana kakak keduanya itu meninggal karena ingin menemuinya. Ndaru tak mau hal yang sama terulang. Dia sudah kehilangan banyak orang dan itu semua karena dirinya.

Dia tak ingin lagi.

Di dalam pesawat pribadinya, Ndaru memilih untuk memejamkan mata. Rasa sesal karena tak mengajak Juna mulai terbayang-bayang. Namun ia sedang tergesa. Guna sudah menunggunya untuk hadir dalam acaranya.

"Pak, pihak lelang amal semalam menghubungi. Untuk batu permata yang Bapak beli mau dikirim ke mana?" tanya Gilang.

Ah, Ndaru lupa akan hal itu. Seketika dia meringis mengingat aksi tak terduganya. Hanya karena beberapa kalimat yang Shana ucapkan, mampu membuatnya terprovokasi dan membeli barang yang tak ia butuhkan. Padahal masih banyak hal lain yang bisa ia beli pada malam lelang itu. Properti hunian mewah misalnya.

"Kirim ke rumah," jawab Ndaru masih dengan mata terpejam.

Gilang mengangguk paham. "Bapak mau mulai koleksi batu berlian? Kalau mau, saya ada beberapa kenalan. Ada juga kolektor dari Paris—"

Ndaru menggeleng cepat. Dia tidak tertarik sama sekali. Hal itu malah membuat Gilang bingung.

"Terus kenapa dibeli, Pak?"

Mata Ndaru terbuka. Dia menatap Gilang dengan bahu terangkat. "Saya juga nggak tau."

Gilang memilih untuk menutup mulut. Tidak lagi bertanya yang jawabannya justru semakin membuatnya bingung.

"Berapa lama lagi kita sampai?"

"Masih sekitar satu jam, Pak. Bapak bisa istirahat dulu, kita berangkat terlalu pagi tadi."

Benar, setelah Subuh Ndaru langsung berangkat. Padahal pesawatnya dijadwalkan terbang jam tujuh pagi. Sebenarnya ada alasan lain kenapa Ndaru memilih pergi, yaitu untuk menghindari Shana. Setelah apa yang terjadi semalam, entah kenapa Ndaru memilih untuk menghindar. Dia masih belum bisa untuk melihat wajah gadis itu.

"Lang?" panggil Ndaru di keheningan.

"Iya, Pak?" Gilang mengalihkan pandangannya dari berkas yang ia baca.

"Kamu tau Nendra Hasan?"

Kening Gilang berkerut. Terdengar tak asing, tetapi dia perlu waktu untuk mengingatnya. "Anggota keluarga Hasan?"

Ndaru mengangguk. "Yang semalam," ucapnya mengingatkan.

"Putra pertama Pak Nurdin?" Gilang kembali memastikan. "Saya cuma sekedar tau, Pak."

"Cari tau tentang dia," pinta Ndaru mulai menatap asistennya itu. "Termasuk kedekatannya dengan Shana."

"Pak Ndaru yakin? Kalau Pak Nurdin tau, dia bisa berulah lagi seperti semalam, Pak." Gilang mencoba mengingatkan Ndaru akan ancaman Nurdin semalam.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now