13. Erina VS Harris

6.6K 919 106
                                    

Ini panjang, jadi comment yang banyak. Tapi jangan spam 🫶🏼

***

Salah satu hal yang membuat Ndaru enggan memimpin kerajaan bisnis Atmadjiwo adalah waktu. Dia seolah tidak memiliki waktu lagi selain untuk bekerja. Ndaru pernah menjadi wakil direktur Guna sebelum pindah ke Surabaya, dan itu cukup menguras waktu dan tenaganya. Bahkan beberapa kali Ndaru harus berdebat dengan mendiang istrinya karena kesibukannya.

Semenjak Farah meninggal, akhirnya Ndaru memutuskan untuk melepas semuanya. Dia rela melepas jabatan pentingnya untuk memimpin anak perusahaan Atmadjiwo Grup di Surabaya. Ndaru hanya ingin mengganti waktu yang tak pernah istrinya dapatkan agar lebih fokus mengurus Juna.

Namun ternyata itu tidak berlangsung lama. Haryadi meninggal dan membuatnya mau tidak mau kembali ke Jakarta. Bukan lagi untuk menduduki posisi wakil direktur, melainkan menjadi direktur utama, memimpin semua kerajaan bisnis Atmadjiwo Grup.

Terpaksa? Awalnya iya. Namun Ndaru berusaha untuk berpikir realistis. Lahir dengan darah Atmadjiwo tentu tidak bisa membuatnya bersantai. Ada tanggung jawab besar yang ia pikul. Apa lagi untuk masa depan keturunan Atmadjiwo lainnya.

Seperti saat ini. Lagi-lagi Ndaru pulang larut. Setelah makan malam bersama Shana dan Erina, dia kembali bekerja sebentar. Meski belum resmi menjadi pemimpin, tetapi Ndaru mulai sedikit demi sedikit mengambil alih pekerjaan Adhiguna Amir. Kakak pertamanya itu masih fokus melakukan kampanye. Tidak masalah, jika Guna menang tentu mereka akan mendapat banyak keuntungan.

"Lang?" panggil Ndaru tiba-tiba. "Menurut kamu apa yang saya lakukan sudah benar?"

Gilang yang duduk di sampingnya pun menoleh. "Mengenai pernikahan, Pak?"

Ndaru mengangguk. "Saya nggak pernah berpikir akan melangkah sejauh ini."

"Demi nama baik Bapak dan keluarga, cara ini bisa dilakukan, Pak."

Ah, nama baik. Tentu saja. Semua ini Ndaru lakukan demi reputasi dirinya dan keluarganya. Tertangkap basah berciuman dengan seorang gadis adalah perbuatan tercela dan tak wajar di negara ini. Apa lagi ia berasal dari keluarga yang terpandang. Tentu pernikahan akan menjadi akhir dari bentuk pertanggung-jawaban. Meski semua ini terjadi bukan karena dirinya. Tetap saja Ndaru harus ikut serta membersihkan namanya.

Kepentingan Guna masih menjadi yang utama. Jangan sampai ada manusia tak bermoral dalam keluarga yang menodai langkahnya maju ke dunia politik.

"Ada kabar dari perusahaan?"

Gilang mengangguk. "Saya sempat bertemu Pak Darma tadi pagi saat mengambil beberapa berkas di kantor. Beliau berkata tidak bisa menahan para pemilik saham lebih lama. Ada beberapa dari mereka yang kurang yakin dengan kinerja Pak Ndaru. Mereka beranggapan Bapak masih terlalu muda dan masih suka bersenang-senang." Gilang sedikit meringis mengatakan kalimat akhirnya.

Ndaru tahu apa yang mereka maksud. Apa lagi jika bukan skandal yang menimpanya?

"Saya semakin yakin untuk maju." Ndaru menoleh. "Mulut mereka butuh dibungkam dengan fakta, kan?" tanyanya dengan senyuman miring.

Gilang mengangguk. "Benar, Pak. Buktikan kalau Bapak memang bisa. Toh, selama ini tiga anak perusahaan yang Bapak pimpin berhasil berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir ini."

Pada akhirnya Ndaru akan kembali berpikir realistis. Jika bukan dirinya maka siapa yang akan mengambil alih perusahaan? Ayahnya sudah terlalu tua sehingga beliau hanya menjabat sebagai komisaris utama. Saat ini usia Ndaru juga sudah 38 tahun. Tidak ada kata muda untuk memimpin perusahaan. Yang terpenting bukanlah umur, melainkan otak dan pengalaman.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang