26. Berubah Pikiran

6.9K 1K 130
                                    

Ada yang nungguin?

Heheh maaf ya..

Kalau chapter ini rame, nanti malam aku update lagi sebagai ganti ngilang lima hari 🤣

Selamat membaca ❤️

***

Malam ini masih sama seperti malam sebelumnya. Mata Shana masih terjaga. Menatap layar laptop yang menyala. Konsentrasi penuh ia cipta, untuk berfantasi ria.

Baru saja mengetik paragraf baru dan menghasilkan beberapa kalimat, kepala Shana sontak menggeleng. Dia kembali membaca ulang tulisannya dengan kening berkerut.

"Jelek banget," gumamnya yang kemudian menekan tombol hapus.

Dengan lemas, Shana mendorong laptopnya dan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Mencoba berpikir rangkaian kalimat apa yang akan ia tuangkan dalam tulisan. Biasanya di jam seperti ini, otaknya bisa berjalan dengan lancar. Namun sayangnya malam ini tidak. Ada hal lain yang mengusik Shana. Yaitu tentang proyek filmnya.

Hingga saat ini Shana belum menemukan jalan keluar. Dalam hati yang paling terdalam, dia menginginkan pembuatan film dari adaptasi novelnya terus berlanjut. Ini semua demi karir dan para penggemarnya. Namun Shana seperti terjebak di tengah-tengah jembatan yang diapit dua jurang. Jika dia bergerak ke kiri, maka dia akan berhadapan dengan Dito Alamsyah, tetapi jika ia bergerak ke kanan maka ia akan berurusan dengan Handaru Atmadjiwo.

Benar-benar pilihan sulit.

Mengenyahkan Dito dari daftar proyek filmya adalah hal yang sulit dilakukan. Selain kontrak yang sudah ditekan, sikap tidak profesionalnya juga akan berdampak buruk. Ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi semua tim yang terlibat. Semua orang bergantung pada proyek ini.

Apa Shana bisa berbuat egois?

Namun jika dia memilih sebaliknya, maka Ndaru yang akan berang. Tanda tangan perjanjian pernikahan juga sudah ia lakukan. Andai saja Shana bisa menjamin Dito untuk tidak membuat ulah, maka semuanya tidak akan sesulit ini. Namun sayangnya Dito masih bajingan. Tentu Ndaru memilih jalan aman.

Masih asik meratapi nasib, suara ketukan pintu mengejutkan Shana. Dia mengangkat kembali kepalanya dan melirik jam dinding. Sudah jam satu malam.

Siapa yang mengetuk pintu kamarnya?

Shana memilih menunggu. Berharap jika ia hanya berhalusinasi. Namun ternyata pikirannya salah. Ketukan pintu kembali terdengar. Dengan cepat dia beranjak untuk membuka pintu.

"Pak Ndaru?" tanya Shana tidak percaya.

Ternyata yang mengetuk pintu kamarnya adalah suaminya sendiri. Masih lengkap dengan kemeja kerjanya seperti tadi siang.

Pria itu baru saja pulang.

"Belum tidur?"

Shana menggeleng pelan. "Saya lagi kerja."

"Bisa bicara sebentar?"

"Oke."

"Saya tunggu di bawah." Ndaru mulai beranjak untuk pergi.

"Kenapa nggak di sini aja?"

"Ada Gilang di bawah. Kita bicara bertiga." Ndaru menatap penampilan Shana dari atas ke bawah sebentar. "Ganti pakaian kamu." Lanjutnya yang langsung berlalu.

Shana menatap penampilannya sendiri sambil mengedikkan bahu. Dia memang memakai baju tidur kesukaannya. Berwarna hitam dengan panjang di atas lutut serta tali tipis sebagai penyangga.

Nyaman.

Namun Shana harus menggantinya sekarang. Ada Gilang di bawah. Shana memang suka dengan pakaian tidur ini, tetapi bukan berarti dia suka memamerkannya.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang