9. Tampil Bersama

6.3K 859 41
                                    

Setelah ini akan banyak interaksi Mas Ndaru sama Mbak Shana hihihih 🙊

***

Meskipun hari sudah malam, tetapi suasana bandara tetap ramai. Sayangnya itu tidak berlaku untuk di dalam kendaraan. Keadaan benar-benar sangat tenang. Namun juga menegangkan.

Perjanjian kontrak yang telah disetujui seolah tidak ada artinya. Tembok besar masih berdiri kokoh sebagai pemisah. Maklum tentu menjadi dasar utama. Pertemuan awal yang tidak baik tentu tak bisa memperbaiki hubungan keduanya.

Shana memilih untuk melihat ke luar jendela. Mulutnya juga masih tertutup rapat. Bahkan sejak satu jam yang lalu saat perjalanan dimulai. Shana tidak tahu apa yang Ndaru lakukan di sampingnya. Lagi pula Shana juga tidak ingin mencari tahu. Pria itu terlalu fokus menutup mulut dan menatap layar iPad-nya.

"Semua sudah selesai, kan, Lang? Saya tinggal menghadiri acara perpisahan." Untuk pertama kalinya Ndaru membuka suara setelah satu jam lebih terjadi keheningan.

"Betul, Pak. Tiga hari lagi Bapak bisa ke Surabaya."

Shana masih diam, meski sesekali dia juga mencuri dengar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan orang kaya seperti Handaru Atmadjiwo.

"Kenapa kita nggak keluar, Pak?" Shana pada akhirnya menoleh.

"Terlalu banyak orang. Saya kurang nyaman," jawab Ndaru masih fokus pada iPad-nya.

"Terlalu banyak wartawan, Mbak. Pak Ndaru dan Mbak Shana bisa keluar sebentar nanti kalau Mas Juna sudah datang," jelas Gilang.

"Saya nggak liat ada wartawan, Mas," gumam Shana melihat sekitar.

Gilang yang duduk di depan pun menoleh. "Mereka punya cara baru setelah Pak Ndaru membawa pengawal. Selain itu, Pak Ndaru dan Mbak Shana juga tidak ada yang membuka suara jadi mereka memilih untuk mengikuti secara diam-diam."

Shana meringis. "Jadi mereka tau saya ada di sini?"

"Seharusnya mereka tau. Pak Ndaru dan Mbak Shana keluar bersama saat di restoran tadi."

Benar juga. Sekarang Shana sadar kenapa wartawan tidak mengelilinya seperti biasa. Ternyata itu efek dari keberadaan Handaru Atmadjiwo. Pria itu memiliki beberapa pengawal yang bisa menghempaskan para wartawan dengan mudah.

"Itu Mas Juna, Pak," tunjuk Gilang.

Ndaru yang sedari tadi diam mulai menoleh. Dari jauh, dia bisa melihat anaknya datang di gendongan susternya dan diikuti oleh dua pengawal. Seketika senyum Ndaru muncul. Dia merindukan anaknya.

Sudah berapa hari mereka tidak bertemu?

"Bapak dan Mbak Shana bisa keluar sekarang. Abaikan cahaya kamera yang muncul nanti."

Shana dibuat takjub dengan Gilang yang begitu cekatan. Suatu saat dia juga ingin memiliki asisten pribadi seperti itu juga. Namun rasanya mustahil karena dia bukan siapa-siapa.

Sebelum keluar, Shana menarik napas dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Dia melakukannya berkali-kali sampai ia merasa cukup tenang.

"Sudah?"

Shana menoleh dan melihat Ndaru yang ternyata menunggunya. "Siap, Pak," jawabnya.

Setelah itu Ndaru pun keluar, diikuti oleh Shana. Benar saja, di balik kaca mata minus yang ia pakai, Shana bisa merasakan cahaya kamera yang tertuju padanya. Benar kata Gilang, ternyata wartawan berada di mana-mana dan entah dari media mana saja.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now