22. Jaga Jarak Aman

7.5K 1K 112
                                    

Maaf typo, belum aku baca ulang 🙏🏽

***

Akhir pekan menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh para pekerja. Hanya di akhir pekan mereka bisa beristirahat dengan tenang. Mencoba menenangkan pikiran sebelum Senin kembali datang. Hal itu juga yang dimanfaatkan oleh Ndaru.

Boleh saja dia pulang malam setiap hari karena kesibukannya. Namun di akhir pekan, terutama hari Sabtu, Ndaru akan memberikan waktunya untuk Juna, anak semata wayangnya. Di tengah kesibukannya, dia masih ingin berperan dalam tumbuh kembang Juna.

"Pelan-pelan, gerakin kakinya," ujar Ndaru.

Kegiatan pagi ini adalah berenang. Ndaru bisa berolahraga sekaligus mengajari anaknya. Beruntung Juna tidak pernah takut dengan volume air yang banyak. Anak itu justru menyukainya. Sama seperti Ndaru kecil.

"Iya, bagus. Pegang tangan Papa, jangan dilepas." Ndaru berjalan mundur dengan pelan. Masih mengajari Juna berenang dengan bantuan pelampung.

Bukan ajaran yang serius. Setidaknya Ndaru sudah mengenalkan Juna akan kegiatan berenang.

"Mama mana, Pa?" Juna mengusap wajahnya yang basah.

"Mama masih tidur," jawabnya Ndaru tak acuh. Dia kembali berjalan mundur sambil menggenggam tangan Juna.

"Nggak berenang? Ayo, ajak Mama berenang."

Ndaru akhirnya memutuskan untuk berhenti. "Nanti Mas Juna sendiri yang ajak Mama."

"Ajak ke mana?" sahutan suara lembut terdengar.

Ndaru dan Juna kompak mengalihkan pandangan. Dari pintu pembatas, muncul Shana dengan penampilan yang sudah rapi. Kemeja putih serta celana kain berwarna coklat melekat di tubuhnya. Rambut panjangnya ia ikat menjadi satu dan tak lupa kaca mata besar yang bertengger di hidungnya.

"Mama!" teriak Juna senang. Dengan gerakan alakadarnya, dia berenang mendekati tepi.

"Mas Juna berenang?" Shana berjongkok dengan senyuman.

"Ayo, berenang, Ma." Juna terlihat bersemangat. Berusaha meraih tangan Shana.

"Maaf, tapi Mama harus pergi." Shana berucap sedih. Dia melirik Ndaru yang masih berada di tengah kolam, menatap interaksi mereka.

"Pa, Mama nggak berenang," adu Juna pada ayahnya.

Mendengar panggilan Juna, Ndaru berenang mendekat. Dia berhenti di samping Juna, tepat di depan Shana yang berada di tepi kolam.

"Mau ke mana?" tanya Ndaru.

"Ketemu editor, Pak," jawab Shana berusaha untuk tidak melihat Ndaru. Sesekali ia salah fokus dengan tubuh pria itu.

"Berangkat sendiri?"

Shana mengangguk. Masih tidak menatap Ndaru.

"Biar sopir yang antar."

Shana menggeleng cepat. "Nggak perlu, Pak. Saya bisa bawa mobil saya sendiri."

"Yakin?"

Shana mengangguk pelan. Merasa aneh dengan pertanyaan Ndaru. "Memangnya kenapa saya harus nggak yakin? Selama ini saya ke mana-mana sendiri." Shana mulai menatap Ndaru.

Ndaru mengalihkan pandangannya. "Siapa tau masih ada wartawan yang ikuti kamu."

"Memangnya kenapa kalau saya masih diikuti wartawan?" Shana tidak serius. Dia hanya ingin memancing kekesalan Ndaru.

Terbukti. Ndaru mendengkus samar mendengar pertanyaannya. Membuat Shana menahan senyumnya.

"Tentang semalam. Bisa kita bahas?"

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang