14. Persiapan Nikah

6.4K 879 76
                                    

Gais, mulai sekarang updatenya dua hari sekali yakk sebentar kok nunggunya, masih lama yang disebelah wkwkk ❤️

***

Manusia memang tidak ada yang sempurna. Kemarahan seolah menjadi hal yang biasa rasanya. Mengabaikan kata-kata mutiara yang seharusnya tak tercipta. Namun manusia tetaplah manusia. Makhluk yang mengedepankan ego tanpa melihat keadaan lawan bicara.

Sedari tadi telinga Shana terus berdengung. Bukan karena seseorang tengah membicarakannya di belakang, melainkan gerutuan Erina yang tak kunjung usai. Sepanjang perjalanan, kakaknya itu terus merutuk. Sumpah serapah lolos beberapa kali dari mulut indahnya. Lupakan fakta jika ada Fathur di sisinya, Erina benar-benar tidak bisa lagi menahannya.

Pertemuan dengan keluarga Atmadjiwo berlangsung dengan menegangkan. Terjadi adu mulut dengan kalimat yang saling sindir-menyindir. Takut? Erina tidak merasakannya. Justru dia kesal dengan keluarga Atmadjiwo yang jauh dari kata elegan.

Apa lagi si Tua Harris, Erina kembali merutuk pria tua itu. Menyombongkan semua anggota keluarga seolah tidak memiliki celah. Padahal jika orang-orang mau membuka mata, tentu keluarga konglomerat seperti mereka tak lepas dari prahara masalah.

"Pokoknya kalau lo udah nikah sama Ndaru, jangan mau ditindas. Jangan jadi Shana yang lemah. Kalau lo disenggol? Senggol balik. Apa lagi sama bapaknya."

Shana mengangguk pasrah. "Iya, kalau bapaknya bikin ulah ntar gue umpetin tongkat jalannya."

Fathur yang tengah menyetir pun tertawa. Terkadang pembicaraan Erina dan Shana bisa menghiburnya.

"Gue serius!" Erina menarik rambut Shana, kali ini dia tidak menahannya. Toh, acara makan malam telah selesai.

"Gue juga serius. Lo tenang aja, Mbak. Lo pikir gue masuk keluarga mereka tanpa persiapan?"

"Bagus. Pokoknya jangan mau ditindas."

Shana kembali mengangguk pasrah. Tanpa Erina mengingatkan, dia juga akan melakukannya. Apa yang ia lakukan hanya terikat dengan Handaru, bukan yang lain. Jadi, jika ada anggota keluarga yang mengganggunya maka Shana tidak akan tinggal diam.

"Sudah sampai," ucap Fathur saat mobil berhenti di depan lobi apartemen Shana.

"Lo yakin nggak mau tidur di rumah aja?" Erina menoleh pada adiknya.

Shana menggeleng. "Keadaan udah mulai kondusif. Kalau ada wartawan pun gue udah bisa jawab pertanyaan mereka."

Erina mengangguk pelan. "Kalau gitu hati-hati. Langsung telepon kalau ada apa-apa."

Shana mulai bersiap. Dia mencium tangan Erina dan Fathur sebelum keluar dari mobil. Tangannya melambai saat mobil BMW keluaran terbaru itu melaju pergi.

"Shana!"

Suara itu membuat tubuh Shana menegang. Dari jauh dia bisa melihat Dito yang berlari menghampirinya. Dengan cepat Shana masuk ke dalam gedung menuju pusat keamanan.

"Pak, tolong saya, jangan biarin dia masuk," ucap Shana dengan terengah.

Dua oang pria yang tengah menjaga keamanan malam ini pun berdiri. Mereka langsung tanggap begitu melihat siapa yang meminta bantuan. Shana Arkadewi, salah satu orang penting yang menjadi penghuni apartemen mereka.

"Baik, Mbak. Akan kami amankan."

"Terima kasih, Pak." Shana menghela napas lega.

Beruntung Dito belum sempat masuk. Dua pihak keamanan tadi langsung menghalangi langkahnya. Dari dinding kaca, Shana menatap Dito datar. Setelah itu dia berlalu santai menuju lift.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now