39. Tertangkap Basah

9K 1.2K 111
                                    

Halo, aku kembali 🫶🏼

Chapter 40-46 sudah tersedia di karyakarsa viallynn. Yang mau baca duluan bisa ke sana, kalau di wattpad update 1-2 kali satu minggu ❤️

Btw, jangan senyum-senyum baca chapter ini 😁 Selamat membaca 😘


***

Shana memang bukan orang yang rajin, dia mengakui itu. Di akhir pekan, biasanya dia memanfaatkan waktunya untuk bermalas-malasan. Namun kali ini berbeda. Tepat menjelang subuh, mata Shana terbuka dengan sendirinya. Dia terbangun tanpa alarm. Hal yang jarang terjadi pada dirinya.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah kepala Juna. Posisi mereka masih sama, saling berpelukan. Bedanya, tak ada lagi Ndaru di sisi ranjang. Tangan Shana mulai meraba, tidak merasakan dingin. Masih ada rasa hangat di sana, artinya Ndaru belum lama pergi.

Shana melepas pelukannya dan berbaring terlentang. Menatap langit kamar dengan tatapan menerawang. Memikirkan kejutan yang Shana dapatkan semalam.

Bukan karena Ndaru yang meminta maaf terlebih dahulu, melainkan setelahnya, yaitu mengenai Nurdin Hasan.

Siapa sangka jika Nurdin Hasan akan mengundang Ndaru?

"Sudah bangun?"

Lamunan Shana buyar. Dia menoleh dan melihat Ndaru keluar dari kamar mandi kamar Juna dengan wajah basah.

"Saya pikir Pak Ndaru balik ke kamar?" Shana memiringkan tubuhnya membelakangi Juna, menghadap Ndaru sepenuhnya.

"Sudah mau subuh."

Shana melirik jam dan mengangguk setuju. Seketika rasa malu menyerangnya. Ndaru adalah manusia paling disiplin. Jam berapa pun ia tertidur, pria itu selalu bisa bangun pagi. Berbeda dengan Shana yang tidur saja tidak teratur.

Mereka benar-benar berbeda.

"Pak Ndaru mau sholat?"

"Hm."

Shana mulai bangkit dengan ragu. Matanya tak mau menatap wajah Ndaru secara langsung.

"Boleh saya ikut?"

Terjadi keheningan selama beberapa detik. Terpaksa, Shana mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi Ndaru. Tidak sesuai harapan. Ternyata ekspresi datar yang hanya ditampilkan. Namun justru itu yang membuat Shana bertanya-tanya.

"Cepat ambil wudhu. Saya tunggu di sini."

Shana mengulum bibirnya untuk menahan senyum. Dengan cepat dia berlari kecil menuju kamar mandi. Sebenarnya Shana juga tidak sadar akan permintaannya itu. Kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya. Suasana benar-benar sangat mendukung.

Begitu keluar dari kamar mandi, Shana sedikit terpaku. Mendadak hatinya berdetak kencang melihat pemandangan di depannya. Ndaru terlihat siap menunggunya dengan peralatan sholat. Tidak hanya itu, entah dari mana Ndaru mendapatkan mukenahnya.

Pria itu menyiapkan semuanya dengan sangat baik.

Ini tidak benar. Seharusnya Handaru Atmadjiwo tidak boleh seperti ini. Pria itu harus bersikap menyebalkan. Shana menggeleng cepat, mengusir segala pujian untuk Ndaru di kepalanya.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang