23. Akhir Pekan

7.7K 1K 94
                                    

Shana pikir, hari Sabtunya akan berjalan dengan baik. Setelah beberapa hari bersantai setelah menikah, Shana kembali memulai rutinitasnya. Mulai dari mengecek keadaan kafe, bertemu editor, hingga bertemu produser. Seharusnya semua bisa berjalan lancar. Namun nyatanya semua tidak sesuai harapan.

Shana kembali dipertemukan dengan masa lalu. Dito Alamsyah, pria itu berada di hadapannya saat ini. Duduk berdampingan bersama Raja, produser film-nya.

Awalnya, Shana bersemangat karena akan membicarakan sequel film-nya bersama Raja. Namun siapa sangka jika Dito juga ikut serta hadir. Niat Shana yang ingin menghempaskan Dito untuk keluar dari proyek film pun pupus.

Menyerah? Tentu tidak. Shana sudah memantapkan diri untuk tidak berhubungan dengan Dito. Selain karena pria itu cukup gila, Shana tidak mau membuat resiko yang akan membuat namanya jelek.

Ingat, sudah ada tanda tangan kontrak yang ia buat dengan Handaru Atmadjiwo. Jika ia melanggar, maka akan banyak uang denda yang harus ia berikan.

"Bisa kita mulai?" tanya Raja dengan hati-hati.

Shana memejamkan matanya sebentar. Berusaha menenangkan emosinya yang cukup diuji malam ini.

"Pesen makan dulu. Gue belum makan," ujar Dito meraih buku menu.

Pria itu begitu santai membuat Shana ingin memukulnya detik ini juga.

"Saya pesan ayam yakiniku," kata Dito pada pelayan. "Dan untuk mantan saya...," Dito melirik Shana dengan senyuman miring, "Nasi goreng udang." Senyum Dito tampak lepas. "Masih suka, kan?"

Shana menggeleng cepat. "Saya nggak pesan makan, Mas," katanya pada pelayan. Tidak mau berbicara langsung pada Dito.

Setelah pelayan pergi, keadaan kembali hening. Shana mencoba untuk tetap tenang. Meski pun dalam hati dia ingin mencakar wajah Dito. Dari sudut matanya, dia sadar jika pria itu terus menatapnya lekat.

"Kok kamu makin cantik, ya, Shan?" Dito terkekeh.

Mata Shana kembali terpejam. Seharunya malam ini mereka membicarakan pekerjaan, bukan hal tak penting seperti ini.

"Ya, harus makin cantik, dong, ya? Kan Handaru lebih kaya dari aku, rugi kalau nggak dimanfaatin," lanjut Dito.

Shana memutuskan untuk menatap pria itu. Begitu tajam dari balik kacamatanya. Shana tidak takut. Dia hanya benci dengan situasi ini.

"Kenapa Mas Raja harus ajak dia?" tanya Shana pada Raja.

Pria itu menghela napas kasar. "Kita nggak bisa bicarain berdua, Shana. Dito juga sutradara film kita."

"Aku mau dia diganti."

Detik itu juga Dito tertawa. Beruntung mereka berada di ruangan privat sehingga tidak mengundang banyak tatapan orang. Shana benar-benar takut jika keberadaannya di sini bersama Dito akan diketahui oleh Ndaru.

"Kenapa, Shan? Kamu takut jatuh cinta lagi sama aku?" ejek Dito. "Oh, atau sebenarnya kamu masih cinta? Apa kamu nggak puas sama Handaru Atmadjiwo?"

"Tutup mulut lo!" geram Shana.

"To, jangan bikin masalah, deh. Kita harus bahas proyek film kita yang udah mundur tiga minggu." Raja menengahi. "Apa pun yang terjadi pada masa lalu kalian. Aku mohon untuk tetap profesional."

"Loh, gue profesional, Raja. Gue di sini sebagai sutradara. Shana aja yang nggak profesional." Dito mengedikkan bahunya santai.

Shana menggeleng pelan. Dia memijat keningnya yang berdenyut. Sikap tengil Dito benar-benar membuatnya muak.

"Sejak awal kita sudah jadi tim, Shan. Aku nggak bisa ganti Dito gitu aja." Raja menghela napas kasar.

"Aku nggak mau lanjut kalau dia yang jadi sutradaranya, Mas." Shana masih berusaha.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now