32. Menjaga Jarak

10.6K 1.1K 97
                                    

Jangan marah, langsung baca aja 🤣

***

Akhir pekan begitu cepat berlalu. Rutinitas juga sudah melambai ingin bertemu. Kesibukan mulai meneror Ndaru. Tampak bersemangat untuk menyerbu.

Ndaru melewatkan makan siangnya kali ini. Setelah menghadiri rapat penting dia harus menyelesaikan pekerjaan sisanya. Pantang baginya untuk menunda pekerjaan. Setidaknya dia tidak mau membawa pekerjaan ke rumah. Karena itu juga Ndaru sering pulang malam.

Ketukan pintu membuat Ndaru mengalihkan pandangannya sebentar. "Masuk," ucapnya.

"Permisi, Pak. Ada Pak Guna yang ingin bertemu," kata Fajar, sekretarisnya.

"Mas Guna?" gumam Ndaru. "Minta kakak saya masuk," balasnya.

Fajar mengangguk dan berlalu pergi. Tak lama Guna masuk bersama istrinya, Dayanti.

"Ada apa, Mas?" tanya Ndaru berpindah ke sofa.

"Bukannya kamu yang cari aku kemarin?" Guna merenggangkan tubuhnya di sofa. "Jadinya dari bandara langsung ke sini."

Ternyata Guna baru saja tiba. Dari mana lagi jika bukan dari daerah pilihannya. Pria itu tampak begitu serius dalam pencalonannya kali ini.

"Tentang itu." Ndaru menggaruk pelipisnya pelan. Bingung harus memulai dari mana.

"Oh, ya, Ru. Kamu kenal sama istrinya Pak Nurdin?" tanya Dayanti tiba-tiba.

Kening Ndaru berkerut. "Enggak, Mbak. Kenapa?"

"Aneh," gumam Dayanti pelan.

Pintu ruangan Ndaru terbuka. Muncul Gilang dengan kantong plastik di tangannya. Pasti itu makan siang Ndaru kali ini.

"Pak Guna.. Bu Yanti...," sapa Gilang sedikit menunduk.

"Kenapa sama istri Pak Nurdin?" tanya Ndaru penasaran.

"Kemarin kita ketemu Bu Atikah. Dia diundang untuk peresmian museum daerah. Dia titip salam sama kamu," jelas Dayanti. "Kamu pernah ketemu Bu Atikah?"

Ndaru menggeleng ragu. "Nggak tau, nggak pernah tegur-sapa juga."

Keheningan mulai melanda. Mereka semua tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Ndaru menghela napas kasar dan menatap Gilang dengan gelengan lelah.

"Kita hentikan sebentar penyelidikan itu, Lang. Sepertinya Pak Nurdin tau apa yang kita lakukan."

"Penyelidikan apa?" Guna tampak bingung.

"Aku harap Mas Guna tetap tenang."

"Kenapa, Ru? Cepet kasih tau." Dayanti tampak tak sabar.

"Tentang Mas Arya." Ndaru menatap kakaknya lekat. "Sepertinya ada yang sengaja mencelakai Mas Arya."

Keheningan kembali datang. Kali ini Guna yang terkejut sampai tak bisa berkata-kata.

"Jangan bilang ada hubungannya sama tingkah aneh istri Pak Nurdin kemarin?" tanya Dayanti.

"Benasaka?" gumam Guna menatap adiknya. "Apa mungkin?"

"Mbak Putri juga curiga sama kasus itu, Mas."

"Jadi kalian selidiki masalah ini bersama?"

Ndaru mengangguk menjawab pertanyaan kakak iparnya.

"Papa tau?"

Ndaru menggeleng. "Kalau Papa tau, sudah pasti Papa akan buat kehebohan, Mas. Dalam kondisi sekarang, ini bukan saat yang tepat."

Benar, di masa kampanye Guna, ini bukan waktu yang tepat. Selain itu, Nurdin Hasan bukanlah orang yang sembarangan. Begitu disegani bahkan oleh keluarganya sendiri. Selama ini mereka bersaing tanpa saling menyenggol satu sama lain. Dengan tuduhan seperti ini, bisa dipastikan hubungan keduanya akan menjadi buruk. Apa lagi semua orang tau jika Nurdin adalah pendukung nomor satu lawan politik mereka.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang