36. Berubah Pikiran

7.9K 1.2K 84
                                    

Seharusnya update kemarin, tapi aku lupa 🤣🤣🤣

Maap yak 🫶🏼

Btw chapter 38-39 sudah update di karyakarsa viallynn ❤️‍🔥

***

Suasana pagi di rumah Ndaru tampak begitu sepi hari ini. Tidak ada teriakan Juna yang berlarian dengan hanya mengenalan celana dalam, tidak ada teriakan Suster Nur yang mengejar Juna, dan tidak ada tawa Shana yang melihat kekonyolan keduanya.

Semua tampak berbeda.

Sejak pertengkaran Ndaru dan Shana semalam.

Hari ini Ndaru membiarkan Juna tidak bersekolah. Mendadak suhu tubuh anaknya naik dengan diiringi badan yang lemas. Wajah pucat Juna membuat Ndaru menghela napas lelah. Semua ini karena tangisan anaknya semalam.

"Mas Juna makan dulu, ya? Sedikit aja diisi perutnya," bujuk Ndaru sekali lagi sambil mengaduk bubur yang dibuat Bibi Lasmi khusus untuk Juna.

"Nggak mau, Pa. Nggak enak."

"Biar cepet sembuh, Mas. Katanya mau main sama temen-temen di sekolah?" Suster Nur ikut membujuk.

"Mau main sama Mama." Suara serak Juna semakin membuat Ndaru menghela napas.

Ndaru bangkit dari duduknya dan meletakkan mangkok bubur itu di atas meja. Tangan kanannya bergerak melepas dasi yang sudah melekat sempurna di lehernya dengan cepat.

"Saya nggak ke kantor hari ini. Tolong panggil Gilang ke sini, Sus."

Suster Nur mengangguk dan berlalu keluar kamar. Di kamar ini hanya ada Juna dan Ndaru. Sebagai ayah, tentu Ndaru gemas dengan sikap manja Juna. Namun dia sadar jika anaknya juga masih berusia dua tahun. Sabar tentu menjadi kunci utama.

"Mas Juna mau makan yang lain?" Ndaru kembali membujuk.

"Mau makan sama Mama, Pa. Mama mana?" Juna semakin meringkuk dalam tidurnya.

"Mama lagi kerja, Mas. Hari ini sama Papa dulu, ya. Papa nggak ke kantor."

Mata Juna hanya berkedip. Mencoba mencerna kalimat yang terlalu panjang untuknya. Meski begitu pada akhirnya dia tetap meringik menginginkan sosok Shana di sisinya.

"Selamat pagi, Pak Ndaru," sapa Gilang memasuki kamar Juna yang memang terbuka.

"Pagi." Ndaru kembali berdiri. "Hari ini saya akan kerja di rumah."

"Kenapa, Pak?" Gilang mengerutkan dahinya. "Bapak ada tiga rapat penting yang harus dihadiri hari ini."

"Anak saya sakit."

Gilang melihat Juna dengan anggukan. Sekarang ia mengerti kenapa wajah atasannya itu begitu kusut pagi ini.

"Bukannya ada Bu Shana, Pak? Bapak bisa minta tolong titip Mas Juna sebentar. Setidaknya saat Bapak rapat saja."

Ndaru berdecak. "Dia nggak pulang," jawabnya pelan sambil melirik anaknya.

Kerutan di dahi Gilang semakin terlihat jelas. "Karena kemarin?"

Ndaru mengangguk dengan decakan pelan. "Dia marah. Padahal dia yang salah."

Gilang mengusap lehernya pelan. Tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Kehidupan rumah tangga atasannya itu memang cukup rumit. Dua orang dengan kepala yang sama-sama keras harus bersatu di bawah atap yang sama. Tak heran jika perdebatan akan sering terjadi.

"Untuk rapatnya bagaimana, Pak?"

"Nggak bisa dibatalkan atau diundur, kan?"

Gilang menggeleng. "Nggak bisa, Pak. Hanya hari ini Mr. Danver bisa ke Indonesia."

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang