27. Serangan Fajar

9.2K 1.1K 121
                                    

Nggak PHP kan aku? 🙃

Jadi tetep ramein ya biar aku semangat update ❤️

***

Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Kadang ucapan akan berbeda dengan isi kepala. Penyesalan tentu ada. Namun sekali lagi apa daya, manusia tetaplah manusia.

Jika bukan karena permintaan Juna, tentu Ndaru akan menolak keras untuk tidur di kamar Shana. Masih ada dinding besar yang harus ia jaga. Kesepakatan harus berjalan sesuai dengan perjanjian kontrak. Namun lihat sekarang, ada saja hal yang ingin merusaknya.

Awalnya Ndaru hanya akan bertahan sampai Juna jatuh terlelap. Mungkin tiga puluh menit. Namun siapa sangka jika pada akhirnya dia juga ikut jatuh terlelap. Di kamar seorang gadis yang pada awalnya sangat ia hindari. Sepertinya rasa lelah tak bisa lagi Ndaru tahan. Tubuhnya benar-benar membutuhkan istirahat.

Beberapa menit sebelum memasuki waktu Subuh, mata Ndaru sudah terbuka. Sudah menjadi kebiasaan sedari dulu. Seperti ada alarm kecil di kepalanya. Begitu membuka mata, keadaan gelap langsung menyapanya. Detik itu juga Ndaru tersadar. Jika ia masih berada di kamar Shana.

Dalam hati Ndaru mengumpat. Dengan gerakan pelan dia menoleh ke arah samping, di mana anaknya tertidur dengan nyaman di pelukan Shana.

Ini tidak benar. Namun Ndaru juga tidak bisa menolak permintaan Juna. Anak sekecil itu tentu membutuhkan kasih sayang orang tua. Sayangnya saat ini Shana lah yang menjadi ibunya. Meskipun hanya sementara.

Ndaru mencoba untuk tidak banyak menimbulkan gerakan. Dia menjauh dari tempat tidur dengan hati-hati. Dari posisinya berdiri, dia bisa melihat Shana dan Juna dengan jelas. Tampak tertidur nyaman tanpa selimut yang menutupi.

Dalam hati Ndaru meringis. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya. Dia baru saja melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat dari tubuh Shana. Anehnya Shana seperti tidak merasa sungkan. Berbeda jika ia bertemu dengan pria lain.

Apa karena dia adalah suaminya?

Ayo lah, mereka hanya menjalankan pernikahan palsu.

Kadang tingkah Shana di rumah membuat Ndaru harus mengelus dada.

Tak ingin semakin berpikir yang tidak-tidak, Ndaru mendekat untuk mengambil selimut yang terjatuh di lantai. Tanpa melihat tempat tidur, dia langsung menutupi tubuh Shana dan anaknya dengan selimut tebal. Seketika Ndaru merasa lega. Ini jauh lebih baik.

Dia berlalu sambil menggeleng pelan, merutuki kebodohannya yang malah tertidur di kamar gadis yang ia hindari.

Begitu keluar dari kamar Shana, Ndaru bertemu dengan Suster Nur yang juga baru keluar dari kamar Juna. Sepertinya ia juga baru saja bangun.

"Selamat pagi, Pak," sapa Suster Nur.

Ada nada geli yang Ndaru tangkap. Dia mengerti apa yang ada di pikiran Suster Nur. Apalagi matanya sesekali melirik pintu kamar Shana penasaran.

"Mas Juna rewel nggak, Pak?" tanyanya.

Ndaru menggeleng. "Mas Juna masih tidur. Bangunkan agak siangan nanti."

"Siap, Pak."

Ndaru berlalu menuju kamarnya. Dia tidak langsung mandi, melainkan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Matanya menatap langit kamar dengan menerawang. Banyak hal yang ia pikirkan saat ini. Kebanyakan adalah kemungkinan terburuk.

Mulai dari perusahaan, penyalonan kakaknya, hingga Shana dengan mantan kekasih gilanya.

Mengingat Shana, kepala Ndaru langsung menggeleng cepat. Dia langsung terduduk sambil mengusap wajahnya kasar. Tiba-tiba saja dia teringat dengan bagaimana posisi gadis itu tertidur.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now