34. Melarikan Diri

8.2K 1.3K 106
                                    

Sebelum baca aku mau minta maaf dulu karena ilang lama sekali 😂 udah berapa bulan yaa? 🤣

Sedang mencoba untuk kembali rutin. Semoga bisa yaa 🙏🏽

Yang lupa bisa baca chapter sebelumnya, selamat membaca ❤️

***

Ternyata acara ulang tahun Kumala Atmadjiwo, cucu pertama dari Harris Atmadjiwo benar diselenggarakan di panti asuhan. Bukan hanya satu, melainkan lima sekaligus. Lebih tepatnya yayasan kasih yang dikelola oleh keluarga Atmadjiwo sendiri.

Sebenarnya berbagi kebahagiaan adalah hal yang baik, apalagi ditujukan untuk orang-orang yang membutuhkan. Hanya saja kebaikan itu seolah dimanfaatkan untuk hal yang lain, yaitu menarik simpati masyarakat.

Banyaknya kamera wartawan seolah menjadi bukti. Semua keluarga Atmadjiwo mulai unjuk gigi. Memberikan senyum terbaik disaat tengah berbagi. Hal yang membuat Shana Arkadewi muak setengah mati.

Menjadi anggota keluarga Atmadjiwo membuatnya harus banyak bersabar. Pandangannya dengan keluarga Atmadjiwo jelas berbeda. Shana tidak suka dengan kebohongan publik ini. Apalagi berkaitan dengan politik yang mulai memanas. Namun sayangnya dia harus tetap hadir untuk mendampingi suaminya.

Adhiguna Amir Atmadjiwo yang merupakan seorang ayah sekaligus tokoh politik tentu berharap banyak pada acara ini. Dia harus tampil memukau di depan kamera. Mewakili suara anaknya yang takutnya akan mengacaukan acara ini di media.

"Apa harapan Pak Guna untuk ulang tahun Putri Bapak yang ke-17 tahun ini?" tanya salah satu wartawan.

"Untuk Putri saya, Kumala Atmadjiwo. Harapan saya sebagai orang tua tentu ingin yang terbaik. Semoga anak saya panjang umur, sehat selalu, dicukupkan rezekinya, dijauhkan dari marabahaya dan orang-orang jahat, serta diluaskan hatinya. Diusianya yang sudah remaja ini, saya juga berharap Mala bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa, selalu prihatin dengan keadaan sekitar, dan juga membantu sesama dengan ikhlas."

Shana mendengar doa itu dengan anggukan pelan. Posisinya yang berada di ruang tamu masih bisa mendengar perbincangan Guna dan wartawan di teras. Ia memang tidak suka dengan niat dibalik acara ini, tetapi Shana juga mengamini doa dari kakak iparnya itu. Meski dalam hati ia bersungut-sungut karena ada beberapa kalimat yang berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Guna sekarang.

"Mbak Mala ajak keluar sebentar dong, Pak. Wawancara sebentar."

"Mala masih main sama anak-anak di dalam. Saya nggak bisa ganggu," kekeh Guna.

Setelah itu Shana memilih untuk menutup telinga karena dia tahu jika Guna akan mulai mengeluarkan kata-kata manisnya untuk melakukan kampanye terselubung.

"Masih lama, Pak?" bisik Shana sambil melirik jam tangannya.

"Kenapa?" tanya Ndaru.

"Saya nggak betah," jujurnya.

Ndaru yang duduk di sampingnya langsung menoleh. Terkejut dengan kejujuran Shana yang tak ada basa-basinya sedikit pun.

"Kita nggak bisa pergi karena acara belum selesai."

"Udah tiga jam loh, Pak. Lagian yang punya acara udah cemberut di sana." Tunjuk Shana pada Mala yang duduk di ujung kursi sambil memainkan ponselnya.

Bosan.

Ucapan Guna pada wartawan adalah kebohongan. Memang benar jika Mala sempat bermain dengan anak-anak panti, tetapi itu tidak lama. Karena setelahnya dia duduk sendirian. Jujur, bukan ini yang Mala mau. Tak masalah jika harus berbagi, tetapi dia juga ingin pesta meriah bersama teman-temannya. Namun dia tidak mendapatkan itu di ulang tahunnya yang ke-17.

Duda Incaran ShanaWhere stories live. Discover now