Chapter fifty four ~~

1.9K 368 55
                                    

Rigal menatap api unggun didepannya dengan kening berkerut. Dia tidak merasakan apapun karna perasaannya memang sudah mati sejak dulu. Tetapi rasanya tidak nyaman bahkan ketika dia hanya menutup mata.

Sampai ucapan Rega, mengambil atensinya.

"Lo tau nggak Gal, waktu mau kesini, kita ketemu banyak pesawat di langit" ujar Rega sambil memakan makanannya.

"Hm, itu bener." Angguk Rizenner membenarkan.

Sementara Rigal menaikkan alisnya. "Warna pesawat?" Tanyanya langsung.

Rega segera menyahut. "Pesawat yang sedikit kecil warna item. Terus ada yang warna putih ukurannya besar dan jumlahnya banyak banget. Terus yang warna silver ada satu, dia pesawat yang mimpin semua pesawat tadi" Jelasnya.

Rigal termenung. Tidak mungkin pasukan dibawa tanpa sengaja. Pasti ada sebab dan alasan yang kuat untuk orang itu membawa begitu banyak pasukan.

Entah untuk menyerang.. benar. Itu pasti adalah serangan!

Rigal merogoh saku celananya. Mengambil alat kecil yang ia buat, lalu menempelkannya pada telinga.

Tut

Tut

Tut

Bunyi darurat! bunyi itu berasal dari mansionnya!

Segera ia berlari keluar dari sana. Menghiraukan teriakan Rizenner yang meneriaki namanya dengan penuh kebingungan.

Rigal terus berlari tanpa henti. Sampai dia akhirnya sampai dijalan raya besar. Mengandalkan skillnya, Rigal segera melompat dari mobil ke mobil untuk segera sampai ke mansion.

Lalu melihat satu mobil familiar, mata Rigal terbelalak. Sial! dia pun segera mempercepat larinya dan mengabaikan umpatan para pengendara.

Tatapannya yang setajam pisau, membuat mereka yang dilewatinya hanya mematung terkejut dan takut. Hingga umpatan itu akhirnya mereka telan kembali.

Rigal terus berlari, hingga beberapa menit jam kemudian, dia akhirnya sampai dihutan yang melindungi keberadaan mansionnya.

Rigal berjalan dengan dingin. Aura gelapnya menguar disela langkahnya yang tegas.

Lalu saat sampai disana, bisa Rigal lihat mansionnya sudah setengah hancur, dan beberapa orang yang ia kenal sudah tumbang dengan darah yang menggenang disekitarnya.

Ruhal berjalan mendekat tanpa membuat suara.  Sampai disamping Langit yang menangis, mata Rigal kembali menajam.

"Siapa? Siapa bajingan itu?" Katanya teramat dingin. Beberapa orang tersentak kaget melihat keberadaan Rigal yang mengejutkan.

Hingga mereka tanpa sadar gemetar karna tekanan yang dibawa Rigal.

"Siapa?" Ulang Rigal sambil mencengkram dagu Langit. Tatapannya menuntut, membuat Langit ikut gemetar ketakutan.

"G-gue.. ugh n-nggak t-tau.. ta-pi.. d-dia kakak d-dari om Zitto.. ugh" Ucapan Langit terbata-bata, tetapi Rigal masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Cengkraman Rigal pada dagu Langit menguat. Sampai membuat Langit mendesis kesakitan.

Rigal menatapnya lekat, lalu berganti mengelusnya sambil memejamkan matanya.

Wiu

Wiu

Wiu

Lebih dari 10 ambulans datang dan segera membawa tubuh Edgar, Rui, Tristan, Delano, dan beberapa orang lagi yang tumbang.

RigalaOn viuen les histories. Descobreix ara