Chapter forty ~~

5.3K 676 50
                                    

Malam hari, Rigal keluar dari mansion. Dia keluar dengan style tertutup berwarna hitam. Menaiki motornya dan melesat keluar dari mansion besarnya dengan dingin.

Sampai dilokasi yang dituju, Rigal segera berjalan masuk ke dalam. Sebelum itu dia memanggil Kai untuk melakukan tugasnya bebarengan dengannya.

"Kai.. pasang ini diseluruh sudut mansion. Disini ada 200 kamera kecil yang kau harus bagi dengan rata. Tempatkan pada tempat yang sulit dicapai mata, tapi mudah melihat semuanya. Apa kau paham?!"

Mendengar ucapan panjang Rigal untuk pertama kalinya membuat Kai berdecak kagum. Suara tuannya tegas namun lembut, bagai mantra yang siap menjerat siapa pun yang mendengar.

Dengan ini Kai bangga karna menjadi salah satu orang yang mendengar penuturan panjang tuannya.

"Baik tuan!" Jawab Kai tegas.

Rigal merogoh sakunya lagi. "Kau masih memakan hewan di hutan. Sekarang biasakan lah makan makanan yang ku konsumsi, karna setelah ini kau akan terus disampingku" ujar Rigal datar sambil memberikan satu kartu pada Kai.

Kai mengangguk tegas, tak menolak. Dia juga sudah terlanjur nyaman berada dibawah Rigal, dan tentu saja dia enggan berhenti.

"Baik tuan" sebelum melesat pergi dengan cepat.

Rigal pun melanjutkan langkahnya masuk ke dalam dengan santai, karna diam-diam, Rigal sudah mengurus semua cctv tempat yang sedang ingin dia masuki.

Kali ini tidak ada lagi bom. Rigal malas merakitnya, alhasil dia hanya membawa belati, pistol, jarum, dan topeng wajah.

Sekilas tidak ada yang berbahaya dari alat-alat yang dibawa. Namun sebenarnya, kedatangan Rigal lah bahaya itu.

"Adinata.. apa mereka bodoh?" Umpat Rigal dingin karna tidak banyak melihat para penjaga mansion.

Hanya beberapa orang disudut-sudut tertentu yang bisa dengan mudah Rigal tumbangkan. Keluarga besar tapi tidak mampu memperkerjakan bodyguard dan penjaga, untuk apa? untuk diserang kah?

***

Rigal memantau layar laptop yang menunjukkan banyak ruangan dari kamera kecil yang Kai pasang. Ah, sekarang dia sedang duduk dibawah ruangan tempat Rigal selalu di hukum, lebih tepatnya ruang yang disebut 'gelap' orang seluruh penghuni mansion Adinata.

Tempat paling aman tentu saja tempat yang dianggap berbahaya dan menyeramkan, bukan? Oleh karna itu Rigal memilih ruangan ini untuk dirinya menyiapkan segala sesuatu.

Balasan kali ini tidak tentang fisik. Tapi... mental.

Rigal lebih memilih membalas mereka lewat batin. Membuat mereka gila dengan perlahan, lalu mati dengan kesendirian.

Tentu saja karna orang gila mana yang ingat tentang keluarga?

Mereka pasti akan diasingkan dan hidup sendiri sampai mati, dengan gangguan mental itu... Haha.

Dan untuk bocah bungsu Adinata, Rigal mungkin akan membawanya pulang. Bocah itu walau terlihat sangat bodoh, sebenarnya sangat peduli padanya. Ya walaupun sebenernya dirinya tidak peduli dengan rasa itu, sih.

Hanya sekedar kasihan, tidak lebih.

Rigal menghela nafas pelan lalu beranjak dan pergi menggunakan topeng wajah milik Revan.

Dengan tenang dan tatapan yang lunak biasa khas Revan, Rigal mulai menjelajahi ruangan-ruangan keluarga nya.

"Van? Revan? itu kamu?" Teriakan seseorang sesaat dirinya hampir membuka kamar salah satu penghuni mansion, membuatnya urung dan memilih berbalik menanggapi si empu yang menegurnya.

RigalaWhere stories live. Discover now