Chapter twenty one ~~

9K 1K 28
                                    

Silent readers please vote now.

Disebuah gudang terbengkalai, dua orang pemuda tengah diikat dengan tali. Badannya penuh dengan luka, namun mereka enggan bersuara.

Kakaknya selalu berbisik pada adiknya. Bahwa mereka tidak boleh membuka suara dan membiarkan mereka membunuh seseorang yang mereka anggap berharga walau nyawa mereka taruhannya.

Adiknya setuju pada sang kakak. Karna harusnya memang seperti itu.

***

Rigal menatap datar komputer didepannya. Semua keamanan sudah Rigal hack, termasuk tempat terakhir yang menjadi pilihan mereka membawa dua orang yang masih berada dibawah naungannya.

Segera ia berdiri dan keluar dengan tergesa. Sial!

Masalah seolah selalu datang untuknya.

Sampai di gudang tua. Rigal segera berjalan masuk. Tidak ada penjaga satupun disana, membuat orang yang tidak sengaja lewat mungkin mengira tempat ini hanya tempat biasa yang sudah tidak dipakai.

Padahal tempat ini adalah tempat menyandra dan menyiksa musuh.

Rigal menatap dingin pintu gudang itu.

Brak

Rigal menatap datar banyak pria penjaga yang tak sadarkan diri karna alkohol. Mereka berpesta minuman keras disiang bolong.

Apa mereka gila?! Pikir Rigal

Dengan mudah Rigal masuk dan mengabaikan kebodohan mereka. Setelah jauh jaraknya, Rigal meneliti gudang itu, mengamati semuanya agar ia tau dimana letak dua kakak adik yang sedang dicarinya.

Beberapa menit, Rigal akhirnya sadar. Semua ruangan dan pintunya nampak sama, jika ia mencari hanya dengan mengamati atau membuka satu persatu pintunya, maka hasilnya akan percuma.

Rigal memejamkan matanya. Lalu berjalan tak tentu arah hingga sekarang dirinya berdiri ditengah lantai kayu.

Lantai itu berbentuk kotak. Dan hanya satu yang sekarang dipijaknya.

Rigal menyeringai. Ruangan bawah tanah?

Dengan cekatan, Rigal mengutak-atik lantai itu, sampai tombol kotak berbentuk sandi muncul dengan sendirinya.

Rigal mendongak. Menatap langit gudang tua itu dengan menghitung sesuatu. Hingga dirinya dibuat puas karna berhasil menemukan kata sandi yang dibutuhkan untuk membuka lantai kotak itu.

Pria ber iq tinggi memang beda.

"Apa tidak ada yang lebih sulit?!" Tanya Rigal pada dirinya sendiri.

Rigal pun akhirnya mencoba sandi yang ia tebak. Dan benar saja, lantai itu terbuka lebar menyambut Rigal.

Tak membuang waktu lama, Rigal segera melompat ke bawah. Siapapun yang menculik Arseno dan Andra adalah orang yang paling bodoh.

Musuh dengan kepintaran minim ingin melawannya?! hanya bermodal uang dan penjaga idiot mereka berani sekali mengusik Rigal yang bahkan 1000% lebih pintar.

Idiot-idiot sampah merepotkan.

***

Tak lama berjalan dengan keadaan gelap, Rigal akhirnya menemukan satu pintu berwarna merah terang.

Segera ia masuk tanpa kendala.

Arseno yang sudah banyak kehilangan darah, hampir- sudah tumbang. Disampingnya Andra menatap kakaknya sayu. Ia juga sama seperti Arseno.

Keadaannya memang mengenaskan, tapi lebih mengenaskan keadaan perutnya yang belum diberi makan selama 5 hari.

Sungguh, Andra kira mendapat luka cambuk, pukulan, dan tendangan tidak semenyakitkan itu jika dibandingkan dengan menahan lapar.

RigalaWhere stories live. Discover now