Chapter four ~~

16.5K 1.5K 26
                                    

Sudah satu Minggu sejak permintaan Alvin mampir dan menginap di apartemen Rigal, Rigal menjalani hari-hari nya seperti biasa, monoton.

Olahraga - sekolah - pulang sekolah - tidur - makan dan begitu seterusnya.

Ya, Elvian memang rajin berolahraga setiap pagi. Walaupun badan Rigal sudah kokoh, tentu saja Elvian mau yang lebih.

Oh, tapi Elvian akan tetap membiarkan badan Rigal terlihat sedikit ramping. Dia tidak akan membiarkan badan Rigal membesar karna otot, karna pasti Rigal akan terlihat sangat jelek.

Elvian hanya akan membuat roti, mungkin?

"Mau pesen apa, Gal?" Tanya Rui.

Rigal menunjuk satu menu dan dipahami baik oleh Rui. "Tunggu bentar ya" ucapnya sebelum pergi menuju stand pesanan.

Memang berkat usaha Rui, Rigal akhirnya mulai mengikuti kemauannya. Seperti saat Rui mengajak ke kantin, Rigal akan mengiyakan selagi tidak merugikan dirinya.

Rigal mengedarkan pandangannya ke area kantin dengan tatapan elang nya. Melihat Alvin yang lagi-lagi ribut dengan kedua adiknya dan bocah cengeng itu, membuat Rigal menahan diri untuk tidak menembak mati mereka semua.

"Si cengeng ini jatoh sendiri anjing!" Teriakan Alvin membuat Rigal memejamkan matanya. Teriakan Alvin sangat melengking. Tapi entah kenapa saat berada didekat Rigal dia menjadi gagap?

"Gue liat lo ngejegal kaki Letta!" Balas Revin tak kalah keras.

"LO NGGAK MUNGKIN LIAT GUE NGEJEGAL DIA!! MATA LO ITU BUTA SIALAN! B-U-T-A BUTA!"

Rigal menunduk lalu tersenyum tipis. Ucapan Alvin entah mengapa terdengar lucu ditelinga nya.

"SIALAN LO BANGSAT!"

Bugh

Mendapat pukulan dari Revan, Alvin membalas.

Bugh

"Buta. Lo berdua buta." Alvin yang senang melihat lawannya emosi, terus memprovokasi sambil menyeringai.

Revan dan Ravin tentu tak terima. "Lo yang buta. Lo yang ngejegal Letta dan bikin dia jatuh kaya gitu!" Ujar Ravin emosi.

"Kenapa nih bang?" Tanya Gara dengan nada tengil nya. Dia tiba-tiba datang dengan santai ditengah suasana yang memanas.

"Si anjing ini gangguin Letta terus!" Desis Revan sambil menunjuk Alvin.

Gara mengangguk paham. "Yaudah biarin aja sih bang.. kita main-main sama A-b-a-n-g kita aja yuk.." Sembari melirik ke arah Rigal yang hanya diam memainkan ponsel, nampak tak peduli.

Revan dan Ravin tersenyum mengejek. Sebelum melangkah mendekati Rigal, teriakan Alvin membuat mereka urung.

"Lo nggak boleh nyakitin Abang gue!"

Dahi si kembar dan Gara berkerut. "Siapa Abang lo?"

"Rigal udah gue anggep Abang gue sendiri. Jangan berani lo nyentuh bang Rigal, karna gue nggak bakal tinggal diem kalo lo nyakitin dia" desis Alvin tajam. Memang benar. Sejak kemarin menginap, Alvin menjadi sangat menyayangi Rigal. Karna walau dingin, Rigal kadangkala akan sangat lembut dan pengertian. Membuatnya merasa nyaman dan aman berada dekat jangkauan nya.

Tawa Gara dan si kembar meledak dikantin. "Hahaha ambil! anak haram pantes sodaraan sama anak pungut kaya lo!" Sarkas Ravin.

Bukannya marah, Alvin justru tersenyum mengejek. "Biarpun gue anak pungut, tapi gue nggak kaya kalian yang jahat sama sodara sendiri!"

"Dia pantes" balas Revan santai. Membuat Alvin emosi.

Saat hendak memukul wajah jelek Ravin tangan besar menahan kepalan tangannya.

RigalaWhere stories live. Discover now