Chapter three ~~

17.9K 1.4K 17
                                    

Bell istirahat sudah berbunyi. Rigal yang biasanya hanya tidur dikelas memilih untuk pergi ke kantin karna lapar.

Sejujurnya Rigal malas bertemu ketiga adik nya. Bocah-bocah nakal yang suka mencari gara-gara dan akhirnya membuat dirinya dihukum oleh sang ayah.

Tapi apa boleh buat? Rigal hanya anak 'haram' yang tidak pantas mendapat kasih sayang. Jadi hal itu lumrah, walaupun sebenarnya mereka tau bahwa dirinya tidak bersalah.

Rigal melangkah pergi dengan malas. Tatapan tajam memang selalu ada, tapi kali ini tidak setajam biasanya. Rigal tidak mau murid sekolah menyadari kehadirannya.

Walau pada akhirnya setelah Rigal lewat, semua murid menahan nafas. Mereka berdiri bak patung sambil berusaha terlihat biasa saja padahal nyatanya mereka tercekik!

Aura Rigal sama sekali tidak berkurang..

Rigal duduk disalah satu meja kantin. Sudah memesan, tinggal tunggu pesanannya datang.

Menunggu sembari memainkan ponselnya dengan tenang.

Prankk

Suara pecahan mangkok tak dihiraukan oleh Rigal. Dia tidak peduli.

"LO KALO JALAN LIAT LIAT DONG ANJING!"

"M-maaf hiks"

"HEH ANJING BANGSAT YANG KENA KUAH PANAS ITU TANGAN GUE ANJING, KOK LO YANG NANGIS SIH!?"

"L-etta hiks n-ng-gak sengaja hiks"

"Ada apa ini?" Bocah laki-laki dengan almamater OSIS datang dan bertanya pada orang yang membuat keributan.

"Dia! dia numpahin air panas ditangan gue tapi dia yang malah nangis, ck, dasar anak cengeng!" Hardik bocah laki-laki tengil yang menjadi korban perempuan bernama Letta tadi.

Osis mengangguk mengerti. Saat ingin berbicara seseorang menyela.

"Letta nggak sengaja!"

Mendengar suara familiar, Rigal mengangkat alisnya. Oho! salah satu adiknya membela si jelek itu?

"I-ya hiks maafin l-etta" 

Bocah itu terkekeh sinis. "Kalo lo nggak sengaja kenapa setiap hari lo bikin gue kaya gini anjing!? lo bener-bener bangsat ya bocah!"

"JAGA UCAPAN LO ALVIN!" Adik Rigal menatap tak suka pada Alvin, bocah korban itu.

"UCAPAN GUE NGGAK ADA YANG HARUS DIJAGA!"

"Letta bilang dia nggak sengaja, berarti itu emang bener!"

Oke, OSIS pusing sekarang. Ia memilih pergi menuju ruang BK dan menyuruh guru untuk memisah saja.

Alvin terkekeh sinis. "Biar nanti lo nggak malu karna belain dia, gue kasih tau sesuatu.. orang yang lo anggap polos ini sering ke bar loh, apa jangan-jangan dia jalang lagi" Bisik Alvin pada telinga Revan, adik Rigal.

Urat leher Revan menonjol.

Bugh

"Anjing! jaga ucapan lo sialan!"

Alvin yang tersungkur hanya tertawa keras. Lelah dengan semuanya, dia sendiri tanpa ada orang yang percaya.

Kenapa mereka semua tidak ada yang sadar? mereka buta padahal Letta sudah sering menunjukkan kebusukan nya.

"Gue nggak ngomongin omong kosong, Van." Desis Alvin setelah berdiri.

Revan memilih tak menanggapi. Dia menatap Letta yang masih sesenggukan dan membantunya. "Letta nggak papa kan?" Tanya nya.

Letta menggeleng. "Nggak Van, makasih ya udah tolongin Letta"

Revan mengangguk.

"Kenapa disini bang?"

RigalaWhere stories live. Discover now