Chapter eighteen ~~

9.9K 997 26
                                    

"C-cukup bang.." Alvin berjalan tertatih dengan bantuan tongkat kayu berukuran besar. Keadaannya nampak sangat kacau, membuat Rigal yang melihat itu segera menunduk.

Setelahnya hening, hingga bunyi tembakan memecah keheningan itu.

Dor

Dor

Dor

Dor

"Kalian bener-bener ngremehin gue" desis Rigal sebelum kembali menyerang Angkara dengan pukulannya.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Aura Rigal hitam pekat. Seakan tuli dengan ucapan lirih Alvin tadi, Rigal menembak kaki kiri William, juga ketiga anaknya.

Rigal bahkan tak segan menendang brutal tubuh William yang sudah jatuh ke tanah. Walau William sudah berulang kali meminta maaf dan merintih kesakitan, Rigal tetap melanjutkan pukulannya.

Benar-benar tak kenal ampun.

Zavier, Septian dan Alvaska bahkan tidak sanggup berdiri untuk membantu sang Daddy karna kedua kakinya terkena peluru, walau sangat ingin.

Mereka pun memilih menutup mata karna tidak tega dan merasa malu atas ketidakmampuan mereka membela sang Daddy yang sedang di hajar brutal oleh Rigal. Dalam hati mereka benar-benar mengutuk Rigal karna berani menyerang Angkara seperti ini.

Sementara Alvin yang melihat itu matanya memerah. Alvin tidak takut, tapi dia merasa kasihan. Bagaimana pun juga William adalah ayahnya walaupun ayah angkat.

"B-bang Rigal.. uhuk! hiks b-biarin mereka.. h-hidup hiks" Alvin menatap Rigal sayu dengan air mata yang terus mengalir.

Hingga Rigal pun mengalihkan atensinya dan mulai mendekat ke arahnya.

Dor

Dor

Dor

Dor

4 peluru yang ditembakkan satu bodyguard Angkara berhasil mengenai punggung Rigal saat Rigal berjalan.

Untuk gerakan spontan menghindari 4 peluru, Rigal benar-benar baik, buktinya hanya 1 peluru yang menembus punggungnya.

Tidak mengidahkan rasa sakitnya, Rigal tetap berjalan lurus ke arah Alvin.

Dor

Dor

Dor

2 yang ditembakkan berhasil mengenai bahu dan kaki Rigal kembali. Sedangkan Rigal masih diam tak berekspresi.

Tatapan matanya hanya mengarah pada bola mata Alvin yang sudah hampir redup.

Keadaannya benar-benar jauh dari kata baik, namun dia masih sempat menatap Rigal khawatir.

Sementara Alvaska dan Septian menatap puas bodyguard yang sedang mengarahkan pistolnya ke arah Rigal.

'Anak itu harus segera disingkirkan demi kedamaian Angkara' pikir Zavier dingin

'Dia harus mati' batin Vaska dendam. 1 sahabatnya koma karna Rigal, dan sekarang keluarganya dilumpuhkan sekaligus dibuat malu seperti ini.

Sementara William sudah benar-benar menutup mata karna rasa sakit yang diterimanya dari pukulan Rigal. Sejujurnya jika hanya terkena satu timah panas saja, William tidak akan terpengaruh. Namun entah mengapa pukulan Rigal lebih menyakitkan daripada satu peluru yang bersarang di kakinya.

RigalaWhere stories live. Discover now