Chapter twenty four ~~

8K 927 39
                                    

Tak terasa sudah 1 bulan terlewat sejak hari terakhir Arseno dan Andra dirawat. Sejak hari itu juga hubungan Rigal dan anggota menjadi lebih dekat.

Rigal memang masih membatasi sentuhan fisik. Hanya orang tertentu seperti Ares, Arseno, Alvin, dan mungkin Rui yang dia biarkan menyentuhnya.

Untuk yang lain, Rigal masih enggan bersentuhan fisik. Bukan apa-apa, rasa tak nyaman sering timbul saat Rigal mencoba bersentuhan antara kulit dengan kulit dengan yang lain.

Walaupun tubuh yang ia pakai adalah tubuh Rigal yang biasa bersentuhan dengan siapapun. Jiwa nya- Elvian bahkan masih tidak bisa terbiasa.

Dan pagi ini, Rigal sedang duduk santai di sofa markas dengan rokok ditangannya. Tatapannya menyorot lurus ke depan dengan datar.

Hingga beberapa waktu kemudian, Arseno tiba-tiba datang dengan air muka keruh penuh kemarahan.

"Mada! gue kecewa sama lo!" Seru Arseno dengan tangan terkepal dan wajah memerah.

"Kenapa?" Suara berat penuh penekanan membuat markas seketika diliputi aura dingin.

Memang apa yang dia lakukan? Pikir Rigal.

Semua anggota terlihat siap menyaksikan kemarahan Arseno pada Rigal.

Tidak ada yang berniat ikut campur. Atau lebih tepatnya tidak berani.

"Kenapa kata lo?! lo liat anggota disana?.. mereka babak belur gara-gara war sama geng sebelah karna lo! lo kan? lo yang pertama ngibarin bendera perang buat mereka.. makanya mereka nyerang kita semua ditengah jalan dengan semua anggota mereka!" Nafas Arseno memburu. Tatapannya tegas menyorot Rigal penuh kekecewaan.

Harus Arseno akui, Arseno memang sangat sangat takut berhadapan dengan Rigal seperti ini. Tapi demi semua anggotanya bahkan Arseno rela jika harus menentang Rigal.

Sementara Rigal hanya diam dengan tangan terlipat didada. Menatap Arseno dengan datar seolah ucapannya hanya lontaran kata tidak penting.

"Lo tau akibat dari nantangin geng sebelah? akibatnya setengah dari anggota kita masuk rumah sakit. Terus gimana kita semua bisa ngeladenin semua geng yang udah lo seruin war satu persatu, Mada?!"

"Mada.. gue dan anggota bener-bener percaya sama banget sama lo. Tahta tertinggi di UL juga ada ditangan lo.. tapi lo juga nggak boleh seenaknya kaya gini nyeruin perang sana-sini. Apalagi lo ngajuin war ini ke semua geng dikota -

Jelasnya lo tau bakal gimana kan akibatnya? .. anak-anak masih dibawah umur!... Oke, mereka emang jago berantem, tapi nggak buat ngeladenin ribuan orang cuma karna keegoisan yang lo buat!"

Arseno menarik nafasnya dalam-dalam, setelah meledakkan amarah panjangnya.

Tidak ada lagi kesan lembut pada wajah Arseno, yang ada hanya tatapan datar menuntut jawaban.

"Udah?" Rigal menatap Arseno dingin. Lalu berdiri dengan aura suram.

Sialan!

Sudah diganggu, dituduh pula. Apa Rigal seperti orang yang sabar?

Arseno pun tanpa sadar melangkah mundur dari tempatnya berdiri. Sama seperti pertama kali, aura Rigal benar-benar penuh tekanan.

"Bahkan kalo gue ngibarin bendera perang, gue sanggup lawan semuanya sendiri, Arseno. Gue nggak butuh bocah-bocah sampah yang lemah kaya kalian buat lawan musuh-musuh gue. Lo pikir gue lemah? lo pikir gue pengecut yang cuma bisa nyari masalah dan lempar masalah itu sama kumpulan bocah lemah kaya kalian? bangsat!"

Bugh

Arseno jatuh karna tendangan Rigal. "Ugh!"

Bersamaan dengan jatuhnya Arseno, teriakan terkejut para anggota menggema. "Bang Seno!!"

RigalaWhere stories live. Discover now