Chapter forty one ~~

4.9K 658 50
                                    

VOTE!



"Jangan nyerobot antrian dong anjing!" Sentak Alvin keras, disusul teriakan balas pemuda yang disentaknya.

"Gue nggak nyerobot! lo aja yang dateng-dateng malah ambil dan berdiri ditempat gue!"

Alvin menatap sinis. "Orang dari tadi kosong kok"

"Nggak kosong! gue udah kasih kertas nama gue ditempat ini" balas pemuda itu lagi.

Alvin pun menggeleng tak percaya. "Mana? mana kertas nama lo?"

Pemuda itu pun menunduk, mencari kertas kecil berisi namanya.

"Itu tuh! Itu!" Teriaknya sambil menunjuk kertas yang sekarang sudah diinjak Gara.

"Apaan?" dengan wajah santuy, Gara bertanya.

"Nama gue lo injek"

Gara mengangkat satu kakinya. "Mana?"

"Satunya lagi"

Gara mengangkat satu kakinya, kemudian terjatuh karna lupa menurunkan yang satunya.

Bruk

"Awshhh!"

"Hahahahhahahah!" Tawa para murid menggema dikantin. Termasuk Alvin, Rui, Bryan dan pemuda yang Gara injak namanya.

"Woy! bantuin gue!"

Alvin dan Bryan mendekat ke arah Gara dan membantunya. "Oon nya maksimal" celetuk Bryan.

"Hahahahhaha! lucu banget jatohnya!" Tawa Rui masih menggema. Juga beberapa siswa-siswi yang berada disana.

Sampai,

Byur

Byur

Byur

Rigal menyiram semuanya. Membuat kantin menjadi becek penuh air.

Para siswa-siswi hendak berteriak marah, namun melihat siapa pelakunya, mereka akhirnya hanya berdiam diri bak patung. Mereka hanya berani mengumpat dalam hati, melihat kondisi mereka yang basah.

"Brisik" ujar Rigal dingin penuh penekanan.

Rigal memang sedari tadi berdiam diri dipojok dengan makanan nya. Dia makan sambil berharap suasana tenang, tapi keributan dan tawa para siswa-siswi yang sangat keras itu membuat suasana menjadi gaduh dan mengganggunya.

Jadi tanpa banyak bicara, Rigal mengambil beberapa ember air dan menyiram semuanya, tanpa terkecuali.

Byur

Kali ini sasarannya Alvin, Rui, Gara, Bryan dan satu pemuda yang berdiri bersama mereka.

Mereka adalah akar dari kebisingan.

Setelah puas menyiram mereka, Rigal kembali berjalan ke arah mejanya, dan makan kembali dengan tenang.

Di sela makannya, tatapan Rigal berkilat. Tidak ada satupun yang bersuara, membuat suasana rasanya damai dan tentram untuk dirinya. Dan dirinya puas.

Tau begini, harusnya ia siram saja mereka dari awal.

Kembali ke tempat curut-curut yang mungkin sekarang nyawanya sudah melayang ke angkasa.

Mereka benar-benar tidak menyangka Rigal akan menyiram mereka dengan double. "Salah lo monyet!" Tunjuk Alvin dan Sam- pemuda yang Alvin serobot antriannya, ke arah Gara.

"Kok gue sih bangsat?! kan yang debat kalian berdua. Yang ketawa juga kalian berdua sama yang lain. Kok giliran dimarahin bang Rigal, kalian nyalahin gue? kalian mau mati?" Gara menatap Alvin dan Sam sambil melotot.

RigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang