Chapter ten ~~

15.8K 1.5K 28
                                    

"Woy! Mana bang Rigal?" Tanya Alvin pada bocah yang sedang duduk anteng di bangkunya.

Tidak mendapat jawaban, Alvin menatap name tag bocah itu "Ruile Agats! budek lo?!"

Rui menatap Alvin sinis. "Gue ini kakak kelas anjir! lo kalo manggil gue yang sopan dong!"

Alvin mengangkat bahu acuh. "Bodoamat!"

"Ngapain lo nyariin Rigal?"

"Kepo banget lo! ini itu urusan gue sama bang Rigal, jadi orang asing dilarang ikut campur. Sekarang kasih tau gue dimana bang Rigal?" Tangannya disilangkan didepan dada sambil menatap Rui angkuh.

Rui menatap Alvin tak suka. "Orang asing matane! gue ini sohibnya Rigal!"

Alvin mendelik. "Mimpi aja sana!"

"Sialan lo! dasar adik kelas kurang ajar"

Alvin menatap Rui jengah. "Cepetan kasih tau bangsat. Lama amat lo tinggal kasih tau doang" Decih Alvin tak suka.

"Cari aja di Pluto" balas Rui acuh.

"Ck, sialan. Dasar kakak kelas nggak berguna." Umpat Alvin sebelum melenggang pergi dari hadapan Rui.

Rui melotot karna masih bisa mendengar umpatan itu. "Ngomong apa lo bangsat!" Teriakan Rui membuat beberapa siswa menatap ke arahnya.

Rui abai dan malah menatap kepergian Alvin dengan kesal, lalu menoleh dan menatap lamat tempat duduk Rigal.

Sebenarnya dirinya tidak tau dimana Rigal. Sejak Rigal meninggalkan dirinya di rumah sakit, tak lama Rui diseret pulang oleh tuan Mahatama. Rui juga tak sempat menghubungi nomor Rigal karna handphone nya disita oleh sang ayah.

Sewaktu masuk pagi tadi, guru bilang, Rigal tidak berangkat tanpa keterangan. Rui juga tidak tau dimana Rigal tinggal.

Rui jadi sadar, kalo dia bukan sohib yang baik..

***

"Abang dapet uang dari mana buat aku operasi?"

"Abang dapet dari Mada dek" tukas Arseno jujur.

Andra mengerutkan keningnya. "Mada dapet banyak uang dari mana bang?"

Arseno menggeleng. "Abang nggak tau.. tapi Mada juga ngasih banyak uang buat anggota. Katanya, penghasilan yang biasa kita dapet nggak bakal kita dapet lagi karna Mada udah keluar dan otomatis agenda balap kita berhenti.. Jadi, dia tetep kasih uang buat kita makan dan jajan dimarkas. Adek pas sembuh nanti, kita balas kebaikan Mada ya? dia udah banyak bantu kita dek"

Andra mengangguk. "Iya bang.. tapi, Mada sedikit beda ya sekarang?"

Arseno mengangguk. "Iya dek, dulu Mada cerewet dan banyak omong, sekarang malah jadi pendiem dan ngomong seperlunya aja. Tapi Abang percaya dia beneran Mada, buktinya dia tetep sudi bantu kita, kan?"

Andra mengangguk setuju. "Dia cocok jadi ketua ya, bang?" Celetukan Andra membuat Arseno menatap Andra terkejut.

"Adek?"

"Kenapa bang?"

"Bukannya dulu adek yang nolak keras Mada jadi ketua ya? dulu kita sempat pemilihan dan Mada yang punya suara terbanyak.. tapi adek malah nentang itu dan akhirnya Mada ngalah buat adek dan milih Abang.. adek nggak mungkin nyuruh abang jadi orang yang nggak tau diri kan? Adek nggak mungkin nyuruh abang serahin jabatan ke Mada 'lagi' kan(?)"

Andra tertohok mendengar ucapan Arseno. "Aku punya alasan bang.." ucapnya lirih.

Arseno menatap Andra penuh kasih sayang. "Sekarang jelasin ke Abang, apa alesan kamu.."

RigalaWhere stories live. Discover now