Chapter eight ~~

13.7K 1.2K 23
                                    

"Tolong jawab yang bener bang!"

"Apa? apa alesannya?"

"Kita bareng 4 taun bang.. masa lo out tiba-tiba dan enggak share alasan yang jelas?!"

"Tolong pikirin lagi, Mada!"

"Jangan out bang, kita nggak bisa kalo nggak ada lo!"

Rigal menghela nafas lelah. Menatap dingin para anggota yang tengah menyuarakan pertanyaan dan keputusan Rigal.

"Diam" desis Rigal dingin. Membuat suasana seketika hening.

Mereka dengan takut menatap Rigal. Memusatkan perhatiannya hanya pada satu titik yang terlihat akan berbicara.

"Dengerin. Gue nggak bakal ulangi perkataan gue untuk kedua kalinya. Gue.. out karna sebuah alasan, dan alasan itu pribadi. Gue juga nggak mungkin libatin kalian, karna masalah gue berhubungan sama hal yang berbahaya. Kalian.. menjauh dari gue sebisa mungkin mulai dari sekarang. Gue, nggak mau kalian jadi korban karna berdiri dekat jangkauan gue. Apa kalian paham?!"

Rigal menatap para anggota dan inti geng dengan datar. Penjelasan itu mengundang banyak pertanyaan dibenak para anggota.

Mada dalam bahaya. Tapi dia menyuruh keluarganya menjauh membiarkan dirinya sendiri terluka?

Tidak.

UL adalah keluarga. Jika Mada dalam bahaya maka semuanya juga sama.

"Nggak Mad! kita semua harus ada, dan berdiri disampingnya lo sampe masalah itu selesai!" Seruan Ares membuat para anggota bersorak menyetujui.

Begitu juga dengan Arseno. Dia diam-diam tersenyum menatap para anggotanya. Mereka benar-benar sudah berhasil menjadi keluarga.

Rigal menatap dingin anak-anak UL. "Gue bilang menjauh berarti menjauh, nggak ada yang boleh ikut campur urusan gue. Sekalipun dia-!" Rigal menunjuk Arseno dengan datar.

"Iya, Abang nggak bakal ikut campur" Kata Arseno membuat beberapa anggota tidak puas.

"Saya akan kembali jika urusan saya sudah selesai. Tapi untuk sekarang, biarkan saya keluar dan urus urusan itu sendiri. Saya.. tidak butuh beban lagi." Ucapan Rigal menjadi formal, yang artinya benar-benar mutlak dan tidak bisa dibantah. Bahkan Arseno yang bernotabe ketua geng sangat patuh pada Rigal dan tak berani melarang keinginannya ataupun melawan perintahnya.

Ucapan terakhir Rigal memang terkesan kasar, tapi para anggota tidak ada yang menentang karna memang begitu kenyataannya.

Setiap tawuran dan balapan liar, Rigal lah yang paling mendominasi. Selalu maju paling depan, dan selalu membawa kemenangan untuk UL

Entah bagaimana jika Rigal benar-benar keluar dari geng itu.

"Itu keputusan Mada. Kita harus hargain keputusan dia, dan biarin dia selesaiin masalahnya sendiri" Ucapan Arseno membuat beberapa anggota mengangguk mengiyakan.

"Gue hargain keputusan lo bang, tapi lo jangan lupa sama kita-kita ya?" Ujar Sergio sendu.

Rigal mengangguk.

"Gue bakal tetep pantau kalian selama gue bukan bagian dari geng. Gue juga bakal tetep penuhin kebutuhan kalian, karna uang yang biasanya kita dapat dari balapan bakal habis. Alasannya jelas karna gue nggak mungkin ikut balapan lagi. Tapi kalian tenang aja, gue bakal dateng kalo salah satu dari kalian dalam bahaya. Gue nggak bener-bener ngelepas kalian, kalian masih dalam pengawasan gue." penjelasan panjang Rigal diiringi senyum kecilnya, membuat semua anggota menangis terharu.

Arseno juga sama. Dia benar-benar beruntung bertemu dengan Rigal.

"Makasih bang!" Seru semua anggota berbarengan.

RigalaWhere stories live. Discover now